16. Dieng 5

2017 Kata

                “Gimana pak, mau makan apa?” tanyaku untuk kesekian kalinya ketika siang itu Pak Dimas tak kunjung menjawab pertanyaanku dan terus memilih untuk diam sambil memegangi perutnya dengan kepala menyandar di pundakku. Jujur saja, kondisi seperti ini sangat tidak baik untuk kesehatan jantung, tapi aku tidak memiliki cukup keberanian untuk meminta Pak Dimas menyingkirkan kepalanya dari pundakku.  “Saya telfon Pak Joko aja, gimana?” tanyaku lagi. Pak Dimas menggeleng dengan mata masih terpejam.                 Jadi, tadi setelah tiba-tiba Pak Dimas memelukku dan bilang kalau dia lapar sampai mau pingsan, aku langsung mengajaknya duduk. Sebenarnya aku agak tidak percaya kenapa Pak Dimas bisa semendadak itu kelaparan sampai mau pingsan. Tapi kalau dia bohong, kayaknya bukan jug

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN