Chapter 16

1252 Kata
Di luar dugaan, ketika Pamela berbalik hendak melangkah meninggalkan balkon tangannya ditarik oleh Daniel. Ketika tubuh Pamela telah berbalik hingga mengarah kepada Daniel, lelaki itu langsung memeluk dirinya. Pamela pun membulatkan matanya karena merasa begitu terkejut atas sikap Daniel yang terkesan tiba-tiba. Terlebih ketika Daniel mengeratkan pelukannya terhadap Pamela. "Biarkan begini sebentar," pinta Daniel. Ucapan itu pun membuat Pamela seketika mematung di tempatnya. Bila saja saat ini keadaan Daniel bukan sedang dalam keadaan berduka, maka Pamela pasti akan langsung mendorong lelaki itu agar menjauh. Akan tetapi mengingat keadaan Daniel saat ini, Pamela pun membiarkan lelaki itu memeluknya. Pamela pun menggerakkan tangannya untuk juga memeluk Daniel. Pamela merasa sepertinya Daniel memerlukan lebih dari sekadar pelukan. Gadis itu kemudian menggerakkan tangan untuk mengelus kepada Daniel. Pamela dapat merasakan bahwa pelukan Daniel semakin mengerat ketika dirinya mengelus kepala lelaki itu. Pamela tidak tahu bagaimana perasaan lelaki itu sekarang. Yang jelas pandangan dingin dari Daniel sudah sangat menjelaskan bagaimana keadaan dari lelaki itu saat ini. "Kalau kau sedih dan ingin menangis, menangislah." Mungkin lelaki seperti Daniel adalah tipe yang jarang menangis. Terlebih Max tadi mengatakan bahwa Daniel tidak terlihat menangis. Lelaki itu memendam dukanya sendirian. Daniel kemudian melepaskan pelukan mereka. Lelaki itu menatap Pamela. "Kau mengetahui sesuatu?" tanya Daniel. "Max dan Pet sudah memberitahuku mengenai kabar duka itu." Daniel pun menatap Pamela kemudian tersenyum masam. "Pantas saja kau jadi baik begini." Daniel pun melangkah memasuki kamar. Pamela mengikutinya. "Bukan seperti itu. Aku datang karena ingin mengucapkan terima kasih. Max dan Pet bilang kau makan malam sendiri di dalam kamar. Jadi aku datang kesini untuk mengucapkan terima kasih secara langsung" Daniel lantas duduk di atas ranjangnya dan menatap Pamela. "Hanya terima kasih?" tanyanya dengan satu alis terangkat. "Memangnya apalagi?" tanya Pamela heran. Gadis itu pun kemudian menyilangkan tangannya di depan d**a. Daniel pun menatapnya seolah menantang. "Apa?" tanya Pamela. Daniel masih bertahan menatap gadis itu. Pandangannya pun kemudian turun menatap setiap inchi tubuh Pamela dengan intens. Hal itu membuat Pamela menjadi salh tingkah. Pasalnya cara lelaki itu menatap dirinya seolah-olah menggambarkan bahwa Daniel sangat memujanya. "Jangan menatapku seperti itu," ucap Pamela. Pandangan Daniel kembali naik ke mata Pamela sehingga mereka kembali bertemu pandang. Akan tetapi kemudian dirinya memutuskan pandangan mereka untuk menghela napas. "Seharusnya kau meminta maaf." "Maaf?" tanya Pamela tidak mengerti. "Meminta maaf karena sudah melewati batasan yang aku tetapkan." Pamela akhirnya mengerti apa yang dimaksud oleh Daniel. "Baiklah. Mengenai itu aku meminta maaf. Aku terlalu penasaran dengan tempat pertambangan jadi aku memaksa Robi untuk mengantarku. Aku tidak tahu bila gadis masuk kesana akan cukup berbahaya. Sepertinya kesalahpahaman seperti itu harus diatasi. Maksudku adalah tidak setiap gadis asing yang masuk kesana adalah jalang." Daniel pun menatap Pamela seolah menantang. "Kau penasaran untuk hal yang membahayakanmu." "Terserah apa katamu." Pamela hendak keluar dari kamar Daniel namun lelaki itu berbicara dengan cepat. "Kau hanya datang untuk mengatakan terima kasih saja?" tanya Daniel. "Ya, hanya itu." Daniel pun menatap Pamela. Pamela membeku seketika ketika melihat pandangan dingin Daniel seperti sebelum lelaki itu memeluknya tadi. Setelah Daniel memeluknya, pandangan lelaki itu sudah sedikit berubah dan terlihat seperti biasa. Sepertinya perasaan berduka Daniel kembali lagi. Pandangan Pamela kemudian terarah pada nakas di sebelah ranjang Daniel. Disana terdapat baki dengan beberapa piring dan gelas berisi air. Itu pasti makan malam Daniel. Makan malam itu bahkan masih utuh seolah belum disentuh. "Kau mengatakan makan malam di kamar namun kau bahkan belum makan tapi justru merenung di balkon." Daniel menatap Pamela masih dengan pandangan dinginnya. Dirinya pun terdiam. Pamela menatap lelaki itu lebih lama. "Baiklah. Terserahmu saja. Aku akan kembali ke meja makan untuk makan malam." Gadis itu sudah melangkah dan mencapai pintu kamar Daniel. Ketika ia menyentuh gagang pintu dan bersiap untuk memutarnya, Daniel pun berbicara. "Setelah makan malam, kembalilah kesini." Ucapan itu membuat Pamela langsung membalikkan tubuhnya. Gadis itu terdiam menatap Daniel sebentar. "Aku membutuhkanmu," ujar Daniel. ------------- "Bagaimana?" tanya Max ketika Pamela keluar dari kamar Daniel. "Dia sepertinya butuh teman untuk mencurahkan rasa sedihnya." Pet pun mengernyitkan keningnya. "Dia mengatakan bahwa ia membutuhkanmu?" tanya Pet. Pamela menganggukkan kepalanya. Hal itu membuat Max dan Pet merasa terkejut. Keduanya pun saling berpandangan seolah memiliki ikatan batin dan merasa bahwa keduanya tengah memikirkan hal yang sama. Max pun langsung bangkit dari duduknya begitu juga dengan Pet. Max langsung menyendok nasi dan meletakkannya di atas piring. Sementaara Pet memindahkan beberapa lauk pauk ke dalam sebuah piring. "Kalian sedang apa?" tanya Pamela bingung. "Pelayan. Tolong ambilkan baki," pinta Max berteriak. Max dan pet melakukan pekerjaan dengan cepat. Hal itu pun membuat Pamela semakin bingung. "Ayo cepat," pinta Max kepada pelayan yang membawakan baki. Lelaki itu mengambil baki dari pelayan dengan cepat. Pet dan Max pun segera menyusun beberapa piring di atas baki. Setelah selesai, Max mengangkat baki itu kemudian memberikannya kepada Pamela. "Makan malamlah bersama Daniel. Dia pasti tidak akan makan dan hanya diam di kamar. Temani dia makan dan pastikan dia makan dengan baik." Pamela menerima baki itu karena Max sangat mendesaknya. "Benar. Dia harus makan cukup karena akhir-akhir ini Daniel makan terlalu sedikit." "Kumohon, Pamela. Temani dia, oke?" Pamela kemudian menatap Max yang terlihat memohon. Dirinya kemudian menganggukkan kepalanya. "Baiklah." "Terima kasih banyak. Tolong hibur Daniel dan buat dia ceria lagi seperti dulu," ujar Max bersemangat. Pamela kemudian menganggukkan kepalanya dengan ragu. Dirinya lantas membawa baki tersebut dan melangkah menuju kamar Daniel. "Memangnya aku siapa bisa membuat dia ceria lagi?" gumam Pamela kepada dirinya sendiri. Setelah Pamela memasuki kamar Daniel, Max dan Pet yang memandangi gadis itu pin kini menjadi saling menatap. "Sepertinya Daniel benar-benar tertarik pada Pamela," ujar Max pada Pet. Pet pun kembali duduk di kursinya. Ia melanjutkan kegiatan makannya tadi yang sempat tertunda. "Aku sudah menduga hal itu." Max pun ikut duduk kembali dan mulai melanjutkan makan. "Aku masih merasa tidak percaya. Padahal aku mencarikan beberapa model dengan tipe kesukaan Daniel. Akan tetapi lelaki itu seolah tidak b*******h untuk melakukan apapun bahkan tidur bersama model." Pet pun mendongak menatap Max. "Ibunya baru saja meninggal. Apa kau waras dengan menyodorkan jalang untuknya?" tanya Pet. "Ku kira itu bisa menjadi pengalihan rasa sedih Daniel. Akan tetapi dia tetap saja sefrustrasi itu." Pet menghela napasnya. "Kau benar. Kita tidak pernah menghadapi Daniel yang seperti itu. Daniel yang pendiam sungguh sangat menyeramkan. Aku lebih suka dia merepotkanku dengan segala masalahnya," ucap Pet. ---------- Pamela memasuki kamar Daniel dengan membawa baki makanannya. Benar apa yang diduga oleh Max. Daniel sepertinya tidak akan memakan makan malam dengan baik. Lelaki itu masih tetap pada posisi duduknya tadi ketika Pamela pergi meninggalkan ruangan ini. Lelaki itu menutupi wajahnya dengan kedua tangan. "Aku datang," ujar Pamela. Daniel pun menegakkan tubuhnya dan menatap Pamela. Lelaki itu menatap baki yang dibawa oleh Pamela. "Kau makan disini?" tanya Daniel penasaran. "Ya, benar. Ayo kita makan." Daniel terdiam sejenak menatap Pamela. Gadis itu melangkah menuju sofa dan meletakkan bakinya di atas meja. "Ayolah, Daniel." Gadis itu menatap Daniel. Melihat Daniel yang tidak kunjung bangkit dari posisi duduknya dan hanya menatap Pamela saja mulai membuatnya jadi merasa kesal. Pamela kemudian memilih untuk bangkit dari duduknya dan menghampiri Daniel. Ia mengambil tangan lelaki itu kemudian menariknya. "Ayolah, cepat. Ayo kita makan bersama." Pamela berusaha menarik tangan Daniel agar lelaki itu bangkit dari duduknya. Akan tetapi bukannya Daniel yang menjadi tertarik dan bangkit, justru Pamela yang tertarik oleh Daniel. Lelaki itu pun langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan Pamela yang berada di atasnya. Lelaki itu langsung memeluk Pamela dengan erat. "Astaga. Kau ini kenapa?!" Pamela merasa terkejut. Ia pun menatap Daniel yang kini berada di bawahnya dengan jarak di antara kedua wajah mereka yang begitu dekat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN