BAB 7

2083 Kata
Esok harinya, aku dan Chloe bersepakat untuk beristirahat sejenak di rumahnya yang saat ini sudah kosong, semua anggota keluarganya sudah pergi entah kemana, meninggalkan perempuan itu seorang diri. Aku sedih saat Chloe mengatakan bahwa dia telah ditinggal sendirian oleh keluarganya sendiri, rasanya seperti bahkan di dunia yang kejam dan mengerikan ini, keluarga kita pun sama jahatnya seperti orang lain. Aku tidak bisa membayangkan betapa sedihnya jika aku menjadi Chloe. Anehnya, saat dia menceritakan soal itu padaku, tidak ada sedikitpun kesedihan atau kehilangan yang muncul di sorot matanya. Namun, jika itu menyangkut Amanda, sahabatnya, dia akan sangat terpukul dan menangis. Aku tidak tahu mengapa reaksi Chloe bisa sesantai itu saat keluarganya meninggalkannya sendirian, dibandingkan dengan saat sahabatnya, Amanda, hilang entah kemana. Aku merasa tidak enak jika terus membicarakan soal itu dengan Chloe sehingga aku berinisiatif untuk mengubah topik pembicaraan. “Apa di rumahmu ada makanan? Aku lapar.” Ucapku pada Chloe dengan memegang perutku yang sedari tadi sudah keroncongan. Aku tahu Chloe juga sama sepertiku, dia juga pasti kelaparan, tapi rasa laparnya tidak terasa karena dia masih memikirkan keberadaan Amanda. Sebenarnya banyak hal yang ingin kutanyakan pada Chloe terkait soal Amanda, tapi aku tidak bisa begitu saja terus-menerus membahasnya karena itu akan membuat situasi jadi terkesan bahwa aku begitu terobsesi pada sahabatnya, dan tentu saja aku tidak ingin Chloe melihatku seperti itu. “Kau bisa mengambilnya di dapur, ada banyak makanan di meja.” Jawab Chloe dengan mengedikkan bahunya. “Oke, terima kasih banyak.” Aku segera bergegas melangkahkan kakiku ke dapur, dan aku ternyata itu benar. Ada cukup banyak makanan yang tersedia di meja, dan itu seperti bekas perayaan spesial, entah ulang tahun atau hal-hal lain, tapi yang jelas itu pasti adalah perayaan keluarganya. Aku menyahutinya. “Chloe, kurasa ada pesta besar yang telah terjadi di dapurmu. Bukan hanya banyak makanan, tapi juga banyak pernak-pernik yang berwarna-warni. Apakah ada yang ulang tahun di rumahmu?” “Itu bekas ulang tahun adik laki-lakiku. Ya, maaf jika tampak berantakan, aku malas membereskannya. Tapi makanlah semua kue yang ada di sana, itu akan sangat bermanfaat daripada kubuang sia-sia.” “Oke, sekali lagi, terima kasih banyak.” Jawabku dengan lantang. Aku cukup senang karena ada makanan yang bisa kunikmati saat ini, hanya saja, aku masih tidak mengerti soal masalah keluarga yang dialami oleh Chloe. Sebenarnya apa yang membuat mereka bisa separah itu hingga meninggalkan Chloe sendirian. Tapi sudahlah, aku tidak ingin berlarut-larut memikirkan masalah yang bukan urusanku, sebab jika Chloe mengetahui bahwa aku terobsesi pada masalah keluarganya, dia pasti akan marah besar dan menghajarku habis-habisan. Tentu saja itu tidak boleh terjadi, karena mau bagaimanapun, aku masih menyayangi nyawaku. Terlepas dari itu semua, kue-kue yang sekarang sedang kukunyah nikmat sekali, rasanya sangat manis dan kebetulan aku suka makanan manis. Entah karena aku terlahir dari keluarga bangsawan atau memang beginilah diriku, dari kecil aku memang sangat menyukai makanan-makanan yang manis. Aku suka sekali, terutama cokelat. Rasanya nikmat sekali saat diriku mengunyah dan menelan makanan-makanan manis tersebut. Berkat kue-kue ulang tahun, aku sampai lupa soal kesedihanku yang masih membekas mengenai keberadaan sahabatku yang hilang entah kenapa. Sungguh, aku harap dia baik-baik saja, rasanya sangat hampa jika dia menghilang begitu saja dari hidupku. Aku masih ingat sekali terakhir kali kami berjumpa, itu terjadi saat aku sedang memetik sebuah ceri di kebun istana. Eric menyusup masuk ke kebun istana dan menyapaku dengan semangat. Aku senang saat melihat kedatangannya, tapi aku juga khawatir padanya karena jika dia tertangkap basah oleh para penjaga istana, dia bisa ditahan dan dikurung selama berbulan-bulan di penjara. Namun, sebagai sahabatnya, tentu aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Untungnya, saat kejadian itu berlangsung, tidak ada sama sekali penjaga yang berlalu-lalang di sekitar kebun istana. Eric bisa menghabiskan waktu denganku tanpa harus cemas dirinya ditangkap. Kami memetik buah ceri bersama dan bercanda-ria. Kami banyak berbicara dan tertawa, dan itu adalah kenangan yang sangat indah karena dia adalah satu-satunya orang yang sangat peduli terhadapku. Di antara semua orang, hanya Eric yang benar-benar bisa membuatku bahagia. “Jonas, bisakah kau berikan kue untukku?” Chloe masuk ke dalam dapur dan dia meminta kue padaku. Aku memberikan satu untuknya dan dia langsung mengunyahnya dengan lahap. “Ew! Manis sekali! Aku tidak suka makanan yang terlalu manis!” seru Chloe dengan memuntahkan kue yang barusan dikunyahnya ke lantai. “Hey! Setidaknya muntahlah di kamar mandi!” teriakku dengan kesal, karena aku paling tidak suka melihat orang muntah sembarangan seperti itu. “Mana bisa, bodoh! Itu terjadi begitu saja secara reflek!” balas Chloe dengan memelototiku. Chloe tampak begitu jengkel mendengar ocehanku yang memarahinya, dan aku sama sekali tidak peduli pada hal tersebut. Meskipun ini bukan rumahku, aku tetap tidak terima pada hal semacam itu. “Chloe, bersihkan muntahanmu, sekarang!” seruku seolah-olah Chloe adalah adikku, sementara aku adalah kakak laki-lakinya yang galak. Jujur, membayangkannya saja itu sangat konyol karena aneh sekali melihat orang lemah sepertiku menjadi seorang kakak laki-laki untuk perempuan kuat seperti Chloe. Setelah membereskan muntahannya hingga bersih, Chloe dan aku duduk di belakang rumahnya, menikmati pemandangan sore yang sejuk di sana. Angin sepoi-sepoi mengusap kulit dan rambut kami hingga helaiannya jadi bergoyang-goyang dengan lembut. Sore hari adalah favoritku, aku suka sekali dengan suasana sore karena selain langitnya kuning dan udaranya sejuk, juga itu terasa sangat menenangkan hati. Selain itu, sore hari adalah waktu yang sering digunakan untuk Eric menyelinap ke dalam wilayah istana dan bermain bersamaku. Entah kenapa, kenangan-kenangan seru dan indah bersamanya jadi terputar di kepalaku, aku sangat merindukannya, aku ingin bertemu dengannya lagi. Saat kulihat wajah Chloe, dia juga tampak sedang bernostalgia di pikirannya, aku bisa tahu dari raut wajahnya yang terkesan tersenyum bahagia, tapi juga ada sorotan kesedihan rindu di matanya. Chloe dan aku telah mengalami nasib dan takdir yang sama, sangat serupa. Sahabat kami, sama-sama menghilang entah kemana sehingga kami jadi sangat merindukan mereka. Aku tahu ini terkesan sangat konyol tapi sungguh, jika suatu hari ada orang yang bisa menciptakan mesin waktu, mungkin aku akan jadi orang pertama yang akan menggunakannya dengan sukarela, hanya untuk kembali ke masa-masa damai di mana aku dan Eric bermain dan tertawa bersama-sama, layaknya anak-anak yang polos, yang sama sekali tidak mengenal kekejaman dunia yang sebenarnya. Sungguh, aku sangat ingin kembali ke masa-masa itu. Aku akan memberikan segalanya, bahkan nyawaku sendiri, jika mesin waktu bisa tercipta di dunia nyata. Namun itu hanyalah angan-angan bodohku seperti biasa, tidak mungkin hal seperti mesin waktu bisa tercipta, kalaupun ada, itu pasti tidak tercipta di masa-masa kacau seperti ini. Sungguh, aku selalu berpikir kalau kerajaan selalu membatasi kesempatan rakyatnya untuk maju dan berkembang, mereka berkuasa tapi kekuasaan mereka tidak pernah digunakan untuk hal-hal yang baik. Aku tahu karena aku adalah seorang bangsawan, aku adalah bagian dari mereka dan jelas aku sangat tahu bagaimana mereka berpikir dalam menjalankan kekuasaan di negeri ini. Jika aku adalah rakyat biasa, aku pasti akan sangat marah saat semua uang pajak yang telah kuberikan pada kerajaan, tidak digunakan dengan baik oleh para bangsawan. Jika mereka masih terus seperti itu, lambat laun rakyat pasti akan sangat marah dan sebuah revolusi bisa saja terjadi kelak. Itu akan menjadi konsekuensi untuk pihak kerajaan di saat mereka sama sekali tidak becus dalam mengurus wilayah kekuasaan mereka sendiri. Lupakan soal itu, sekarang aku sangat senang karena bisa menikmati hawa sejuk di sore hari. “Apa yang sedang kau pikirkan, Jonas?” Chloe bertanya saat sedari tadi hanya memandang ke arahku, menatap wajahku yang sedang memikirkan banyak hal barusan. Aku segera menoleh dan tersenyum kikuk. “Apakah aku tampak aneh? Aku hanya sedang bernostalgia.” Jawabku dengan tersipu malu karena baru sadar kalau aku telah diperhatikan terus-menerus oleh Chloe. “Kalau begitu kita sama,” kata Chloe dengan singkat dan datar. “Aku juga sedang mengenang masa-masa indahku dengan Amanda, dia adalah sahabat terbaik yang pernah kukenal dalam hidupku.” Aku menganggukkan kepala, sangat memahami perasaan Chloe. “Aku mengerti, rasanya sedih tapi juga menghibur.” “Apa kau masih ingin mencarinya?” Mendengar Chloe bertanya begitu, tentu saja aku mengangguk. Chloe hanya tersenyum tipis, tidak lagi mengatakan apa-apa setelahnya. Aku jadi bertanya-tanya, apakah Chloe juga punya niat yang sama sepertiku, masih tidak puas dan ingin mencarinya lagi sampai ketemu? Sepertinya memang begitu, tampak begitu jelas di mataku kalau dia juga memikirkan hal yang sama sepertiku. Itu adalah wajar, lagipula, tidak ada gunanya bersikap pasrah pada keadaan. Lebih baik mencarinya sampai mati daripada harus hidup dengan rasa penasaran. Itu juga terkesan sangat pengecut bagiku, jika kau bahkan tidak ingin mengorbankan waktu dan tubuhmu untuk mencari sahabatmu yang hilang, untuk apa kau menyebut dirimu sebagai sahabatnya kalau begitu? Selain itu, tuduhan penyihir yang terus dilakukan oleh para warga dan para bangsawan sangat tidak masuk akal karena hal itu hanya akan menimbulkan masalah baru dan itu akan membuat situasi negeri jadi sangat kacau dan berantakan. Aku ingin sekali menghajar rajaku sendiri, tapi aku masih belum cukup kuat dan berani untuk melakukannya. Aku tidak mengerti mengapa semua orang di kerajaan begitu membenci sosok penyihir, padahal mereka sama-sama manusia seperti mereka, yang membedakan hanyalah kekuatan sihirnya saja, lagipula, aku yakin sekali para penyihir tidak akan menggunakan kekuatannya untuk menyakiti manusia, buktinya saja, hari ini saat mereka sedang diserang dan diburu oleh semua orang di seluruh negeri, para penyihir lebih memilih untuk bersembunyi alih-alih menyerang balik mereka. Itu sudah menjadi bukti yang sangat kuat bahwa para penyihir tidak jahat seperti yang sering orang-orang bayangkan. Mungkin iya, ada beberapa penyihir yang jahat, tapi pasti jumlahnya hanya sekian persen dari seluruh penyihir yang ada di dunia ini. Aku sangat yakin pada pemikiranku yang satu ini. Aku tidak tahu bagaimana pendapat Chloe soal ini. “Aku ingin bertanya,” ucapku memecah keheningan, membuat Chloe sedikit melirik ke arahku dengan penasaran. “Apakah kau percaya bahwa semua penyihir itu jahat?” Awalnya hening cukup lama, sampai akhirnya Chloe mulai memaksakan diri untuk menjawab pertanyaan tersebut. “Entahlah, bahkan aku tidak begitu tahu apakah sosok penyihir itu nyata atau tidak, maksudku, aku curiga jika pihak kerajaan hanya membuat ketakutan massal pada rakyatnya sendiri dengan menciptakan sosok fiktif. Intinya, aku merasa ini semua hanyalah agar rakyat jadi terpecah-belah sehingga mereka, para pemangku kekuasaan, bisa tidur dengan nyenyak karena pandangan rakyat tidak lagi fokus pada mereka.” “W-Wow!” Mataku membulat, jadi terbuka cukup lebar karena aku begitu terkejut dengan pendapat yang dilontarkan oleh Chloe. “Itu bisa saja benar, tapi aku tidak sampai memikirkan ke hal yang jauh sepertimu, kau sangat jenius, Chloe.” Mendengar itu, Chloe hanya menghela napasnya. “Kau tahu, sebenarnya rakyatmu ini dipenuhi dengan orang-orang yang sangat pintar dan jenius, seperti yang kau katakan barusan padaku. Hanya saja, pihak kerajaan sama sekali tidak peduli pada hal itu, bahkan mereka malah menganggap rakyat yang bisa berpikir kritis adalah ancaman, itulah mengapa mereka selalu berupaya agar rakyat tetap bodoh dan semakin bodoh, supaya rakyat masih bisa dikendalikan oleh tangan mereka. Intinya, orang-orang sepertiku adalah ancaman untuk orang-orang sepertimu, Jonas.” Aku meneguk tenggorokanku dengan canggung. “Itu jadi terdengar sangat masuk akal,” jawabku dengan suara yang bergetar. “Rakyat yang bodoh dan mudah ditipu adalah harta berharga bagi para penguasa tapi rakyat yang pintar dan selalu berpikir kritis adalah sebuah ancaman untuk mereka. Itu benar-benar masuk akal.” Chloe hanya tersenyum miring melihat diriku begitu terkagum dengan setiap perkataannya. Tapi aku sungguh kagum, sangat kagum pada pemikiran Chloe saat menjawab pertanyaanku. Entah kenapa, aku merasa Chloe bisa memikirkan sesuatu lebih jauh dan lebih dalam dari orang-orang pada umumnya, dan bagiku itu sangat mengagumkan. Bahkan segala keraguan dan kecurigaan yang tercetak di kepalanya, selalu terdengar masuk akal karena dia selalu mengaitkannnya dengan apa yang terjadi di kenyataan. Aku yakin, tidak banyak para bangsawan yang bisa sejenius dan sepintar Chloe dalam berpendapat, rata-rata mereka selalu patuh dan setuju pada segala keputusan sang raja, tanpa sedikitpun berpikir kritis pada hal itu. Mereka hanyalah makhluk-makhluk penjilat yang tidak mampu dan tidak mau untuk bergerak maju. Jika di kerajaan ini terjadi revolusi besar-besaran, orang-orang seperti merekalah yang akan diburu habis-habisan oleh rakyat. “Kau mungkin tidak menyadarinya, tapi kau juga jenius, Jordan.” Ucap Chloe dengan tersenyum simpul. “Kejeniusanmu sudah terbukti saat kau berhasil membebaskan para tahanan di gedung tadi malam. Kau itu sangat jenius lebih dari yang kau kira, jadi cobalah untuk memuji dan mengagumi dirimu sendiri karena kau layak mendapatkannya.” Mukaku jadi sangat memerah saat Chloe mengatakan itu semua. Aku benar-benar malu sekali, tapi aku juga sangat bahagia karena Chloe telah mengakuiku. Itu adalah kata-kata bijak yang sangat bermakna, aku akan selalu mengingatnya. Chloe adalah orang kedua setelah Eric, yang paling kuhormati dan kusayangi. Aku akan menyelamatkan Chloe jika dia mengalami hal yang sama seperti Eric.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN