bc

SELENOPHILE

book_age18+
164
IKUTI
1K
BACA
dark
reincarnation/transmigration
teacherxstudent
fated
prince
royalty/noble
like
intro-logo
Uraian

Nara, seorang vampir cantik yang hobi mempermainkan hati para lelaki fana tiba-tiba tertarik kepada Hoon, dosen baru di kampusnya. Ketampanan di luar nalar dan sikap Hoon yang dingin serta misterius berhasil membuat Nara penasaran dan semakin terobsesi untuk menaklukkannya. Satu hal yang Nara inginkan, yaitu memiliki Hoon seutuhnya. Namun, siapa sangka bahwa di masa lalu mereka pernah terhubung. Kini, sebuah takdir yang begitu kejam sedang kembali mempermainkan mereka.

"We’re in a beautiful and sad relationship. We make each other shine like the moon and the river until finally fate tear us apart."

Beautiful cover by: @dimagraphic_

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog
New York, 2000 Angin sepoi-sepoi menerbangkan helai rambut Nara yang sedang duduk di pinggiran atap sebuah gedung. Kedua kakinya menjuntai ke bawah, seakan tidak takut akan terjatuh dari ketinggian puluhan meter. Wajah cantiknya tampak mendongak, terlihat menikmati indahnya cahaya rembulan. Oh, Nara bukan gadis yang melankolis atau romantis, hanya saja itu memang kegiatan favoritnya. Gadis itu bahkan bisa melakukannya selama berjam-jam. Nara merasakan udara di sekitarnya berubah, sebuah pertanda untuk kehadiran seseorang—walaupun faktanya itu bukan benar-benar orang, melainkan sosok makhluk menyerupai manusia— dan langsung bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Membuatnya menggeram kesal karena merasa terganggu oleh kehadiran sosok itu. Wush. "Jadi kau pergi dari kelab hanya untuk memandangi bulan seperti itu? Kau tidak pernah bosan, ya?" Suara maskulin yang diiringi dengan munculnya sesosok makhluk tampan pun menyapa Nara. Kulit pucat pemuda itu tampak kontras dengan surainya yang hitam legam, ciri fisik yang serba mirip dengan sang gadis. Tidak, mereka bukan saudara, tapi mereka jenis makhluk dari klan yang sama. Makhluk malam penghisap darah manusia ataupun hewan yang sering disebut vampir. Gadis vampir itu berdecak. "Memandangi bulan jauh lebih menyenangkan daripada terus memandangi wajah mesummu itu." Sang pemuda terkekeh sembari mendudukkan dirinya di samping sang gadis. Sebelah tangannya terulur demi menjangkau bahu sempit Nara dan langsung menuai penolakan dan delikan tajam. Nara membuang muka. "Sweetheart, jadi kau pergi begitu saja dari kelab karena cemburu pada jalang pirang itu, ya? Ayolah, aku kan tidak benar-benar menyukainya! Aku hanya menyukaimu." "Tidak menyukainya tapi tubuhnya," Nara mengoreksi dengan nada kesal. Lagi-lagi membuat pemuda di sampingnya meloloskan tawa. Nara hanya memutar bola mata malas. "Lebih baik kau kembali ke kelab sana! Bersenang-senanglah dengannya sampai pagi. Tidak usah menyusulku." Ato, si pemuda vampir itu tergelak sebentar sebelum melontarkan pertanyaan, "Haruskah aku menghabisinya agar kau tidak cemburu lagi? Darahnya memiliki aroma yang begitu menggiurkan dan itu salah satu alasan kenapa aku dekat-dekat terus dengannya tadi. Kalau kau mau, dengan senang hati aku akan memberikan darahnya untuk makan malammu." "No, thanks. Aku sama sekali tidak cemburu dan aku tidak minum darah jalang yang kau cumbu." Usai berkata begitu Nara pun terjun dari atap gedung itu. Dia mendarat sempurna di atas aspal dengan kecepatan sepersekian detik. Si pemuda vampir menyusul kemudian lewat kemampuan teleportasinya. Nara tidak menghiraukannya dan segera berjalan mendahuluinya. Sebenarnya Nara marah bukan karena Ato sibuk b******u dengan seorang wanita fana. Dia hanya muak dengan kelakuan liar pemuda itu. Berjuta kali menyatakan cinta kepadanya, tapi hobi menebar pesona ke sana-sini. Ya, Ato dan Nara tidak menjalani hubungan selayaknya kakak-adik pada umumnya. Mereka saling memiliki ketertarikan, tapi tidak bisa disebut sebagai mate juga. Hubungan yang begitu rumit dan membingungkan. "Nara, kalau kau ingin pulang kita gunakan teleportasiku saja—" "Siapa bilang aku sudah mau pulang? Kalau kau mau pulang, duluan saja!" Nara mempercepat langkahnya. Raut gadis itu masih saja tertekuk sempurna. Mood yang sangat buruk membuat Nara enggan pulang cepat. Dia butuh jalan-jalan seperti ini agar mood-nya membaik. Lagi pula, seorang vampir bebas berkeliaran pada malam hari, bukan? Rupanya penolakan Nara tidak membuat Ato menyerah begitu saja. Pemuda tampan itu tetap mengekorinya. Walau tahu kalau dirinya diikuti, Nara sama sekali tidak protes. Hal itu membuat Ato menyeringai senang. "Tidak. Jangan ambil tas kami, Tuan! Aku mohon!" Indera pendengaran Nara yang tajam menangkap sebuah suara dari kejauhan. Penasaran dengan apa yang terjadi, Nara pun berlari secepat kilat ke asal suara. Ato yang juga ikut mendengar suara yang sama pun bergerak menyusul sang gadis vampir. Mereka berdua sampai di mulut gang di mana seorang pria berkulit putih sedang berebut tas dengan bocah laki-laki dan ibunya, terlihat seperti sebuah upaya perampokan. Pria itu menodongkan pisau pada sepasang ibu dan anak itu. Nara hendak maju menolong, tapi suara Ato menghentikannya. "Lebih baik kita tidak usah mencampuri urusan manusia, Nara," ujar Ato memperingatkan. Nara menoleh dan hendak menimpali, tapi sebuah pekikan nyaring dari mulut si ibu yang disusul oleh keterkejutan anaknya membuat atensi Nara kembali tertuju pada apa yang terjadi di tempat kejadian perkara. "Ibu! Bangun, Ibu! Tolong!" Sebuah pisau terhunus di perut sang ibu yang kini tergeletak di aspal. Darah yang mengucur dari perut wanita itu membuat naluri vampir Nara dan Ato muncul, yang ditandai dengan keluarnya taring dan warna mata mereka berubah menjadi semerah darah. "Sial!" Nara mendengar Ato memaki. Sama seperti Ato, dia juga harus menahan hasrat agar tidak mendekati wanita yang terkapar tidak berdaya itu guna mengisap darahnya. Namun, Nara segera mengesampingkan naluri vampirnya dan bergerak mengejar si perampok yang berlari ke arah yang berlawanan dari tempat mereka berdiri saat ini. "Nara!" Ato memanggilnya, tapi Nara seolah tuli. Hasratnya untuk memberi pelajaran pada sang perampok terlalu besar untuk dikesampingkan. Kemampuan bergerak cepat yang dimiliki oleh seluruh bangsa vampir membuat Nara berhasil menghadang si perampok. Kehadiran Nara yang penampilannya tampak begitu menyeramkan berhasil membuat perampok itu terkejut dan ketakutan. Nara menyeringai. "Mau ke mana kau, hah?!" Nara menampakkan taring-taringnya yang begitu tajam. Membuat pria di hadapannya berbalik untuk kabur. Sayangnya, kehadiran Ato yang entah sejak kapan sudah berada di hadapannya membuat posisi perampok itu terjepit dan semakin ketakutan. "Pergi! Jangan ganggu aku! Pergi kalian!" Ato tertawa. Dengan gaya arogan andalan, pemuda itu mendekati si perampok dan langsung mencekik lehernya. Tas di dalam genggaman pria itu terjatuh begitu saja. Perampok itu meronta-ronta, kesakitan, dan merasa sesak karena pasokan oksigen tidak dapat lagi ia raup dengan bebas. Ato mengangkat tubuh tambun pria tersebut dari aspal dengan mudah. "Sebelum kau meminta kami untuk pergi, seharusnya kau bercermin dulu. Kau juga mengganggu ibu dan anak itu, jadi tidak salah kan kalau kami mengganggumu juga?" Seringai Ato makin lebar melihat pria itu semakin kesulitan bernapas. Atensinya pun beralih pada Nara yang baru saja mengambil tas milik anak dan ibu tadi. "Biar aku yang urus si k*****t ini, kau tolong ibu dan anak itu saja." Nara tampak sangsi. "Apa yang akan kau lakukan kepadanya? Kau tidak akan melanggar aturan, bukan?" Ato tersenyum menenangkan. "Aku tidak akan bertindak bodoh, Sweetheart. Jadi kau tenang saja, oke?" Walaupun tampak ragu, Nara pun mengangguk dan segera pergi dari tempatnya berada kini untuk menolong anak dan ibu tadi. Saat ia kembali, darah yang menggenang di sekitar tubuh si ibu sudah semakin banyak. Putra wanita cantik itu menangis semakin keras sambil terus berteriak meminta pertolongan. Sesekali meratap meminta sang ibu untuk bangun. Nara berdiri mematung beberapa meter dari tempat anak dan ibu itu berada. Berusaha menahan rasa haus darahnya yang kian terasa menyiksa. Dia tidak ingin membuat bocah laki-laki itu ketakutan jika melihat wujud aslinya. Itu sebabnya dia harus menenangkan diri terlebih dahulu. "Nona!" Nara terkejut saat bocah itu memanggilnya. Nara bahkan masih saja mematung di tempatnya berdiri ketika bocah tersebut tiba-tiba mendekat dan menggenggam sebelah tangannya yang bebas. Nara membelalak terkejut ketika kulitnya yang dingin bersentuhan dengan kulit si bocah. Ada sengatan-sengatan tidak biasa yang membuat seolah ada aliran listrik mengaliri pembuluh darahnya. "Nona," sambil terisak bocah itu mencoba bicara. "tolong selamatkan ibuku. Dia satu-satunya orang yang kumiliki di dunia ini. Aku tidak mau kehilangan Ibu." Nara segera memulihkan diri dari keterkejutan yang dirasakan olehnya dan menarik tangannya dengan lembut. Meletakkan tas dalam genggamannya di aspal kemudian tangannya menguasai bahu bocah itu. Dia berujar, "Dengarkan aku, pergilah ke seberang jalan dan berjalanlah lima puluh meter ke arah utara, atau belok kiri dari sini. Di sana ada telepon umum dan kau bisa menghubungi ambulans dengan itu. Sementara kau pergi aku akan berada di sini untuk menolong ibumu." Dengan mata berkaca-kaca bocah tampan itu bertanya, "Nona, kau akan menyelamatkan Ibu, kan?" Butuh beberapa detik untuk Nara membalas, "Aku akan mencoba sebisaku. Sekarang cepat pergilah dan setelah kau kembali nanti, kau tidak akan menemukanku dan bahkan tidak akan ingat dengan kehadiranku." Bocah itu tidak menanggapi ucapan terakhir Nara dan langsung berlari ke seberang jalan, melaksanakan instruksi sang gadis vampir. Usai kepergiannya, Nara pun menghampiri si ibu yang napasnya sudah semakin lemah. Dia mendekatkan tangannya ke pisau yang masih menancap di perut wanita itu dan sengaja menggoreskannya ke pergelangan tangan. Tidak ada rasa sakit yang Nara rasakan ketika pergelangan tangannya mengucurkan darah. Nara sengaja membiarkan darahnya jatuh di atas luka wanita tidak berdaya itu, sebab ini bagian dari upaya penyembuhan luka. Ya. Nara memang mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri maupun orang lain dengan darahnya, tidak seperti vampir pada umumnya yang bahkan tidak punya darah. Nara memang berbeda dari vampir lainnya dan perbedaannya ini disebabkan oleh kedua orang tuanya yang berasal dari bangsa yang berbeda. Perlahan darah ibu itu berhenti mengalir begitu Nara menarik tangannya. Sebenarnya Nara bisa saja menyembuhkan luka wanita tersebut sampai benar-benar pulih, tapi dia enggan. Dia hanya tidak mau paramedis merasa heran nantinya, jadi dia putuskan untuk menyerahkan sisanya kepada mereka. Lagi pula, menyembuhkan luka seperti itu butuh tenaga ekstra. Nara tidak ingin kelelahan nantinya. Tepat setelah Nara selesai dengan urusannya, Ato pun muncul. "Si k*****t itu sudah kubuat pingsan dan bisa kupastikan kalau dia tidak akan ingat dengan kehadiran kita," lapor Ato. "Aku juga sudah menghipnotis seorang pria fana yang kebetulan lewat sehingga dia bisa menjadi saksi atas kasus perampokan dan penganiayaan ini. Dia sudah menghubungi polisi." Nara mengangguk. "Ya sudah, ayo kita pulang! Aku lelah sekali setelah mengeluarkan banyak energi malam ini." Ato mengangguk kemudian meraih tangan Nara, mengajaknya berteleportasi ke rumah mereka yang letaknya di pinggiran kota New York.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hate You But Miss You

read
1.5M
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

JODOH SPESIAL CEO JUDES

read
297.8K
bc

Living with sexy CEO

read
279.2K
bc

OLIVIA

read
29.4K
bc

Hubungan Terlarang

read
507.3K
bc

Secret Marriage

read
945.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook