“Benci gue dengan status gue sekarang. Gara-gara lu,” “Maaf,” “Lu tau, gara-gara lu, gue nggak bisa cerein dia, kecuali kalo gue rela seluruh aset gue, gue serahin ke dia semua.” Mata Fani terbelalak. Ditatapnya wajah Igor. “Hidup gue di tangan tuh aki-aki sama tuh bocah. Apa nggak gedek gue. Gara-gara lu, Manis,” lanjut Igor sambil menjentikkan rokoknya di atas asbak. “Nikmati kebodohan lu,” Fani terhenyak. Dia menahan tangis. Mendengar kata-kata Igor seakan-akan dia tidak memiliki apa-apa lagi. Tapi … “Gue cinta lu, Gor,” “Gue cinta lu, Fan. Lu yang buat gue senang hidup. Nggak pernah gue bosen sama lu,” Fani merebahkan kepalanya ke bahu Igor sambil menghisap rokoknya. Sambil mengingat-ngingat kisahnya dengan Igor. Masa-masa indah SMA yang tidak bisa dia lupakan di sepanjang us