18. Menjauh

1895 Kata

                “Mbak Shila, awasss!” Aku reflek mundur dua langkah ketika mendengar teriakan Nayla yang cukup nyaring. “Nyebrang jalan lihat-lihat woy!” Seketika kesadaranku sepenuhnya kembali begitu mendengar teguran dari laki-laki bertato yang hampir saja menabrakku karena aku tidak melihat kiri kanan waktu menyebrang jalan. “Maaf, mas. Maaf.” “Maaf-maaf! Kalau saya nambrak situ, yang bakal disalahin itu saya, mbak! Padahal situ yang nyebrang sambil ngelamun!” “Iya, mas. Sekali lagi saya minta maaf.” Aku menundukan kepala, lalu detik berikutnya laki-laki bertato itu kembali menyalakan motornya lalu pergi. “Mbak Shila itu kenapa, sih!” tiba-tiba saja Nayla sudah berdiri di depanku dengan wajah sedikit marah. “Nggak papa, Nay.” Aku menggeleng, lalu hendak menyebrang lagi. Namu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN