BAB 7
Mendekati hari pernikahan yang tinggal hitungan hari, membuat Aira tidak dapat tidur nyenyak setiap malam nya. Berbagai macam perasaan campur aduk antara sedih, takut, atau justru dia harus senang karena di usianya yang ke dua puluh empat tahun sudah mendapatkan jodohnya.
Setelah kedatangan kedua orang tua Malvin satu bulan lalu untuk melamarnya, Ayah dan Bundanya tampak antusias menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan pernikahan. Termasuk dokumen pesyaratan pernikahan semua sudah diurus oleh Ayahnya. Baju pengantin sampai dengan urusan catering semua sudah beres. Aira sendiri juga tidak habis pikir, padahal Ayah dan Bundanya belum pernah bertemu langsung dengan laki-laki yang akan menikahi putri mereka, hanya berbekal foto yang pernah ditunjuk kan oleh Bu Aldy, tapi Ayah dan Bundanya sudah sangat antusias mengurusi semua keperluan untuk pernikahannya dengan Malvin. Dan sesuai dengan rencana semula, jika pernikahan ini akan diselenggarakan secara tertutup. Hanya akad nikah saja dan hanya mengundang pihak keluarga dekat. Aira pun juga merahasiakan tentang pernikahan ini kepada teman-teman nya baik teman kerja maupun teman kos nya. Hanya Rena yang Aira undang di acara akad nikahnya nanti. Rena satu-satu nya teman yang mengetahui tentang rencana pernikan nya. Tepatnya sejak dia kembali ke Surabaya, Rena sudah mencerca nya dan Aira tidak dapat menyembunyikan apapun kepada rekan kerja sekaligus sahabatnya ini. Semua yang terjadi mulai dari pertemuan nya dengan Malvino, sampai kisah tragis nya yang kepergok Bu Aldy dia ceritakan semuanya tanpa ada yang Aira tutupi.
Awalnya Rena begitu shock mendengar penuturan Aira, tetapi pada akhirnya dia juga yang selalu mensuport Aira bahwa semua pasti akan baik - baik saja.
" Jangan takut pada pernikahan, Ra. Mau nanti atau sekarang kita pasti akan menjalani fase menikah. Mungkin Malvin itu sudah jodohmu. Meskipun dipertemukan dengan cara yang unik. Jangan kamu jadikan beban, dinikmati saja. Cinta diantara kalian berdua pasti akan datang suatu saat nanti. Ingat kata pepatah ' witing tresno jalaran soko kulino'. Apalagi kalau nanti kalian sudah punya anak yang lucu, imut dan menggemaskan. Pasti kamu tidak akan pernah menyesal dengan apa yang sudah terjadi. Semua akan indah pada waktunya."
Begitulah penuturanRena kala itu, yang bisa membuat Aira merasa lebih tenang.
*****
Jam sudah menujukkan pukul delapan pagi. Itu artinya sebentar lagi Aira akan melepas masa lajangnya. Dengan adat tradisi jawa, Aira nampak cantik dan anggun dengan baju pengatin berwarna putih tulang. Jangan ditanya bagaimana perasaan nya saat ini, tatkala terdengar suara Bapak penghulu yang sedang menuntun Ayahnya untuk mengucapkan ijab qobul.
Dan begitu mendengar kata " SAH......" air mata nya tak dapat dibendung lagi. Aira dituntun oleh Bundanya keluar dari kamar menuju tempat dimana ijab qobul dilaksanakan. Karena gugupnya Aira tak mampu menatap semua orang yang hadir disana. Dia hanya bisa menunduk sampai dia diduduk kan disebelah laki-laki yang sekarang sudah sah menjadi suaminya. Perlahan Aira mengulurkan tangan nya dan mencium punggung tangan suaminya . Setelahnya, Aira merasakan sesuatu yang kenyal dan basah menempel di dahinya. Apalagi kalau bukan ciuman di kening yang dilakukan oleh Malvino.
Sekilas Aira melirik laki-laki disampingnya ini. Dengan setelan kemeja putih dan jas hitam yang melekat sangat pas ditubuh atletis laki-laki itu. Senyuman tampak tersungging dari bibir Malvino. Aira tidak dapat menahan degup jantungnya. Ini kali kedua Aira bersitatap dengan Malvin dan sialnya kenapa baru sekarang Aira sadar jika laki - laki yang sekarang sudah sah menjadi suaminya ini tampak begitu tampan dan mempesona.
*****
Selesai acara, semua tamu undangan yang rata-rata adalah keluarga dekat kedua mempelai, dipersilahkan untuk mencicipi hidangan yang sudah disediakan. Acara ijab qobul nya pun hanya dilaksanakan di kediaman orang tua Aira.
" Selamat yo nduk. Akhire nemu jodone. Bojomu jan guanteng tenan. Kok yo pinter milih bojo. ( Selamat ya nak, Akhirnya menemukan jodoh. Suamimu sangat ganteng.Kok ya pinter pilih suami )." dengan logat jawanya,Budhe Wati yang tak lain adalah kakak dari Ayah Aira mengucapkan selamat pada ponakan nya.
" Inggih budhe, matur sembahnuwun sampun rawuh (iya budhe, terimakasih sudah datang )" jawab Aira.
Disaat semua keluarga sedang mengucap selamat ke Aira, justru Malvin tidak terlihat batang hidungnya. Aira yang penasarann akhirnya mencari dimana keberadaan Suaminya. Tampak Malvin sedang bersandar di dekat jendela. Dia sedang menatap keluar dengan senyuman yang tersungging di bibir lelaki itu.
Aira datang menghampiri, dia ingin tahu apa yang sedang dilakukan Malvin disana.
" Kenapa disini ? " Tanya Aira tanpa basa-basi.
Malvin yang merasa ada seseorang yang menegurnya segera menoleh. Masih dengan senyum manisnya dia menunjuk arah keluar jendela.
" Akhirnya mereka datang " jawabnya.
" Siapa ? " Aira mengikuti arah telunjuk Malvin. Disana tampak gadis muda seusia Dafi adiknya, dan seorang wanita tua yang sedang keluar dari sebuah mobil tepat di depan halaman rumahnya.
Malvin beranjak meninggalkan Aira menuju depan rumah untuk menjumpai dua orang kesayangan nya yang baru saja tiba. Aira mengikuti berjalan di belakang Malvin.
" Danisha.. !! " Tampak Malvin sedang memeluk gadis muda itu dengan penuh rindu.
" Kak Malvin…" gadis itu membalas pelukan Malvin.
" Eyang, Malvin rindu banget sama eyang " lalu Malvin ganti memeluk eyang nya setelah melepas pelukan nya dengan Danisha.
Bu Aldy dan Pak Aldy ikut menghambur keluar dan tampaklah keluarga itu saling melepas rindu. Aira mengamati interaksi mereka dari teras rumah.
" Aira sayang, kenalkan ini eyangnya Malvin dan ini adik nya Malvin satu- satu nya " Bu Aldy mulai memperkenalkan mereka berdua.
" Cucu mantuku cantik sekali, maafkan eyang ya datang terlambat. Jadi tidak bisa melihat acara ijab qobul kalian. " eyangnya Malvin memeluk Aira dengan penuh sayang.
" Hai kak, kenalin aku Danisha. Adiknya kak Malvin. Kakak cantik sekali. Pantas saja Kak Malvin buru-buru ingin segera menikah. " begitulah celoteh ria gadis cantik itu.
Mereka semua berkumpul , bercengkrama selayak nya seperti reuni keluarga. Bu Aldy juga sempat bercerita kepada keluarga Aira jika Danisha,adiknya Malvin memang tinggal dengan eyangnya di Jogjakarta, tepatnya sejak Danisha SMP hingga kini Danisha akan lulus SMA dua bulan lagi.
Hingga tak terasa waktu sudah beranjak sore. Satu persatu tamu undangan sudah pulang. Dan sekarang tinggal keluarga inti saja. Keluarga Malvin berpamitan, mereka yaitu Papi, Mami, Eyang, Danisha akan menginap di Resort yang tak jauh dari kediaman orang tua Aira. Rencananya mereka akan menginap hanya untuk malam ini dan akan kembali ke Jakarta besok siang.
Sementara Malvin, awalnya tidak diijinkan oleh maminya ikut menginap di Resort. Tapi pada kenyataan nya, malam menjelang, Malvin sudah meninggalkan rumah orangtua Aira dengan alasan besok pagi dia harus segera kembali ke Jakarta, karena lusa dia ada perjalan bisnis ke Singapura. Malvin menyusul keluarga nya yang sedang menginap di Resort, sementara Aira sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Justru Aira merasa lega karena tidak ada Malvin di rumahnya. Seandainya Malvin masih tinggal di rumahnya pasti Aira akan kesulitan beradaptasi, karena mereka berdua masih merasa canggung satu sama lain. Dan Aira juga merasa bebas akan ketakutan nya tentang Malam Pertama.
*********
Bersambung