Prologue

216 Kata
Malam hari di sebuah restoran ternama terlihat sepasang kekasih duduk disalah satu meja yang dihiasi bunga. Suasana malam itu berubah menjadi romantis karena rupanya pria itu berniat untuk melamar kekasihnya. Dihiasi dengan pencahayaan yang temaram, pria itu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jas nya. Sebuah kotak beludru berwarna merah. Sang wanita sedikit terkesiap dan menahan napasnya yang sudah semakin memburu. "Malam ini aku bersama orang yang menemaniku selama ini mengisi hari-hari dengan suka dan duka dengan sabar menunggu ku hingga malam ini adalah saat yang ditunggu. Ghania Afrin, maukah kau menjadi istriku?" Akhirnya Ghani tidak mampu lagi mengembangkan senyuman bahagia nya, setetes air mata jatuh membasahi pipinya yang merona. Dihadapannya, Dennis kekasihnya sedang menunggu jawaban dari pertanyaannya. Ghani mencoba membuka suara namun suaranya tercekat. Ia hanya bisa mengangguk. Dennis melebarkan senyumannya lalu memasangkan cincin emas putih bermata indah kepada Ghani. Ghani tersenyum didalam tidurnya lalu terbangun. Ia terduduk lemas di kasur. Hari masih gelap karena sekarang masih jam tiga dini hari. Ghani bermimpi untuk yang kesekian kalinya. Mimpi yang sama yang selalu membuatnya tersenyum getir setiap kali mendapatkan mimpi tersebut. Melamar? Ghani sekarang tertawa sumbang. Hal itu tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya karena semakin hari hatinya bukannya semakin membaik malah memburuk. Ghani menghembuskan napasnya berat dan mengumpulkan tenaga untuk bangkit, karena ia tau bahwa ia tidak akan bisa kembali tidur. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN