+#- 11

1412 Kata
'Jangan minder. Cukup iya, abai, dan berusaha. Orang yang mau berusaha akan selalu di beri kesempatan yang luar biasa' -_-_-_- Elina Sabtu malam Minggu. Doa gue cuma satu untuk tiap malam yang kata anak muda jaman sekarang adalah malam indah, hujan lah yang lebat, agar para kaum bucin yang lagi asik b******a sibuk mencari tempat untuk berteduh. Agak benci juga sih saat lihat beberapa anak seumuran gue yang cari duit aja belum becus, tapi udah sok gayaan bawa anak orang keluar. Walau mereka di kasih modal sama orang tua untuk bersenang-senang, tapi nggak dengan pacaran juga kan? Apalagi sampai merokok. Jaman sekarang anak remaja di usia gue udah banyak banget tuh yang menjadi pecandu rokok, sama kayak sahabat gue sendiri, Anjar, dia itu pecandu banget, coba aja nggak ada Emi, nggak tau deh bakal jadi apa itu bocah. Bukan menghujat atau membenci. Gue cuma heran dengan pergaulan anak jaman sekarang, dulu saat gue masih kecil gue selalu ingin cepat tumbuh remaja, tapi setelah gue tahu dunia anak remaja iti membosankan dan nggak guna, rasanya gue pengen balik ke masa kecil gue lagi, deh. Gue menguap malas, menjejelkan kripik kentang kedalam mulut, hingga suara rintik hujan terdengar, menarik perhatian bagi gue untuk menoleh, menatap mendung pekat di ikuti rinuan rintik air hujan. Bagus lah, doa para kaum jomblo memang selalu cepat di jabah. Malam Minggu nggak penting, yang menurut gue biasa aja, nggak ada yang spesial di malam ini. Cuma mentok ketemu tv dan di temani beberapa cemilan andalan, keripik kentang dan satu botol minuman bersoda. Biasalah kaum rebahan macam gue ini nggak akan ada kegiatan di setiap weekend. Selain angkat galon dan ganti tabung gas seperti pagi tadi, nggak ada kegiatan berat yang menguras tenaga lainnya. Maka dengan santainya gue rebahan dan nggak akan ada yang ganggu. Gue memilih menonton acara FTV, yang sialnya semakin hari semakin nggak jelas alurnya, jujur gue nggak paham sama serial yang membosankan itu, tapi apa daya, dari pada nggak ada hiburan kan. Tangan gue meraih ponsel yang tergeletak di atas meja, dan mulai memeriksa satu persatu notifikasi yang masuk. Ada beberapa chat dan caption di Ig, tanpa gue lihat pun gue udah tau siapa yang caption gue di Ig, siapa lagi kalo bukan Adit, sahabat paling receh yang pernah gue temui, entah itu anak makan apa dulunya sampek omongannya bisa selancar itu. Nggak pernah kehabisan ide hanya untuk berkoar. Apapun akan ia ucapkan. Gue membuka salah satu foto yang baru aja di posting oleh Adit, Sebuah foto awan mendung di ikuti rintik air yang perlahan mulai turun, dengan caption "jika saja hujan menjadi sebuah halangan untuk pertemuan kita, maka biarkan sinar mentari di Siang esok yang menjadi perantara rindu yang kian tertumpuk ini" Gue sedikit tertarik dengan kata-kata fuckboy ini, memilih menscroll, membaca beberapa komentar yang menurut gue lucu dan ngebuat gue tertawa sendirian. Bahkan ada beberapa kata-kata gombal yang khas Adit. @faizal02 kenapa nggak jembatan aja yang menjadi perantara sebuah perasaan bang? @aditya_anggara, jembatan aja kayaknya nggak cukup untuk menjadi penghubung rindu yang kian menumpuk ini. @faizal02 fix Adit bucin akut guys, @halimah.hamzah jika saja, rindu ini bisa menjadi sebuah perantara perasaan ku ke kamu. Aku akan rela memupuk rindu ini agar semakin tumbuh dan bergerak menyentuh hati dan perasaanmu. @aditya_anggara, mungkin jika hanya dengan rindu kamu tidak akan bisa menjangkau ku. Cobalah pupuk rasa cintamu agar rasa ini luluh selalu bersamamu. @halimah.hamzah jika itu benar adanya. Mungkin aku akan membiasakan diri. Membiarkan cinta ini tumbuh dan kembang, hingga mampu menjangkau mu dalam keindahan yang kekal di atas nama cinta. @aditya_anggara, maka biarkanlah mereka tumbuh. Kekal dan indah hingga mampu menyentuh relung terdalam ku. Singgah dan Menetap lah, aku akan senang menerimanya. @tama_ramadhan pakboi Anjaim! @aditya_anggara, sadboy mati ae udah, binyik bicit imit! @El lina_ nggak usah caption gue kalo cuma buat rayu cewek lain anjim! Meresahkan aja! Gue terkekeh saat membaca komentar gue sendiri. Gue suka ngerusuh emang saat si Adit ini mulai mengeluarkan taring pakboi-nya. Perkataan manis yang selalu di imbangi dengan kata baper memang berpotensi kebaperan akut, dan banyak cewek yang menjadi korban. Adit menurut gue biasa aja, tapi karena perlakuan yang lembut dan welcome kepada siapa saja yang membuat seorang Adit sangat di kagumi. Terkadang gue pun mengagumi sosok Adit, ya ... Walau nggak banyak sih. Gue hanya kagum tanpa mencampur kata lebay di dalamnya. Gue bukan mereka yang menjadi pemuja seorang Adit, yang hanya bermodalkan ucapan saja bisa menjatuhkan banyak cewek cantik. Satu notif membuat gue langsung membuka balasan dari Adit. Dan setelahnya gue terbahak. @aditya_anggara, eh bebeb @el liana_ muncul, kemana aja beb. Di spam caption dari tadi baru muncul sekarang. @el liana_ sibuk. Nggak guna juga gue urusin manusia cam elo. @aditya_anggara, yah kok gitu, padahal kangen loh. @el liana_ gue enggak! @aditya_anggara, jahat bet sama gue. Sekali lagi gue terbahak, dia ini selalu bisa memutar balikan fakta dan membuat gue berada di posisi antagonis di kalangan mereka yang membaca komentar posting Adit. Sialan memang! Baru aja gue mau balas komentar Adit. Ponsel gue berdering, saat nama Rangga tertera di sana, kening gue berkerut seketika. Ini anak ngapain nelpon gue, jangan bilang dia udah di depan rumah. Kebiasaan si Angga emang, udah pantes kalo gue panggil dia jalangkung. "Halo ... Apaan?" "Assalamualaikum!" "Eh iya, waalaikumsalam salam. Ada apaan Angga?" "Lo dimana El?" "Gue?" Reflek gue mengarahkan jari telunjuk kearah wajah gue sendiri, perlakuan yang jelas nggak mungkin bisa Angga liat kan, dara bodoh banget emang gue. "Di rumah lah, biasalah kaum rebahan, mana ada keluar di malem Minggu. Kecuali, kalo Lo dengan kampretnya udah berdiri di depan rumah gue sekarang!" Terdengar kekehan pelan dari seorang Angga, kelakuan yang kadang bikin gue kesel sendiri, dia ini nggak jauh beda sama Adit. Sahabat gue yang terkenal kalem dan pinter itu lebih mempesona di kalangan anak sekolah. Sosok yang terkesan cuek malah banyak membuat mereka semakin penasaran sama Angga. "Nggak, gue masih di rumah malah. Belum mandi juga" "Terus?" Tanya gue yang malas berbasa-basi sekarang ini. "Mau ngasih tau. Anjar ada di rumah, biasalah masalah, coba kabarin Adit, ajak kerumah sekalian." "Anjar di rumah Lo?" "Iye sama ibunya, sama Doni juga." Gue terdiam sesaat, gue nggak paham dengan apa yang di katakan sahabat gue ini. Apalagi Anjar yang memboyong keluarganya sepertinya ada yang aneh. "Ngapain dia di rumah lu?" "Udah sini aja jangan banyak tanya, ada Emi juga btw, baru Dateng dia." Fix ada pesta ini kayaknya mah. "Oke gue kesana!" Jawab gue lantang, siapa sih yang mau nyia-nyiain kesempatan, apalagi makan-makan, yakali gue biarin lewat gitu aja. "Ajak Adit sekalian biar rame." "Oke!" Kebetulan gue bisa nebeng ini. Mayan lah dari pada ngojol kan, irit duit ini. "Yaudah gue tunggu." "Siap!" Setelahnya gue melempar ponsel, berlari masuk kedalam untuk mandi dan berbenah. Gue membongkar isi lemari gue mencari baju yang pas menurut gue. Gue mah kasih penampilan terbaik untuk malam ini, biar di kira nggak jomblo ngenes lagi, secara kan gue jalan. Lalu suara berbisik membuat gue menoleh kearah jendela. Anjim! Gue mengumpat kasar, gue lupa kalo sore tadi gue berdoa agar turun hujan malam ini, dan sekarang gue nyesel sendiri karena doa laknat gue. "Mau kemana el?" Gue menoleh kearah pintu dimana Mak Nana berdiri menatap aneh kearah gue yang sibuk mengacak lemari. "Mau jalan Mak, malem Minggu nih!" "Sok amat, jalan sama siapa kamu?" Gue mendengkus, mengintip mama melalui ekor mata gue. "Iyalah Mak, namanya juga anak muda, otw malam Minggu kan wajar!" "Iye wajar kalo kamu ada pacar, lah ini. Udah jomblo sok mau keluar di malam Minggu!" "Mak!" Gue menoleh mantap mama dengan kesal, "walau jomblo gini masih ada Adit sama Rangga yang siap ajak aku otw ya. Jalan sama pacar nggak ada paedahnya, mending juga sama sahabat!" "Iyain di kamu deh El!" Jawab mama sembari beranjak dari sana. "Pulang jangan malem-malem, Adit suruh bawa mobil, ujan di luar!" Gue mendengus keras, ini nih, mama tau aja apa yang gue butuhin di saat hujan gini, tapi masalahnya yang punya mobil itu Rangga bukan Adit. Mama pikun nih. Kesel kan lama-lama. "Adit mana ada mobil mamak. Rangga tuh yang ada mobil!" "yaudah Rangga suruh susulin kamu, mana sini biar mama yang telpon. enak aja ajak anak mama ujan-ujanan!" sekali lagi gue mendengus untuk kesekian kalinya. ini nih, punya mama yang gaulnya ngalah-ngalahin anaknya. suka bikin masalah sendiri dan suka maunya sendiri. walau sebenernya memang bener sih, ya kali anak gadi di ajak ujan-ujanan kalo sakit siapa yang nanggung, mama kan? "hadehh, apa kata mama aja deh!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN