BAB 14

2022 Kata
Setelah sekian lama, akhirnya kami sampai di kota Paris. Aku dan Chloe segera mengikat kuda kami di semak-semak dan meninggalkannya di sana. Kenapa kami membiarkan kuda kami karena itu sudah bagus tempatnya, ada banyak rumput dan juga air di sana sehingga kuda kami tidak akan kelaparan meski ditinggalkan oleh kami dalam jangka waktu yang lama. Aku dan Chloe segera mempercepat langkah untuk pergi ke pusat kota, mencari informasi seputar para korban tuduhan para penyihir yang pergi kemari, aku harap mereka semua bisa mudah ditemukan karena aku tidak ingin terlalu lama di pusat kota Paris, sebab di sini cukup ramai. Tapi sepertinya itu tidak sepadan dengan Chloe, karena gadis itu sepertinya suka dan merasa nyaman di kota ini, aku bisa melihatnya dengan sangat jelas dari sorot matanya yang berbinar-binar saat melihat gemerlap Paris secara langsung dari dekat. Itu wajar saja, siapapun akan merasa terkagum-kagum dengan keindahan dan kemegahan dari kota yang populer dan bernilai seni yang tinggi tersebut. Aku juga akan merasa sangat bahagia dan gembira jika aku adalah Chloe, aku tahu dia belum pernah sama sekali mengunjungi Paris, sedangkan aku karena berasal dari keluarga bangsawan, telah beberapa kali datang ke kota ini, entah untuk urusan bisnis, ataupun berwisata semata. Itu memang sangat konyol. Kami berdua kini tengah berjalan-jalan di pusat kota paris, dengan kepala terus ke kanan dan kemari, mencari tahu kemana perginya gerombolan korban tuduhan warga, itu akan jadi pencarian yang sangat sulit karena faktanya, pakaian yang mereka gunakan pun berbeda-beda, persis seperti warga kota, andai mereka diberi pakaian khusus seragam agar bisa diidentifikasi bahwa mereka adalah salah satu korban dari penindasan yang dilakukan oleh warga desa, aku yakin meskipun mereka mengenakan seragam semacam itu di kota ini, tidak ada seorang pun yang peduli karena masyarakat yang tinggal di kota paris jarang mengurusi hal-hal tidak penting semacam itu, apalagi rata-rata orang yang tinggal di kota paris itu sangat individualistis sehingga wajar jika tidak akan terjadi perburuan kepada mereka. Itulah kenapa mereka semua datang ke sini, karena paris adalah tempat yang paling aman untuk siapapun, karena semua orang diterima di sini. Chloe tampak menghela napas, dia sepertinya agak lelah dengan situasi ini, dia membutuhkan istirahat, meskipun dia tidak menginginkannya sekalipun. Tubuhnya sudah berada di ambang batas, dan dia harus segera istirahat. Akhirnya aku mengajak Chloe ke suatu tempat, tanpa memberitahu kami akan pergi ke mana. Aku berpura-pura bahwa aku menemukan petunjuk soal keberadaan para korban, dan Chloe mengikutiku dengan sukaarela. Sesampainya di sebuah hotel, Chloe membentak-bentakku, mengatakan aku telah membuang-buang waktu, tapi kali ini aku balik membentaknya karena aku tidak mau dia jatuh sakit dan mati di jalanan. Jika dia benar-benar ingin menyelamatkan sahabatnya, maka dia harus menyelamatkan dirinya sendiri terlebih dahulu. Tidak ada siapapun yang bisa melakukan itu selain itu dirinya sendiri. Dengan tubuh yang sakit, tidak ada yang bisa diselamatkan, maka Chloe harus dan sangat wajib untuk memberi istirahat untuk tubuhnya sendiri. Selain itu, aku juga sama lelahnya dengannya, aku juga menginginkan istirahat, pergi jauh dengan kuda ke kota paris adalah hal yang sangat melelahkan dalam hidup kami. Setelah dipaksa sedemikian rupa, akhirnya Chloe menuruti perintahku dan pada akhirnya, kami sudah tidur di kamar masing-masing di sebuah hotel di kota paris. Aku sengaja memilih hotel yang mahal karena aku ingin dimanjakan oleh berbagai fasilitas-fasilitasnya, dan aku juga ingin Chloe merasakan kenikmatan itu. Aku bukan orang bodoh yang pergi keluar tanpa membawa uang, tentu saja aku membawanya sangat banyak, tapi bukan berbentuk lembaran uang kertas atau koin, tapi berbentuk butiran emas yang satu butirnya bernilai sangat fantastis. Itulah yang membuatku memilih hotel yang paling mewah di antara semua hotel di kota ini. Aku yakin sekali Chloe merasa sangat bahagia bisa menikmati segala layanan dari hotel ini. Sambil menikmati makanan yang dibawa oleh saff hotel ke kamarku, aku memikirkan langkah selanjutnya agar kami bisa lebih cepat menemukan Eric dan Amanda. Aku terus bertanya-tanya sebenarnya kemana mereka pergi karena kami pergi kemanapun, tidak ada jejak apapun yang kami temukan. Aku hanya mengunyah kentang goreng dari tanganku dengan meringis kesal, tentu saja aku tidak ingin berlama-lama berada di kota ini karena mau bagaimanapun, ini bukanlah tempat tinggal kami. Aku ingin segera bertemu dengan Eric dan membawanya ke istana untuk tinggal di sana bersamaku selamanya agar dia bisa merasa aman. Rasanya sangat menyakitkan mendengar dia diburu, ditangkap, dan dikurung, itu sangat menyakitiku. Meskipun aku tidak mengalami itu semua, tapi mendengar Eric mengalaminya, rasanya aku juga merasakan sakit yang sama dengan dirinya, bahkan mungkin lebih. Mengkhawatirkan seseorang itu bukanlah hal yang enak, karena tiap detiknya sangat menyiksa. Eric adalah satu-satunya sahabatku yang paling kusayangi, aku tidak ingin dia kesakitan karena kurangnya pengawasanku, aku harap dia tidak. Eric adalah satu-satunya orang yang menerimaku apa adanya, begitu juga denganku padanya. Kami tidak terlalu peduli soal golongan atau asal kami dari mana, selama kami merasa nyaman saling mengobrol, itu sudah sangat cukup. Tidak ada yang perlu dibahas jika kami sudah merasa sudah sangat nyaman. Chloe juga pasti merasakan hal yang sama kepada Amanda, aku tidak tahu bagaimana hubungan mereka berdua, tapi aku yakin itu tidak jauh denganku dengan Eric. Aku ingin kami berdua bisa berhasil menemukan Eric dan Amanda dan membawa mereka pulang ke tempat yang seharusnya mereka berada. Aku juga bisa merasa rasa sakit dan sedih di sorotan mata Chloe jika kami membahas soal Amanda, itu pasti sangat membuatnya terpukul, Amanda pasti sangat berarti di hidup Chloe. Tidak bisa digantikan oleh siapapun dan itu sama persis seperti hubunganku dengan Eric. Eric dan aku sama seperti Amanda dan Chloe, kami berempat saling terikat dalam hubungan batin, dan itulah kenapa aku bilang aku sangat mengerti perasaan Chloe. Rasanya kami seperti dua saudara yang saling berbagi rasa sakit satu sama lain. Hanya saja, perbedaan di antara kami adalah, aku selalu bisa mengeluarkan emosiku dengan santai, sementara Chloe kebalikan dariku. Dia selalu menyembunyikan emosinya, meskipun situasi hatinya sedang meledak-ledak, itu bukanlah kelebihan, justru itu adalah kekurangan karena tidak mampu berekspresi dengan bebas dalam emosinya adalah hal yang sangat menyakitkan. Tidak seharusnya disembunyikan semacam itu. Mungkin aku harus memberinya pelajaran agar dia bisa setidaknya menerima segala emosi yang berasal dari lubuh hatinya yang terdalam. Sudah kuduga keputusan beristirahat di hotel mewah adalah keputusan paling tepat, karena saat aku mencoba untuk berkunjung ke kamar Chloe, gadis itu sedang terlelap sangat nyenyak di kasurnya, itu artinya selama ini dia sudah sangat lelah bahkan mungkin sudah merasakannya lebih awal dariku yang hanya baru-baru ini, tapi dia selalu dan selalu menahannya terus-menerus. Jika itu terus dibiarkan, tubuhnya akan kacau dan dia bisa mati mendadak di tengah perjalanan. Tidur adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar, jika kita tidak punya waktu yang cukup untuk tidur, maka tubuh kita pasti akan rusak secara perlahan dan itu efeknya bisa sangat berbahaya bagi diri kita. Aku tidak mau itu terjadi pada Chloe, meskipun dia menjengkelkan dan sering membuatku kesal dengan sikap kasarnya padaku, aku tetap tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya, karena mau bagaimanapun, dia sudah menjadi sahabatku dan orang terpenting dalam hidupku yanng telah berjuang bersama untuk menyelamatkan Eric. Chloe mungkin tidak menyadarinya, tapi dengan dia bersikap kasar setiap saat, itu hanya menunjukkan bahwa dia sebenarnya orang yang sangat lemah dalam hal emosi dibandingkan denganmu. Itu sudah dibuktikan karena rata-rata orang yang tidak mampu menunjukkan emosinya kepada orang lain, adalah orang-orang yang punya masalah terhadap dirinya sendiri, atau singkatnya, punya ketidakpercayaan diri yang tinggi. Banyak yang memiliki kecendurungan seperti Chloe di antara para bangsawan, dan menurutku itu hal yang normal selama masih berada dalam tahap batas yang wajar, tapi entah kenapa, Chloe sudah melewati batasan itu karena benar-benar benci dan takut untuk mengungkapkan atau menunjukkan emosinya padaku. Aku merasa seperti dia punya trauma yang besar terhadap sesuatu sehingga jadi tumbuh dewasa dengan sikap pertahanan semacam itu, alias menjadi orang yang sangat kasar saat berbicara dengan orang lain. Sebenarnya itu bisa disembuhkan dengan terapi dari dokter, tapi sepertinya untuk pergi ke lokasi terapi saja, akan sangat sulit dan membutuhkan waktu berhari-hari bagiku untuk meyakinkan Chloe soal hal tersebut. Aku hanya tersenyum saat melihat wajahnya yang sedang terlelap di kamar hotelnya yang pintunya belum terkunci, mungkin dia lupa atau tidak tahu cara menguncinya. Aku selalu merasa punya tanggung jawab untuk membuat Chloe bisa lebih percaya diri dan menyayangi dirinya sendiri sama seperti dia menyayangi Amanda sahabatnya. Jika Chloe berhasil menerima dirinya sendiri, aku yakin dia akan mengalami perubahan yang besar dalam hidupnya dan sikapnya saat berbicara dengan orang lain akan berubah menjadi lebih baik. Proses untuk mencapai itu semua akan sangat panjang karena itu harus dimulai dari diri Chloe sendiri. Aku mungkin bisa saja memaksanya untuk pergi terapi, tapi setelahnya, itu terserah dirinya sendiri karena jika dia masih belum sampai ke tahap penerimaan diri, ribuan terapipun akan jadi percuma. Itu adalah kunci kesuksesan awal agar Chloe bisa memperbaiki hidup dan membahagiakan dirinya sendiri untuk terbebas dari trauma yang berkepanjangan dari dalam dirinya. Kemudian, aku kembali ke kamarku dan merebahkan diriku di kasur. Aku menghirup napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan, mataku memandangi langit-langit dan pikiranku langsung ke mana-mana. Aku masih sangat mengkhawatirkan keberadaan Eric, aku sebenarnya sudah sangat lelah, tapi aku tidak bisa begitu saja meninggalkan ini karena itu akan membuatku menyesal selama hidupku. Eric adalah orang yang sangat spesial dalam hidupku, apapun akan kuberikan dan akan kuperjuangkan, asalkan Eric bisa kembali ke dalam hidupku dan kami bisa mengobrol dan tertawa bersama lagi seperti dulu. Kami berdua sudah seperti kedua ujung dari benang merah, meskipun terpisah jauh, tapi kami masih terikat sehingga apapun yang terjadi pada Eric, bisa kurasakan dengan mudah olehku. Ikatan antara aku dan Eric bahkan lebih dalam daripada aku dengan anggota keluargaku, aku juga tidak mengerti kenapa, tapi aku merasakannya. Tarikan emosi dan ikatannya lebih kuat saat aku melihat sorot mata Eric. Dia seperti sudah bersama denganku lebih dari ribuan tahun, dan akan terus bersama sampai akhir waktu. Rasanya seperti, kami berdua sudah pernah bertemu dan bersama beberapa kali di berbagai kehidupan. Aku tidak terlalu percaya pada reinkarnasi tapi hatiku merasakan demikian. Seperti yang kubilang, karena aku merasakan ikatan yang kuat, pikiranku selalu terfokus padanya meskipun saat ini kami terpisah cukup jauh, tanpa saling mengabari. Ini persis seperti ikatan antara kekasih atau keluarga kandung, bahkan lebih jauh dari itu. Aku merasakannya ikatan kami lebih dan lebih dalam dan jauh dari itu semua. Aku hanya tersenyum tipis dan sedikit tersipu saat memikirkan itu semua. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa lagi karena aku sudah bingung dengan semua hidupku ini, aku merasakan hiburan saat aku memikirkan soal Eric karena itu mengalihkan pikiranku dari hal-hal negatif yang sering menggerogoti kepalaku. Aku tidak ingin terus-menerus merasakan hampa dan sedih saat memikirkan soal Eric, itulah kenapa aku ingin memikirkan soal sahabatku tapi dengan suasana hati yang tenang dan damai. Alih-alih membuatku bersedih bahkan sampai menangis, lebih baik bernostalgia saja agar aku bisa membuat diriku jadi lebih baik dan pulih dari rasa sakit dan sesak. Tidak enak sekali rasanya saat merindukan seseorang yang entah di mana keberadaannya sekarang. Sangat misterius dan melelahkan sekali. Besok pagi, kami akan kembali melanjutkan pencarian kami ke seluruh kota, menyisir tiap distrik untuk menemukan Eric dan Amanda, aku harap mereka berdua bisa mudah untuk ditemukan, aku harap juga kami bisa menemukan beberapa petunjuk untuk bisa melacak sahabat-sahabat kami. Aku yakin, di tengah kota Paris yang ramai seperti ini, pasti ada beberapa petunjuk untuk kami, semoga dengan itu aku dan Chloe bisa bertemu dengan Eric dan Amanda. Sungguh aku rela memberikan apapun, benar-benar apapun, untuk mendapatkan kembali Eric ke dalma hidupku. Aku sudah muak dengan perburuan penyihir, jika tugasku sudah tuntas, aku bersama Eric, Chloe, dan Amanda, akan menghancurkan kerajaan dengan cara kami sendiri. Aku benar-benar sudah kesal dan jengkel dengan sikap keluargaku yang tidak peduli soal nasib orang-orang yang saat ini diburu karena dituduh sebagai penyihir. Itu benar-benar kelewatan dan aku sangat marah, aku ingin mengajar wajah rajaku, yang merupakan ayahku sendiri. Dia sangat tidak becus dalam mengurus kerajaannya sendiri hingga menciptakan kekacauan yang bodoh seperti ini. Sebenarnya apa manfaatnya punya seorang raja, jika sang raja sama sekali tidak bisa melindungi dan mensejahterakan semua rakyatnya. Itu adalah kerajaan yang sangat bodoh dan payah jika membiarkan pria jahat menjadi raja mereka. Aku akan menjadi orang pertama yang mencetuskan revolusi di kerajaan ini dan aku harap lebih banyak orang bisa bergabung ke dalam gerakanku untuk menghancurkan status bodoh dari raja kami.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN