bc

Kisah Pendakian Terakhir

book_age16+
435
IKUTI
1.9K
BACA
dark
tragedy
no-couple
scary
loser
magical world
realistic earth
supernature earth
horror
like
intro-logo
Uraian

Ahmad Dalwi Putra tidak menyangka kalau pendakian ini akan berakhir mengenaskan. Ia juga tidak pernah mengira bahwa semua mimpinya naik gunung untuk menikmati keindahan gunung yang akan dipamerkannya kepada semua orang akan berakhir menjadi sebuah mimpi buruk. Ia juga tidak pernah menyangka kalau ‘ketempelan’ sebelum acara pendakian itu akan membawanya menjadi pribadi yang bisa melihat hal-hal yang tak seharusnya dia lihat, juga mempersulit ruang geraknya saat dalam pendakian.

Apakah kebahagiaan, kepuasan, dan obsesinya naik gunung membuahkan kesenangan dalam hatinya? Ataukah justru menjadikan pendakian tersebut menjadi pendakian terakhir baginya?

chap-preview
Pratinjau gratis
BAB 1
“Duh, gua kenapa nih?”   Seseorang kini tengah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ntah mengapa kini dia merasakan kalau tubuhnya meremang dan bulu kuduknya terasa berdiri. Ia merasa sesuatu yang aneh di sekitarnya. Panca indranya bahkan seakan mengendus sesuatu yang tidak beres.   “Ah, gua main hape aja lah.” Katanya seraya mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam saku celananya.   Namun, baru saja ia berkutat dengan poselnya, sebuah deru nafas terasa tertiup di tengkuknya. Hal itu sontak membuat dirinya berbalik dengan terkejut. Kini kakinya mulai gemetar mendapati kejadian janggal yang baru saja dilihatnya.   Nggak ada siapa-siapa. -batinnya.   Ia memilih untuk mengamati keadaan sekitarnya dan sejauh matanya memandang, tidak ada satupun tanda-tanda ada seseorang di dekatnya. Hal ini membuat dirinya mulai berpikiran yang tidak-tidak.   Namanya Ahmad Dalwi Putra seorang mahasiswa tingkat tiga yang kini tengah berada di sebuah ruangan sendirian. Pagi ini dia diminta oleh ketua organisasi yang diikutinya untuk datang, namun tanpa disangka, sesampainya dia di sekret tempat mereka berkumpul ternyata belum ada orang sama sekali.   Ia yang malas untuk pergi ke kantin untuk sekadar menunggu teman-temannya langsung memutuskan untuk masuk ke dalam sekret yang awalnya terkunci, ia memang tidak memiliki kunci yang biasa dia gunakan untuk masuk ke dalam sekret namun dia tahu kalau kunci sekret sengaja di simpan oleh ketua di kotak saran berbentuk kotak yang tidak transparan dan terbuat dari kardus yang dibungkus kertas kado yang tergantung di antara jendela dan pintu sekretnya.   Sekret itu berada di sebuah Gedung Graha Mahasiswa yang terletak di pojok kampusnya, tepatnya berada di lantai tiga. Gedung tersebut memang diperuntukkan untuk mahasiswa mengeksplore kemampuan diri. Jadi, yang mengelola gedung tersebut adalah mahasiwa, sedangkan kampus hanya menyediakan petugas kebersihan yang hanya membersihkan lantai di luar ruangan mereka saja dan juga surat perizinan untuk mahasiswa yang ingin meminjam ruangan aula di lantai 5.   Gedung itu terdiri atas tiga 5 lantai yang masing-masing lantainya terdapat kamar-kamar kecil untuk tempat perkumpulan sebuah organisasi, baik organisasi yang berhubungan dengan program studi seperti Himpunan Mahasiswa maupun organisasi yang sifatnya mirip ekstrakurikuler di sekolah, namanya UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa).   Lantai pertama dan kedua berisi kamar-kamar sekretariat UKM seperti Mapala, Silat, Tari, dan lain sebagainya. Lantai ketiga dan keempat berisi kamar-kamar sekretariat anak-anak Hima (Himpunan mahasiswa) dari semua prodi yang ada di cabang Kampus tersebut, dan lantai lima adalah Aula yang digunakan untuk seminar.   Kampus itu sebentulnya sangatlah besar. Namun, karena setiap fakultas memiliki cabang kampus tersendiri dan selalu berada di tempat yang terpisah sehingga kampus tempat Dalwi kuliah terlihat sangat kecil. Ia berada di Kampus A. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, jurusan yang sangat memalukan bagi Dalwi namun ia selalu dituntut untuk menyelesaikan masa studinya di sana.   “Duh, yang lain mana sih? Sue banget gua diminta buat datang duluan tapi mereka nggak ada yang datang.” Gumamnya.   Tanpa ia sadari hawa di sekitarnya kini berubah menjadi dingin. Ia merasa seperti ada AC yang memberikan sesejukan untuk dirinya di ruangan itu, padahal, di ruangan itu tidak memiliki AC, hanya ada kipas angin yang tidak dia nyalakan. Jendela yang yang ada di depan dan belakang ruangannya pun tidak ia buka sehingga seharusnya tidak akan ada angin yang masuk ke dalam ruangan itu.   Ia memilih untuk bangkit, perasaan takut itu kini menyelimuti dirinya, padahal biasanya ia adalah anak paling pemberani di sana, namun ntah mengapa pagi ini terasa jauh berbeda. Ia menoleh kea rah jarum jam yang menggantung di atas pintu. Waktu menunjukkan pukul 06.30 WIB. Benar-benar waktu yang masih sangat dini hari bagi seorang mahasiswa.   “Janjian jam 6 katanya ada yang penting tapi udah gua ngaret-ngaretin tetep aja nggak ada orang. Jangan-jangan gua dikerjain lagi nih.”   Raut wajah Dalwi kini berubah, ia benar-benar merasa kesal dengan apa yang teman-temannya lakukan kepada dirinya. Ia memang mengakui kalau ia adalah anak yang selalu telat datang setiap ada rapat organisasi, namun dia benar-benar tidak menyangka kalau ternyata dia dikerjai habis-habisan oleh ketua organisasinya.   Dalwi memilih untuk berdiri namun seketika hawa dingin yang membuat bulu kuduknya meremang kini menjadi hawa panas, tidak sedingin sebelumnya.   “Nggak, nggak ada apa-apa. Gua nggak percaya sama yang begituan.” Gumamnya.   Ia mencoba memantapkan diri untuk berjalan, namun kali ini dia tidak berani menoleh ke belakang. Kini ia mulai takut kalau tiba-tiba ada sesuatu yang tengah duduk dan menampakkan diri di belakangnya. Meski mulutnya mengatakan kalau ia tidak mempercayai hal-hal mistis namun tubuhnya mengatakan hal yang sebaliknya.   Ia pun langsung membuka engkel pintu dan mencoba untuk keluar dari ruangan tersebut sebab dia merasa takut saat ini.   “Eh, kok susah?” tanyanya kepada dirinya sendiri.   Ia mencoba membuka engkel pintu, ntah mengapa ia tidak menemukan kunci yang ia biarkan menggantung di sana. Padahal, ia sangat ingat bahwa ketika ia datang pertama kali tadi, ia sudah memindahkan kuncinya menjadi berada di dalam.   “Aduh, anjir. Kenapa nih?” tanyanya yang mulai panik.   CKLEK-CKLEK-CKLEK-CKLEK   Ia terus mencoba menaik turunkan gagang pintu agar bisa membuka pintu. Namun, pintu tersebut seakan terkunci dari luar. Ia pun langsung mencoba mengambil ponselnya dan berniat untuk menghubungi Rahmat, ketuanya yang meminta dia untuk datang pagi-pagi.   Mat, tolongin gua, Gua kekunci di sekret. -kirim.   Dalwi terus memperhatikan pesannya namun pesan yang ia kirim via w******p itu hanya memamerkan gambar jam, menandakan ia tidak memiliki kuota internet.   Jangan bilang kuota gua abis. Perasaan tadi pas gua maen games bisa deh. -batinnya merasa janggal.   Di saat ia tengah mengecek ponselnya, ia pun kembali merasakan sebuah hembusan angin di belakangnya. Ia pun dengan refleks langsung menoleh ke belakang dan tidak mendapati siapapun di sana.   Tubuh Dalwi seketika merinding. Ini benar-benar pengalaman pertama yang sangat menakutkan. Kali ini, ia menyesali dirinya yang sebelumnya mengatakan kalau dirinya tidak percaya dengan hantu.   “Duh, tolongin gua kek. Woiii, ada orang gak di luar? Tolongin gua woi!” serunya.   Ia tidak lagi bisa tenang karena perasaan takutnya kini kian menjadi-jadi. Ia mengintip dari kaca di sebelah pintu, kaca itu tidak bisa buka tutup jadi dia tidak bisa membukanya seperti kaca yang ada di belakang ruangan.   Ia juga tidak bisa keluar dari jendela belakang karena jendela itu tidak memiliki balkon, sehingga jika ia memilih untuk keluar dari saja, maka yang ada ia akan dengan mudah masuk rumah sakit bahkan mengakhiri hidupnya.   “Tolong! Tolong! Tolong!” serunya sambil meraung-raung seperti orang gila.    

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Wolf Alliance Series : The Path of Conquest

read
41.5K
bc

Menantu Dewa Naga

read
180.1K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
633.8K
bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
155.9K
bc

Marriage Aggreement

read
84.1K
bc

Dilamar Janda

read
322.8K
bc

Pendekar Benua Timur

read
9.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook