Chapter 01 - Concelerina Sarah Mathevic

667 Kata
December 2018 Saint.Patersburgh, Moskow "It's broken but still I can love you" ********************** Happy Reading Udara dingin khas musim salju mencucuk tulang hingga menimbulkan sensani getar yang tidak dapat dijelaskan, jangan heran jika kau tinggal dinegara penyandang gelar terdingin kedua setelah Kutub Utara, bahkan malam itu suhu udara di St.Petersburg diperkirakan mencapai -2 derajat dan hal tersebut akan terus berlanjut hingga akhir bulan Februaari yang akan ditandai dengan melelehnnya salju sebelum berganti menjadi musim semi yang penuh cinta dan harapan. Dari dalam ruang kerjannya yang tamaram Leu memandang nyalang pada sekitar ruang kerja miliknnya, tangannya yang terluka tetap setia dibalut dengan kain kasa. Ia tidak peduli dengan kata orang tentang buruknnya udara malam bagi kesehatan, toh tetap saja dirinya yang akan menanggung hal tersebut bila seandainnya sesuatu terjadi padannya. Terhampar didepannya beberapa berkas putih dan satu buah laptop yang tampak masih menyala,teronggok mati,dingin tak tersentuh. Ya, malam ini adalah malam dimana seseorang yang pernah berarti bagi sosok Leucotea pergi jauh dari hidupnnya bahkan tidak ada celah baginnya untuk dapat menyesalinnya lagi, jangankan menyesal, bermimpi saja sudah tidak mungkin. Sebuah kesalahan yang berbicara lewat takdir Tuhan, sesuatu yang sudah digariskan dan tidak dapat dipungkiri oleh makhluk bernama manusia. Sementara itu dalam perjalanan menuju Moskow Mobil camaro hitam yang dikendarai Marcus terus berjalan membelah jalanan padat kota Moskow, setelah berkendara selama satu jam penuh akhirnya kendaraan baja tersebut berhenti tepat didepan bangunan modern bergaya Stalin di daerah Prokopyevsk, setelah merapatkan palto hitam yang dikenakannnya untuk berlindung dari udara dingin, Marcus segera keluar mobil dan masuk kedalam gedung yang slalu terbuka untuknnya, Moskow Police Departement. Setelah melewati pos penjagaan dengan mudah,kini langkah kaki Marcus telah berhenti tepat didepan pintu ruang paling atas banguanan dua lantai tersebut, dan sapa ramah seorang pria lebih muda menyambut kedatanganya bagai teman lama yang tidak berjumpa hampir setahun lebih. "Spakoinoi nochi senor Marcus de Valley, dan apa yang membawamu datang dari jauh?" tanyanya sambil bangkit berniat menyalami sang tamu. "Tidak perlu berbelit-belit, berikan penjelasanmu tentang penyandraan kapal milik kartel Luciano!"jelas Marcus to the point. "Jangan berlebihan, aku hanya bersikap sopan." kekehnya tepat dihadan Marcus yang kini memasang tampang membunuh. "Tutup mulut jahanamu b*****h!" desisnya memperingatkan. "Bagaimana jika kita membicarakanya dengan minum bir, kau tahu brandy produksi bosmu adalah yang terbaik. Dan well, aku yakin kau tidak akan menolaknya." "Sekarang atau kau akan menyesal tuan Dostoevskaia." bisiknya sambil mengarahkan rovelver pada polisi dihadapanya. "Baiklah, tapi aku rasa kau tidak berani menaggung resiko dengan kami."sebuah kalimat sederhana namun serat akan ejekan. "Dan aku sungguh tidak butuh pendapatmu, perlu kau ingat saja bahwa kami tidak peduli pada resiko dalam bertindak,tentu kau telah membuktikanya sendiri."dan setelah mendengar ucapan tersebut, Dmitri diam membisu dengan wajah merah padam menahan amarah yang siapa meledak, dari tatapan matanya yang menggelapa Marcus tahu bahwa sejauh ini usahanya berhasil. "Kau yang harus mengatakan pada tuan mudamu." "Dan kau sendiri yang harus segera mengakhiri dramamu." Hahahaha, tawa menggelegar milik Dmitri pecah didalam ruang persegi tersebut. "Sadarlah, sebenarnya siapa yang senang berbuat drama hah!"tunjuk Dmitri tepat diwajah marcus setelah berhasil mengontrol tawanya. "Ada bayaran jika tuan mudamu ingin aku melaksanakan tugas tersebut."lanjutnya memperjelas. "Sudah kuduga." ucap Marcus tersenyum miring. "Bagaimana?" tanya Dmitri memastikan. "Lakukan secepat mungkin jika kalian semua ingin tetap hidup." "Dan segera lakukan transaksinya." ingatnya pada Marcus dengan penuh rasa bangga. "Sangat menyenang jika kalian mau berkunjung lagi." lanjutnya setengah berteriak karah pintu masuk. Tepat tengah malam Marcus kembali dari Moskow. Tujuan pertamanya adalah bertemu dengan tuan mudanya, Leucotea yang sedang bersantai diatas sofa putih yang berada tepat disamping kamar tidur miliknya ketika Marcus datang dengan sedikit terburu. "Ada apa?" tanya Leu ketika orang kepercayaanya telah duduk pada sofa diseberangnya. "Dmitri yang terlibat dalam kasus ini, dan akau telah meminta bantuan dari tentara dalamnya."lapornya. "Dasar tua bangka tidak berguna." "Apa ada sesuatu yang harus aku selesaikan lagi, tuan?" "Tidak ada dan beristirahatlah,udara sangat dingin malam ini. "dan setelah pamit Marcuspun membungkuk sopan sebelum berlalu keluar kamar. *spakoinoi nochi adalah kalimat selamat malam yang biasa diucapkan masyarakat Rusia atau juga dapat diganti dengan ucapan selamat tidur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN