Kalau boleh meminta, Angga tidak ingin dihadapkan pada situasi seperti ini. Atau kalau saja punya pilihan, Angga tidak mau memilih berada di posisi saat ini. "Sentuh aku, Ang. Aku ini istrimu, kan?" Dengan mata berkaca Nadia meletakkan tangan Angga yang dia genggam ke dadanya. Sayangnya tubuh dan pikiran Angga sama-sama setia. Mereka geming dan menanggapi keinginan Nadia dengan dingin. Mata sayu Angga menatap kosong pada tangan Nadia yang terus saja menggerak-gerakkan tangan miliknya agar meraba tubuh indah Nadia. "Aku bukan porselen yang bakal retak kalau kamu sentuh. Aku juga bukan permata yang cuma bisa kamu pamerkan keindahannya. Aku manusia, punya kehangatan, punya perasaan dan aku ini milikmu. Kamu bisa melakukan apa pun padaku. Bahkan untuk fantasi terliar sekalipun." Kembali Nad