Syila melangkah keluar dari kamar dengan mengenakan dress hitam selutut. Zidan menelpon nya dan mengatakan kalau dia sudah menunggu Syila dimobil tepat didepan pintu utama mansion.
Mereka akan pergi bersama kali ini setelah sekian lama Syila menutup diri memikirkan perselingkuhan suaminya. Dia pun sudah akan menceritakan semua yang terjadi padanya.
Zidan adalah sahabat sejak ia ada dipanti asuhan itu, mereka berpisah karena Zidan pergi keluar negri mendapatkan beasiswa.
Syila sempat mengedarkan pandanganya pada kamar Daniel yang tertutup rapat. Pria itu masih belum kembali dari Hongkong setelah 4 hari. Syila pun tak ambil pusing,toh itu bukan urusannya lagi.
Syila tidak pernah lagi menantikan kepulangan Daniel dari kantor,tidak lagi menyiapkan segala keperluan Daniel. Bahkan sekalipun ia tak pernah lagi menyiapkan makanan untuk Daniel.
Jangan tanya soal makan bersama,bahkan selama pernikahan yang sudah mereka jalani berbulan bulan baru satu kali mereka makan bersama. Jika dulu Syila tampak antusias menunggu kedatangan Daniel untuk makan bersama, sekarang tidak lagi, Syila pasti pergi kebelakang ia tak pernah lagi mau mikirin Daniel. Mau makan atau tidak itu masalah dia bukan dirinya. Toh yang merasakan lapar dia bukan dirinya.
"Syila,kamu mau kemana?"tanya Roy keheranan saat melihat Syila berjalan menuju pintu utama dengan pakaian rapi.
"Aku akan pergi bersama sahabatku"jawab Syila tanpa melihat kearah Roy karena wanita itu sibuk dengan ponselnya.
"Tapi Syil,kata Tuan--"
"Kau tak perlu mengikuti ku. Mengerti!" sela Syila membuat Roy terdiam memikirkan cara agar bisa mengawasi Syila karena perintah Daniel. Ia tak ingin kena amukannya.
Syila membuka pintu utama dan menapakkan Zidan yang menurunkan kaca mobilnya dan melambaikan tangannya pada Syila.
"Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan"batin Syila
Namun tanpa Syila duga hari yang menyenangkan ini harus berakhir sebelum dimulai karena bersamaan dengan sebuah mobil sport memasuki gerbang berhenti didepan pintu utama tepat dibelakang mobil yang dikendarai Zidan.
Supir pun terlihat turun dari mobil dan bergegas membukakan pintu penumpang yang Syila yakni Daniel.
Dan benar saja pria itu terlihat keluar dari mobil dengan pakaian yang rapi. Tak lupa kaca mata yang masih tertengger dihidungnya itu membuat penampilannya bertambah keren.
Lalu Daniel menatap Syila dengan terkejut dan memperhatikan penampilan wanita itu dari atas ke bawah.
"Kau mau pergi kemana?"tanya Daniel pada akhirnya setelah beberapa saat mereka saling menatap dengan Syila yang memperhatikan wajah yang merasa terganggunya.
Syila memutar bolanya malas seraya mengatakan,"Pergi"singkatnya
Mendapati tanggapan Syila yang acuh tak acuh membuat Daniel menarik napas dalam. Syila benar benar berubah. Ia merindukan gadis kecil yang polos dan patuh, gadis polos itu sudah menjadi pembangkang dan itu karena dirinya.
"Kemana? Dan kenapa Roy tidak mengantarkan mu?"tanya Daniel heran seraya mengedarkan pandangannya mencari Roy.
"Tidak usah aku sudah dijemput"ucap ketus Syila.
Membuat Daniel menoleh menatap Syila dan langsung berbalik menatap Zidan yang tengah menatap Syila dan dirinya.
Daniel menahan tangan Syila, "Kamu gak boleh pergi"ucapnya tegas sambil menatap tajam.
"Issshh, apa apaan sih"ucap Syila yang masih malas yang berusaha melepaskan tangan Daniel.
"Tapi sepertinya dia bukan pria baik baik"ujar Daniel seraya memperkuat cengkramannya.
"Gak usah sok tau deh"balas ketus mata biru Syila menatap tajam Daniel.
"Tapi beneran,percaya sama aku dia sepertinya bukan pria baik baik,"Daniel yang masih kuekuh meyakinkan Syila.
“Emang situ pria baik?”sindir Syila membuat Daniel terdiam.
"Gimana Syil?"suara Zidan membuat mereka berdua berhenti berdebat dan menatap Zidan yang entah dari kapan sudah dihadapan mereka.
Syila menyentak tangan Daniel dengan keras sehingga terlepas dan segera meraih tangan Zidan,"Ayo"seraya menarik dan berlari menuju mobil Zidan. Membiarkan Daniel yang masih meringis dan kaget ketika Syila pergi.
"Shitt"umpat nya. Mengepalkan kedua tangannya.
Daniel yang telat mencegah Syila pergi pun emosi. Ia menatap mobil yang dinaiki Syila pergi entah kemana.
Ia segera merogoh kantong celananya mengambil ponsel dan segera menghubungi Alfan untuk melacak keberadaan Syila. Setelah menghubungi ia bergegas berjalan menghampiri mobil sport dan meminta supir untuk melaju kedalam mansion.
Ia sangat lelah sekali hari ini, belum lagi Feby menghubungi nya tanpa henti. Entah mengapa ia tidak seantusias dulu,sekarang yang ia pikirkan hanya Syila gadis kecil yang menggemaskan itu. Ahh memikirkan itu membuatnya ingin memeluknya setiap hari,tanpa sadar ia tersenyum kecil.
Ia merindukan sikap Syila yang patuh bukan yang pembangkang seperti sekarang ini,tapi ia juga merasa bersalah karena dirinya Syila berubah.
"Tuan,sudah sampai"suara supir membuat Daniel tersadar akan lamunannya.
'Huh'
Daniel menghembus napas kasar dan turun dari mobil memasuki mansion.
******
Hari sudah malam, matahari telah terbenam, awan sudah gelap tapi Syila belum pulang. Entah apa yang Syila lakukan yang membuat Daniel geram Alfan tidak bisa melacak posisi dimana Syila berada dan ini sudah lama Syila pergi dengan laki laki itu.
Daniel mendesah kasar seraya mengusap wajahnya kasar dan rambutnya. Ia duduk disofa menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 20.23.
Daniel mengepalkan tangannya dan menatap tajam pintu mansion. "Syila,lo kemana sih udah malam belum pulang pulang"geram Daniel.
"Awas aja kalo pulang"
"Mau sampai kapan sih dia cuekin gue"ucapnya pelan dan beranjak dari sofa ketika mendengar deru mobil didepan mansion.
Ia bergegas berjalan melihat dari jendela. Syila dan Zidan tengah berbincang bincang sesekali Syila tersenyum manis. Huh melihat senyum itu membuat Daniel geram. Hanya Daniel yang harus melihat senyum Syila yang lain tidak boleh dengan kata lain Syila dilarang tersenyum dengan orang lain. Egois? Ya Daniel egois. Ia ingin memiliki kedua wanita. Feby,cinta pertamanya dan Syila,istri sahnya.
Melihat Syila yang masuk mansion membuat Daniel segera mencekal lengannya.
"Kok kamu baru pulang?"mendengar suara lembut Daniel membuat Syila menatap aneh.
"Suka suka dongg,bukannya Minggu lalu aku udah pernah bilang kalo kamu gak usah ngurusin aku"Syila menatap sinis Daniel.
Daniel menarik napas dalam. Syila benar benar serius dengan ucapannya.
"Tapi aku suami kamu,Syila"ujar Daniel yang menahan amarahnya. Ia tak mau melampiaskan amarahnya pada Syila.
"Suami?"berhenti sebentar menatap remeh Daniel. "Suami?hahaha,Suami yang ga pernah anggap aku sebagai istrinya? Suami yang ga pernah jaga perasaan istri? Suami yang selingkuh dibelangkanya? Suami yang melempar tanggung jawab nya pada Roy?" Sarkas Syila seraya tertawa miris.
"Asal kamu tau ya selama aku menikah sama kamu,aku ngerasa kalo Roy yang selalu njaga aku! Cuma Roy yang selalu ngertiin aku! Cuma Roy yang selalu menghapus air mata aku! Cuma Roy yang meluk aku saat aku menangisi kamu! Bodoh banget sih aku yaa!" Air matanya mengalir deras menatap Daniel kecewa dan hancur. Kenapa baru sekarang?
"Seharusnya kamu ngaca, kamu tuh gak pernah ngelakuin apa apa buat aku! Emang kamu pernah bahagiain aku? Enggak kan?! Yang kamu bahagia in tuh cuma Feby!!! Jadi gak usah ngaku ngaku jadi suami aku" Syila menjeda sebentar,
"Kamu cuma nafkahi aku dan gak berhak atas aku!" Lanjut syila, ia mengeluarkan semua unek uneknya yang selama berbulan bulan ia rasakan. Ia menghapus air matanya dengan kasar dan berjalan cepat menaiki tangga meninggalkan Daniel yang masih terpaku.
Ucapan Syila membuat Daniel makin sadar andai dulu dia menerima Syila. Andai dulu dia berusaha menjadi suami yang baik. Tapi semua itu percuma. Syila sudah semakin membencinya.
"Kamu pantas merasakan nya"gumam pelan menahan sesak didadanya. Menatap punggung Syila yang semakin lama menghilang dari pandangannya.
*******
Siang ini Syila bersiap siap untuk check up kandungan. Ia pergi tanpa memberi kabar Daniel. Ya dia tau dari kemarin Daniel pergi ke luar negeri untuk mengurusi perusahaan nya. Entah benar atau tidak. I a sudah menyerah.
Ia bergegas keluar kamar mencari Roy,karena ia tak menemukan Roy, Syila menghampiri Bi asih yang tengah memasak makanan.
"Bik,nanti kalo mas Daniel cari Syila bilang kalo Syila ada urusan"pesanku pada bi asih.
Bi asih mangut mangut tanda paham,"Emang Syila mau kemana?"tanya bi asih seraya mengerutkan keningnya,
Syila yang mendapat pertanyaan Bi asih membuatnya mendekati bi asih dan berkata pelan, "Check up kandungan bi"
Mendengar ucapan Syila membuat bibi kaget dan Syila langsung menempelkan jari telunjuk dibibir bibi saat bibi akan teriak.
Bibi mengangguk paham dan Syila menurunkan jari telunjuk,"jangan bilang siapa siapa bi"ucapnya pelan seraya menatap peringatan.
Bibi mengangguk pelan,"Tuan sama nyonya besar belum tau ya syil?"tanya bibi pelan.
Syila menatap bibi sendu dan menggeleng kecil,"Belum,bibi kan tau semua keluarga ini gak ada yang suka sama Syila, hanya alm. Ayah dan Romi yang menerima Syila"ucapnya pelan tersenyum miris.
"Sabar ya Syil,udah sana pergi nanti telat lho,oh ya Roy ijin lagi sakit jadi dia gak bisa nganterin kamu"ujar Bi asih.
"Ya udah bi,saya pamit ya"Syila tersenyum kecil dan pergi meninggalkan bibi yang menatap kasihan Syila.