bc

Jangan Bilang Kamu Mencintaiku!

book_age18+
38
IKUTI
1K
BACA
billionaire
HE
badboy
heir/heiress
drama
bxg
secrets
brutal
like
intro-logo
Uraian

Di hari jadi pernikahannya yang ke-3 tahun, pernikahan Adelia resmi selesai. Mantan suaminya, Januar, telah mendua dengan perempuan yang notabene bosnya sendiri. Membuang jauh-jauh Adelia setelah sebelumnya berjanji bahwa hanya perempuan itu yang akan ia cintai sepenuh hati hingga akhir hayat. Fakta bahwa Adelua tidak kunjung memberinya keturunan, dianggap benalu bagi Januar dan orang tuanya. Maka ketika Emi, bos besar di perusahaan tempat Januar bekerja, meminta laki-laki itu menjadi miliknya saja dengan imbalan kekuasaan dan harta berlimpah. Januar tidak berpikir dua kali untuk membuang Adelia.

Adelia terpuruk. Ia dihantam oleh fakta bahwa tidak ada kehidupan 'bahagia untuk selama-lamanya' seperti dongeng pengantar tidur yang kerap dibaca oleh ayahnya saat dia masih kecil. Dia terlalu dibuai akan cerita romansa di n****+-n****+, hingga melupakan fakta bahwa dia telah membuang begitu banyak hal hanya demi pria b******k seperti Januar.

Dipenuhi kemarahan, Adelia menghapus air matanya lantas menerima kembali uluran tangan keluarga yang telah ia abaikan selama bertahun-tahun. Kembali ke jati dirinya yang asli, putri dari salah seorang pengusaha kaya raya. Siap mempermalukan Januar yang telah menghinanya. Menunjukkan bahwa apa yang dia anggap sampah nyatanya sebuah berlian berharga.

Sampai ia dipertemukan dengan Dikta seorang penipu ulung, yang telah menjual banyak sekali karya palsu pada kakaknya Alex. Membuat dia menawarkan sebuah tawaran cukup gila. Berpura-pura menjadi kekasih Adelia dan membantunya membalas dendam atau diseret ke penjara. Dikta memilih menjadi kekasih pura-pura Adelia. Keduanya setuju menambahkan klausa di kontrak untuk tidak jatuh cinta dengan satu sama lain

Tanpa tau bahwa klausa itu, akan menjadi boomerang untuk keduanya. Membuat mereka mengelak perasaan untuk satu sama lain.

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog
"Dengan ini, saya resmi menyatakan saudara Januar Handika dan saudari Adelia Padmasari bukan lagi sepasang suami istri." Suara ketukan palu yang terdengar sebanyak 3 kali, menyadarkan Adelia bahwa apa yang sedang ia saksikan bukanlah sekedar mimpi. Di depan sana, hakim dan para panitera sudah mulai pergi dari ruang sidang. Menyisakan dirinya yang hanya bisa terpaku, masih tidak percaya di hari jadi pernikahannya yang ketiga tahun. Resmi pula ia menyandang status janda. Ia menoleh ke samping, mendapati bahwa kursi yang ditempati sang suami. Maksudnya, mantan suaminya sudah kosong. Januar keluar secepat kilat dari ruang persidangan bersama pengacara mahalnya. Ketidakhadiran anak dalam pernikahan mereka membuat proses perceraian berjalan begitu lancar tanpa hambatan. Apalagi Adelia tidak bisa menyewa pengacara yang lebih mumpuni dan hanya bisa mengandalkan pengacara dari pengadilan agama. Adelia berjalan keluar dari ruang pengadilan, bertepatan dengan perutnya yang berbunyi kelaparan. Sesuatu yang tak begitu ia pedulikan. Sebab meski perutnya bergemuruh tak terlintas sedikit pun hasrat untuk melahap makanan apa pun. Lidahnya terasa pahit, begitu pun tenaganya yang terkuras habis ketika yang ia lakukan hanya duduk di dalam ruangan sana. "Mau nebeng pulang sama aku nggak Mbak?" Langkah Adelia terhenti, menoleh ke arah tempat parkir. Menemukan seorang perempuan yang mengenakan gaun ketat, dan jaket tersampir di bahu menyapanya riang. Secara terang-terangan memeluk salah satu tangan Januar dengan begitu mesra. Tatapannya memang penuh perhatian, namun terlihat sekali bahwa dia sedang mengejek Adelia saat ini. Dirinya yang hanya mengenakan kemeja dan celana bahan usang, hendak berjalan menuju gerbang utama yang sangat jauh dari tempat parkir. Berniat menaiki angkot menuju kontrakan 3 petak yang sudah beberapa minggu ini ia huni, semenjak dirinya didepak keluar dari rumah yang telah ia huni selama 3 tahun ini. "Nggak usah, saya bisa pulang sendiri." Adelia menahan diri untuk tidak meledakkan amarahnya. Tidak ingin menunjukkan dirinya lemah, tepat di hadapan orang-orang yang sudah menyakitinya. Pandangannya lantas beralih pada Januar yang bersikap tidak peduli. "Semoga hubungan yang kalian mulai dengan cara tidak benar itu, berakhir bahagia." Tanpa memperdulikan wajah Januar yang tersinggung, Adelia berjalan pergi. Menuju gerbang utama yang masih begitu jauh. Tanpa sadar gigi Adelia bergemeletuk. Harga dirinya terluka bukan main. Diselingkuhi bahkan kedua mertuanya merestui perselingkuhan itu. Dia yang sudah mengabdi selama 3 tahun menjadi menantu taat di rumah itu, terbuang begitu saja hanya karena selingkuhan sang suami memiliki kekayaan berlimpah. Tidak sebanding dengan Adelia yang hanya menjadi ibu rumah tangga biasa. Ia bahkan tidak bisa mengandung seorang anak selama 3 tahun ini. Air mata Adelia tanpa sadar jadi bertumpuk di pelupuk mata. Ia meneguk ludahnya kasar, merasakan dadanya sesak. Cepat-cepat ia menghapus air mata yang terjatuh, namun seiring usahanya itu. Air mata yang turun justru semakin bertambah. Adelia mengumpat kecil, berharap mobil yang membawa Januar dan selingkuhannya itu tidak lewat. Sehingga ia tidak perlu terlihat memalukan seperti ini. Tangisan Adelia sedikit mereda, ketika sebuah mobil hitam berhenti tepat di depannya. Pintu di area penumpang depan terbuka, menampilkan seorang laki-laki setengah baya berjas hitam memegang sebuah tablet. Laki-laki itu tak bicara banyak, hanya membukakan pintu bagian penumpang. Membuat Adelia bisa melihat seorang laki-laki berkemeja hitam yang usianya tak jauh darinya duduk di dalam sana. "Sudah mendapatkan pelajaranmu?" tanya laki-laki itu tenang. Raut wajahnya terlihat kesal, namun ketika dia menatap penampilan Adelia dari atas hingga bawah. Tatapannya perlahan berubah menjadi lembut. "Pulanglah, Papa tetap menunggu putri satu-satunya untuk pulang." Adelia menerima sapu tangan katun yang disodorkan pria paruh baya itu padanya. Mengusap air mata dan ingus yang sempat keluar. Matanya yang memerah itu berubah menjadi dingin. Ia mengepalkan tangannya, merasa malu bahwa keputusannya selama ini ternyata salah. "Maaf." "Pulanglah Adelia. Kami tidak pernah benar-benar membuangmu."

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook