"Woy! Nggak perlu emosi begitu juga, kali, Bro. Serius amat?" Terlihat sepupu Resti seperti berusaha menormalkan situasi saat mungkin menyadari Darren mulai tampak tersulut emosi oleh ucapannya sebelum ini. Ya, ucapan tentang masa depan dan masa lalu yang juga menjadi satu pertanyaan tersendiri untukku. "Ada apa, sih, sebenernya?" Aku yang memang belum tahu duduk perkaranya, melempar pandangan secara bergantian pada Arman dan Darren. Mencari jawaban yang mungkin saja bisa menuntaskan rasa penasaranku saat Arman berulang kali menyebutkan tentang masa lalu tak cukup sekali. Masa lalu siapa? Masa lalu yang seperti apa? "Kenapa dengan masa lalumu, Mas?" tanyaku spontan saat tatapan terfokus hanya pada lelaki 25 tahun berdarah China ini. Mendengar pertanyaan dariku, lelaki berkulit putih ya