Chapter 6. Si Kembar Mempermainkan Arsen

1013 Kata
Happy Reading. Arsenio mengerutkan keningnya ketika melihat foto dua anak kembar yang berjalan bergandengan tangan di bandara. Mereka laki-laki dan perempuan, keduanya memiliki wajah yang sama, hanya di bedakan dari rambut dan pakaian. Jika yang perempuan berambut hitam panjang sedangkan yang laki-laki berambut pendek dan yang cowok sangat persis mirip dengan Arsenio di saat masih muda. Gaya rambutnya, tatanannya juga bisa sesuai selera Arsenio. Usia mereka diperkirakan sekitar 7 tahun dan hal itu benar-benar membuat keyakinan Arsenio semakin akurat jika keduanya memiliki hubungan darah dengannya. "Kau kembali, Key, bersama putra putri kita," gumam Arsenio menatap benda kecil panjang yang akhirnya membuatnya yakin jika dia memang telah menjadi seorang ayah. "Lalu sekarang di mana mereka?" tanya Arsen masih sibuk menatap foto kedua anak kembar itu. "Mereka keluar dari bandara dengan kedua orang tuanya, tuan," Ibnu langsung menutup mulutnya. Arsenio menatap Ibnu dengan tatapan tajam. Tentu saja ucapan itu bukanlah yang ingin di dengar oleh Arsenio. "Orang tuanya? Apakah dia sudah menikah?" tanya Arsen dengan suara yang dingin dan dalam. Ibnu langsung menggeleng, "kami tidak tahu, Tuan. Selama bertahun-tahun kita sudah mencarinya ke seluruh negara tetapi tidak bisa menemukannya, dan sekarang dia pulang bersama dua anak kembar dan satu pria bule dewasa, mereka terlihat seperti keluarga," lagi-lagi Ibnu menutup mulutnya karena mendapatkan tatapan tajam tuannya. Ibnu tahu jika mengatakan hal itu pasti membuat Arsen marah, tetapi kalau dia tidak mengatakan hal yang dia lihat bukankah itu artinya dia juga salah. Semuanya pasti serba salah kalau menyangkut wanita itu. "Cari tahu secepatnya, aku tidak ingin kalian gagal lagi!" "Baik, Tuan." Sepeninggalan Ibnu, Arsenio berdiri dan berjalan menuju ke arah jendela kaca besar di ruangan itu. Dia melihat keadaan luar dengan tatapan nanar. Gedung-gedung pencakar langit menjulang dan banyak kendaraan berlalu lalang di bawah sana, dia merasa jika semakin lam semuanya akan mencemoohnya. Arsen menghela nafasnya, sungguh semua ini begitu berat. Selama 8 tahu Arsen seperti hidup tanpa tujuan dan arah. Dia terlalu kecewa dengan dirinya sendiri yang begitu kejamnya membuat seseorang yang tidak bersalah terluka. Luka batin, bukan luka fisik yang pasti akan sembuh dalam jangka waktu entah itu lama atau sebentar. Yang pasti luka itu akan sembuh. Sangat berbeda dengan luka hati, yang pasti luka itu tidak terlihat tetapi rasanya sangat sakit, melebihi sakit dari segala sakit fisik. Ponsel Arsenio di dalam sakunya berdering, pria itu mengambil ponselnya dan melihat jika sang Ibu menelpon. Arsen langsung mengangkat panggilan masuk tersebut. "Halo Mom, ada apa?" "Ah, kenapa Mommy selalu seperti itu, sudah ku bilang jangan mencoba mencarikan aku seorang wanita, sudah cukup Rachel yang membuatku hancur, kini Mommy tidak perlu menambah beban hati ku lagi." Arsenio langsung menutup ponselnya, dia meremat ponselnya kuat, ingin sekali melampiaskan semuanya dengan berteriak dan menghancurkan barang-barang seperti beberapa tahun lalu. Namun, sudah cukup bagi Arsen untuk bersikap labil. Kini 'Dia' sudah kembali dan saatnya Arsenio juga muncul di hadapan mereka. *** Keyla dan kedua anaknya sudah masuk ke dalam apartemen yang disewa oleh Pedro, sedangkan Pedro sendiri menyewa unit apartemen lain. Pria itu tentu tidak akan memaksa Keyla untuk ikut tinggal bersamanya karena biar bagaimanapun juga keduanya tidak memiliki hubungan yang dekat secara intim. Mereka hanya sebatas atasan dan bawahan yang sangat dekat seperti keluarga. Namun, Keyla tidak pernah tahu jika sebenarnya Pedro memendam perasaan yang dalam untuk wanita itu. "Aku mau kamar ini," tunjuk Gisella. "Terserah, lagian kita di sini juga tidak terlalu lama, iya kan Mom?" Keyla yang tengah membereskan barang-barang bawaan mereka menoleh ketika sang putra bertanya. "Apakah kalian tidak betah di sini?" Gadis kecil nya langsung menggeleng. "Aku suka sekali, Mom. Bukankah negara ini tempat tinggal Mommy dulu, Mommy juga dilahirkan di sini, bukan?" Keyla tersenyum mendengar putrinya bertanya. Dulu dia memang pernah bercerita jika dia berasal dari Indonesia. Namun, Keyla tidak pernah tahu jika putrinya itu mengingatnya karena waktu itu keduanya baru berumur 3 tahun. "Ya, betul sekali. Negara ini tempat Mommy dilahirkan," jawab Keyla. "Jadi, apakah Mommy tidak memiliki keluarga di sini?" "Mom, apa kita tidak punya kakek dan nenek?" Keyla terkejut ketika Gazelle dan Gisella menanyakan hal itu. Dia masih memiliki seorang ayah dan ibu tiri, tetapi selama ini Keyla tidak tahu bagaimana kabar mereka. Keyla terlalu sakit hati ketika ayah kandungnya lebih mempercayai ucapan anak tirinya di banding dengan anak kandungnya sendiri. "Mommy tidak tahu, karena sudah lama Mommy tidak berhubungan dengan kakek kalian, Mommy tidak memiliki nomor kakek," jawab Keyla tersenyum miris. Saat dia pergi ke Meksiko memang Keyla tidak mengatakan pada siapapun. Entah selama ini ayahnya tahu atau tidak jika dia berada di Meksiko. Keyla hanya lari dari kenyataan jika semua orang tidak ada yang bisa di harapkan. Kekecewaan nya juga sudah sangat dalam, hingga dia memutuskan untuk melepaskan seluruh hubungan dengan keluarganya. *** Gisella berjalan masuk ke dalam kamar kakaknya, dia melihat Gazelle tengah memperhatikan laptopnya yang menyala dengan kernyitan di keningnya. "Kak, ada apa? Apakah kau berhasil membobol sandi bank dunia?" "Sstt, aku sedang malas melakukan hal itu, sekarang aku tengah bermain-main dengan orang suruhan Arsenio yang tengah menyelidiki tentang mommy dan kita," jawab Gazelle. Gisella ikut penasaran dan akhirnya mulai melihat layar laptop milik kakaknya itu. Bibirnya tersenyum lebar saat melihat Gazelle menutup semua akses untuk orang suruhan Arsenio yang ingin mengetahui tentang indentitas mereka. Gazelle langsung memblokir semua jaringan baru yang tengah mencari tahu tentang mereka. Ada salah satu peretas yang sepertinya orang suruhan Arsenio, dia begitu sulit untuk di blok karena sepertinya sama handal seperti Gazelle. "Kamu ganti sandi, biar dia tidak bisa leluasa masuk," ujar Gisella. Kakaknya itu pun menurut dan langsung blok hacker tadi. Ding! Gazelle tersenyum puas melihat orang-orang suruhan ayahnya pasti kelabakan mencari tahu tentang mereka. "Jangan harap akan semudah itu untuk bisa mencari tahu tentang kami, Dad," ujar Gazelle. "Hei, kenapa kau memanggil pria itu 'Dad' dia bukan ayah kita, dia sudah membuang mommy dan membuat mommy pergi meninggalkan negaranya," seru Gisella. "Dari mana kau tahu? Apakah mommy pernah cerita?" tanya Gazelle memicingkan matanya. "Bukankah sudah pernah ku katakan, aku mencuri dengar pembicaraan mom dan aunty Via, dan mom mengatakan jika pria itu tidak suka kalau mom hamil, makanya mom pergi ke Meksiko untuk menghindari pria itu," jawab Gisella. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN