Bagian 8

755 Kata
Hana menata nasi goreng buatannya di atas meja makan lalu melirik ke arah tangga. Sepertinya Rea dan om Andrew belum bangun mengingat hari ini libur dan waktunya untuk bermalas-malasan. "Gue udah laper banget. Tapi nggak mungkin makan duluan."gumam Hana lalu melirik wanita paruh baya yang sedari tadi menemaninya memasak. "Biasanya om Andrew bangun jam berapa bi?" tanya Hana memberanikan diri. Bi Yati menoleh lalu tersenyum. "Tuan sudah bangun kok, nyonya. Mungkin lagi berenang sama non Rea." Hana mengangguk lalu terdiam. Sepertinya ada yang salah. Tapi apa? "Kolam renangnya ada di samping kanan, nyonya. Di dekat ruang ke__" "Ya ampun, bik. Kok manggil saya nyonya sih? Panggil Hana aja." ucap Hana lalu menggeleng pelan. Ia kan bukan istri om Andrew. "Tapi kata tuan__" "Han, lo di sini. Kita renang yuk!" ajak Rea yang tiba-tiba saja muncul lalu menarik lengan Hana menuju kolam renang. Hana langsung menahan napasnya saat melihat om Andrew sedang melakukan pemanasan di pinggir kolam. Rea tersenyum saat Hana mengalihkan pandangannya. "Udah. Daddy emang biasa renang cuma pakai celana dalam. Lo nggak usah malu." ucap Rea lalu menarik lengan Hana ke depan kolam renang. "Lo mau ngapain?" tanya Hana panik saat Rea bergerak seolah ingin mendorong tubuhnya. Rea tertawa lalu bergerak cepat mendorong tubuh Hana ke dalam kolam renang. "Rea, gue nggak bisa ren__" Byurr "Arghh tolong!" Rea melotot lalu segera berteriak memanggil daddy nya. "Dad.. tolongin Han__" Byurr Andrew sudah lebih dulu melompat ke dalam kolam renang dan segera memeluk tubuh Hana. "Hahh" Hana meraup udara sebanyak-bayaknya saat wajahnya muncul ke permukaan. Rea menatap panik. "Han, lo nggak papa?" tanya Rea dari pinggir kolam. Hana mengangguk lalu__ kedua matanya tiba-tiba saja melotot saat sadar kini ia sedang berada di pelukan siapa. "Bernapas, Hana!" ucap Andew membuat Hana mengusap wajahnya. "Om." cicit Hana pelan lalu melirik tubuh mereka yang menempel. Hana bahkan tidak sadar bahwa tangan kanannya tengah memeluk leher om Andrew. Dan kedua kaki yang melingkar erat di pinggang pria itu. Andrew tersenyum tipis, dan Hana bisa melihatnya. 'Duh_kenapa jantung gue berdetak cepat?' batin Hana lalu mengalihkan pandangannya. Sedang Andrew langsung melangkah ke pinggir kolam. Rea segera mengulurkan tangannya. "Han, maaf ya. Gue lupa kalau lo nggak bisa renang." ucap Rea menyesal. Hana mengangguk setelah tubuhnya diangkat dari air dan didudukkan di sisi kolam. "Makasih, om."cicit Hana pelan. Andrew mengangguk lalu segera keluar dari air dan melangkah mengambil handuk. Sedang Rea langsung mengajak Hana untuk masuk dan membersihkan diri. Di meja makan, Rea kembali meminta maaf. Kali ini ia benar-benar tidak ada niat apapun. Ia sungguh lupa kalau Hana tidak bisa berenang. "Nggak papa, Rea. Lagian gue yakin kok lo nggak mungkin nyelakain gue." ucap Hana lalu menyendokkan nasi goreng ke piring sahabatnya itu. "Iya tapi__" "Pssttt! Mending sekarang lo makan dari pada ngomong terus." potong Hana lalu melirik om Andrew. Dan ternyata pria itu sedang sibuk dengan ponselnya. Hana hanya bisa memaklumi, mungkin daddy nya Rea memang sibuk sekali. "Enak banget, Han. Sumpah." puji Rea lalu menambah nasi goreng di piringnya. Hana tersenyum lalu melirik om Andrew yang masih sibuk dengan ponselnya. "Dad, Hana lihatin daddy terus nih."Adu Rea membuat Hana terbatuk. Sedang Andrew langsung menatap ke arah Hana. Hana tersenyum canggung lalu menggeleng cepat. "Rea bohong, om." bantah Hana membuat Rea melotot. "Oh ya? Tapi sayangnya gue nggak bohong. Gue beneran lihat lo natap daddy gue." ucap Rea lantang membuat Hana meringis malu. Bisa-bisanya Rea memperjelas semuanya. "Iya tapi__" "Tuh kan. Ngaku deh, lo suka kan sama daddy gue." tuduh Rea membuat Hana melotot. "Nggak kok om, Rea c*m__" ?Drtttttttttttttt Hana segera menatap ponselnya yang ada di samping lalu menghela napas lega. Telponnya berdering disaat yang sangat tepat. "Hallo, bapak." Sapa Hana cepat. "...." "Iya, pak. Minggu depan libur tiga hari." "...." "Kenapa? Ibu sama bapak, baik-baik aja kan?" tanya Hana dengan raut wajah panik. "....." "Syukurlah kalau bapak sama ibu sehat. Lalu kenapa minta Hana pulang?" "...." "Penting banget ya, pak. Beneran harus ngomong langsung?" "...." "Ya udah, Hana pulang minggu depan." "...." "Iya, pak. Waalaikumsalam." Tutt Hana meletakkan ponselnya dan langsung disambut tatapan penuh pertanyaan oleh Rea. "Bapak minta gue pulang. Katanya ada hal penting yang mau diomongin." ucap Hana menjelaskan. Rea mengangguk. "Hal penting apa?" Hana menggeleng. "Entah. Tapi yang jelas nggak bisa dibicarakan di telpon." Rea mengangguk lalu tersenyum. "Ya udah. Kalo begitu, gue sama daddy bakal nganterin lo. Sekalian kita juga mau liburan." Hana menatap ke arah om Andrew meminta kepastian. "Iya. Kami ikut." ucap Andrew membuat Hana tanpa sadar menghela napas lega. Entah mengapa? tapi Hana merasa ia akan membutuhkan Rea dan om Andrew nanti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN