Tidak bisa. Tidak bisa. Tidak bisa. Tidak mau. Saima tidak bisa dan tidak mau mendengar pernyataan cinta dari Janied. Pria itu selalu semena-mena dengan apa yang diucapkannya—sejak dulu Janied seperti itu. Saima masih ingat ketika Janied mengatakan untuk yang pertama kalinya bahwa dia ingin berpacaran dengan Radmila dan meminta—memaksa—Saima membelikan sesuatu. Memakai seragam SMA Mahardika, pagi-pagi sekali, Saima pergi membeli coklat padahal hari itu ada ulangan matematika. Ketika Saima datang ke hadapan J anied dengan cokat di tangannya, Janied bilang tidak usah. Norak, katanya. “Coklatnya buat lo aja, Sai,” kata Janied, enteng. Contoh yang lain; saat Radmila ulang tahun, Janied memberikan kejutan melalui Saima. Janied menyuruh Saima untuk mengajak Radmila pergi ke pantai.