“Mbak Shila, awasss!” Aku reflek mundur dua langkah ketika mendengar teriakan Nayla yang cukup nyaring. “Nyebrang jalan lihat-lihat woy!” Seketika kesadaranku sepenuhnya kembali begitu mendengar teguran dari laki-laki bertato yang hampir saja menabrakku karena aku tidak melihat kiri kanan waktu menyebrang jalan. “Maaf, mas. Maaf.” “Maaf-maaf! Kalau saya nambrak situ, yang bakal disalahin itu saya, mbak! Padahal situ yang nyebrang sambil ngelamun!” “Iya, mas. Sekali lagi saya minta maaf.” Aku menundukan kepala, lalu detik berikutnya laki-laki bertato itu kembali menyalakan motornya lalu pergi. “Mbak Shila itu kenapa, sih!” tiba-tiba saja Nayla sudah berdiri di depanku dengan wajah sedikit marah. “Nggak papa, Nay.” Aku menggeleng, lalu hendak menyebrang lagi. Namu