GENGGAMAN TANGAN

1620 Kata
***FLASHBACK*** "Kamu tidak apa apa?" Hana bicara perlahan pada Rahmi. Ia memperhatikan kalau Cynthia dan Listya menatapnya dengan tidak suka. Hhh.. Baru juga masuk kuliah, sudah ada masalah. "Ti-tidak. Terima kasih Hana," ucap Rahmi. "Tidak masalah. Kamu temanku. Teman harus saling bantu," ujar Hana. "Kamu temanku? Kamu mau berteman denganku?" tanya Rahmi pelan. Hana menganggguk, "Iya. Tidak ada alasan untuk tidak berteman." "Te-terima kasih," Rahmi tersenyum penuh syukur. "Baiklah, kita siap siap dulu belajar. Dosen pasti masuk sebentar lagi," Hana pun berjalan duduk ke kursinya. Satu persatu mahasiswa dan mahasiswi di kelasnya langsung masuk memenuhi kelas. Setelah dosen masuk ke dalam kelas, Hana berkonsentrasi mengikuti pelajaran dan memutuskan untuk melupakan kejadian barusan. *** Jam pulang pun tiba. Hana mengirimkan pesan pada Daru. Hana : Kak, rapatnya dimana? Tapi Daru belum juga membalasnya. Hana menunggu dan menunggu. Satu demi satu teman sekelasnya melangkah keluar membuat ruangan kelas itu sepi. "Hana, aku duluan ya," Rahmi menghampirinya. "Iya, hati hati," Hana tersenyum. "Bye." Rahmi pun pergi membawa jinjingan sepatu yang ia berikan. Hana jadi kembali teringat kejadian tadi. Ia melihat kalau bangku Cynthia dan Listya sudah kosong. Bahkan, Tria pun pergi begitu saja tanpa berpamitan. Hingga akhirnya kelas pun kosong. Hhh... Aku jangan pasif dan harus lebih aktif lagi mencari teman. "Halo Hana," Daru tiba tiba muncul di ambang pintu kelasnya. "Tadi kakak mau balas pesanmu, tapi ponsel mati," Daru menunjukkan ponselnya yang layarnya gelap karena habis baterai. "Oh," Hana tersenyum dan mendekat ke arah Daru. "Kamu sendirian begini? Tidak takut?" Daru mencubit pipi Hana yang kemerahan. Ia tak tahan untuk tidak mencubitnya. Hana tersipu malu. Ia menunduk, "Tidak kak." "Yu, ikut kak Daru. Nanti kakak kenalkan dengan yang lain," ucapnya. "Ti-tidak apa apa kak? Aku anak baru begini," tanya Hana. "Ada beberapa anak baru juga kok yang gabung di BEM," jelas Daru. "Ohh.." Hana mengerutkan keningnya. "Siapa saja?" "Kak Daru belum tahu. Sekarang baru pertemuan lengkap semua anggota termasuk yang baru," ungkapnya. "Siap... Tapi kak, kita kemana ini?" Hana bertanya. "Ruangan BEM. Kita ambil jalan pintas," Daru mengarahkan mereka menuju jalur pepohonan yang rindang. "Pipimu merah begitu, sepertinya kepanasan. Sengaja kakak ambil jalur teduh," jelas Daru sambil menahan senyum. Sesungguhnya jalur ini lebih jauh Hana... Tapi, ini worthed! "Te-terima kasih kak. Memang panas sekali siang ini," Hana merasa senang mendengar ucapan Daru. "Aku baru tahu kalau di kampus ini ada area hijau rindang sekali seperti ini," Hana tersenyum lebar. Daru ikut tersenyum, "Bahkan di depan sana ada kolam ikan." "Ah kakak! Serius?" Hana melihat sekeliling. Dari kejauhan ia melihat gedung rektorat dan di halaman depannya ada kolam ikan. "Bagus," Hana merasa kagum melihatnya. Daru merasa bahagia sendiri saat melihat Hanna yang kegirangan. "Jangan terlalu jauh Hana, kita tidak ke arah situ," Daru mendekat ke area kolam. Secara reflek, Daru menarik tangan Hana. Ia menggenggamnya dengan erat. Hana melotot kaget. Ia merasakan jantungnya berdebar dengan kencang. Ba-bagaimana mungkin tangan Kak Daru menyentuh tanganku? A-apa ini mimpi? Jangan bangunkan aku dari mimpi indah ini. Daru terus menggenggam tangan Hana hingga mereka menemukan jalan setapak. Secara perlahan, Daru melepaskan tangan Hana, "Ma-maafkan." Hana mengatupkan bibirnya, "Ke-kenapa minta maaf?" "Apa itu tidak apa apa?" Daru bertanya perlahan. "I-iya.. Ti-tidak apa apa," Hana menunduk malu dan berjalan lebih dulu dari Daru. Ia menghindar agar Daru tidak melihat wajahnya yang merah padam. Daru mengejarnya, "Hana, tunggu!" Ia berjalan di sisinya. Keduanya menahan senyum. Sama sama tahu perasaan satu sama lain, tapi mencoba menahan diri mengingat ini bukan waktu dan tempat yang tepat untuk membahasnya. Sampai akhirnya, mereka tiba di ruang BEM. Sudah cukup banyak yang berkumpul dan sepertinya mereka semua menanti kedatangan Daru. Hana merasa tidak enak hati sendiri. Ia pun duduk di kursi paling belakang, sedangkan kak Daru duduk di bagian depan yang menghadap ke arah peserta rapat. Di sisi kirinya ada perempuan itu. Sepertinya itu memang perempuan bernama Widari yang Jani ceritakan. Ohh.. Semoga saja, kali ini baik baik saja. Jangan sampai perempuan itu memperlakukanku seperti musuh atau apalah. Hana menarik nafas panjang. Tiba tiba, matanya menangkap sosok Tria yang duduk beberapa baris di depannya. Kenapa dia tadi tidak menyapaku ya? Atau karena tidak melihatku? Tria terlihat mengobrol dengan beberapa orang temannya. Hana menunduk. Ada gejolak rasa tidak enak di hatinya. Apa Tria tidak mau berteman denganku? Bukannya dia yang mengajakku berkenalan? Ah aku memang perasa. Sudahlah. Setelahnya, beberapa orang masuk ke dalam ruangan dan akhirnya rapat pun dimulai. Hana memperhatikan kalau Kak Daru memimpin rapat dengan penuh kharisma. Tampannya.. Seorang lelaki duduk di sampingnya. Hana pun menoleh. Lelaki ini teman sekelasnya. Orang yang sering melamun dan menatap ke luar jendela. "Hai Hana," lelaki itu menyapanya. "Hai.. A-aku tahu kamu teman sekelasku. Tapi, maafkan, aku belum tahu namamu," balas Hana. "Namamu Indraguna, panggil aku Guna," ujarnya pendek. "Guna.. Ok!" Hana pun tersenyum. Meski laki laki, tapi senang juga mendapatkan teman mengobrol di sebelahnya. Apalagi Guna teman sekelasnya, jadi tidak asing rasanya. Tiba tiba, lelaki di sebelah Kak Daru mulai membuka rapat, "Selamat siang semua." "Siang!" peserta rapat kompak membalasnya. "Kita memang pernah ketemu saat Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru, tapi untuk yang belum tahu, perkenalkan nama saya Jagat Prayoga, panggil saja saya Jagat. Di sebelah saya, tentu tidak perlu perkenalan lagi bukan? Siapa yang tidak kenal dengan Darudarma Abisatya atau Daru. Di semester baru ini, Daru dipercaya menjabat sebagai Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa, dan saya wakilnya," ungkap Jagat. Secara serempak semua bertepuk tangan. "Sebentar sebentar, ada satu lagi, di sebelah Daru, ada sekretaris BEM yaitu Widari Rahayu," ucap Jagat lagi. Terdengar suara tepuk tangan meski tak seriuh awal. Sesuai dugaan, perempuan itulah yang bernama Widari. Hana hanya diam dan tak ikut bertepuk tangan. "Ok, tak berlama lama, kita persilahkan Ketua BEM untuk membuka rapat ini," Jagat kembali bicara. Tepuk tangan pun kembali meriah. Daru hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Selamat siang semuanya," Daru mulai memimpin rapat inti. "Siang," semua peserta rapat kompak menjawab. "Rapat hari ini sebetulnya menjadi perkenalan BEM kepada para mahasiswa dan mahasiswi baru yang ingin dan tertarik terlibat dalam setiap kegiatan kemahasiswaan," jelas Daru. "Saat PKKMB sebetulnya sudah dijelaskan mengenai BEM ini. Tapi, sekilas saya informasikan kalau Badan Eksekutif Mahasiswa ini memiliki tugas dan wewenang untuk membimbing, mengawasi dan mengarahkan kegiatan UKM atau Unit Kegiatan Mahasiswa. BEM ini juga menjadi duta dalam kegiatan eksternal untuk berkoordinasi dan berkomunikasi dengan organisasi mahasiswa perguruan tinggi lainnya," tambah Daru. "Nanti setiap mahasiswa dan mahasiswi baru yang ingin bergabung di BEM bisa mengisi formulir yang bisa diambil di Kak Wida. Setelah mengisinya, bisa langsung mengembalikan ke sekretariat ok?" Daru menjelaskan. "Ok kak," semua serempak menjawab. "Namun, hari ini, saya mewakili BEM mendapatkan amanat dari rektor untuk membahas mengenai satu kegiatan penting yang rutin kita selenggarakan, yaitu kegiatan amal sosial atau bakti sosial. Siapapun yang memiliki ide bisa mengemukakannya di forum ini, untuk nanti kita bahas," papar Daru. "Tapi ingat, BEM tidak mewakili satu fakultas saja, tapi semuanya. Jadi keberadaan BEM ini untuk mewakili universitas secara menyeluruh," ungkap Daru. "Siap kak," beberapa mahasiswa merespon ucapannya. "Untuk informasi, sebelumnya kita menggelar bakti sosial penanaman bakau dan pelepasan penyu ke laut lepas. Itu seiring sejalan dengan isu lingkungan yang bergulir. Apakah tahun ini kita masih mengarah pada isu lingkungan atau tidak, kita lihat usulan yang masuk," tambah Daru. "Sengaja kita kumpulkan usul dan masukan dari mahasiswa dan mahasiswi tingkat satu untuk membuat kalian juga terlibat langsung. Jadi menjalankan ide dari kalian, oleh kalian," ujarnya lagi. "Anggap ini latihan berorganisasi dan berbaur di masyarakat." Ada satu orang laki laki mengacungkan tangannya. "Ya silahkan," Jagat mempersilahkannya bicara. "Perkenalkan nama dan fakultas." "Saya Satria Tama dari Fakultas Ekonomi. Saya setuju isu lingkungan. Terkait hal itu saya mengusulkan program daur ulang. Tak hanya menjaga lingkungan tapi juga bisa bernilai ekonomis," usulnya. "Bagus," ucap Jagat. "Nanti kita bahas setelah semua usulan kita rangkum." Widari mencatatnya di papan tulis. "Ada lagi?" Daru bertanya. Entah kenapa, Hana merasa kalau tatapan mata Daru seperti melihat ke arahnya. Akhirnya Hana mengacungkan tangannya. "Ya," Daru menahan senyum. "Sa-saya Hana, dari Fakultas Kedokteran. Sa-saya setuju isu lingkungan, ta-tapi juga ingin memperhatikan isu pendidikan. Ba-bagaimana kalau kita melakukan kegiatan amal sosial yang berkesinambungan? Misalnya program beasiswa untuk yang tidak mampu atau datang ke sekolah sekolah atau panti asuhan untuk mengajar. Intinya, melakukan edukasi di masyarakat," akhirnya Hana berani mengemukakan pendapatnya. "Terima kasih Hana. Idenya boleh juga," Jagat mengacungkan jempol. "Ada lagi yang lain?" Hana pun duduk kembali dengan muka merah padam. Tiba tiba ponselnya berbunyi. Ia membukanya. Ada pesan dari Kak Daru. Daru : Kamu lucu. Tidak perlu malu malu. Selalu percaya diri ok? Hana : Iya kak. Seketika, rasa malunya hilang. Ia merasa lega sudah mengungkapkan pendapatnya. "Saya kak," Cynthia mengacungkan tangannya. Hmm.. Ternyata Cynthia juga ikut BEM. Hana memperhatikannya. Entah kenapa perasaannya tidak enak. "Saya Cynthia, dari Fakultas Kedokteran. Usul saya sebetulnya sama dengan Satria tadi yaitu kegiatan amal sosial terkait isu lingkungan. Selain program daur ulang yang bernilai ekonomis, bagaimana kalau kita bekerjasama dengan RT RW setempat untuk membersihkan lingkungan sekitar?" ucap Cynthia. "Ok, usulnya kita tampung," ujar Jagat. "Ada lagi?" tanyanya. "Ok, tiga usul ini juga sudah bagus. Sambil diskusi nanti kita kembangkan," ucap Daru. "Coba kita vote saja?" Jagat melirik ke arah Daru. "Yes, toh nanti mereka yang akan menjalankannya. Kita hanya supervisi," jawabnya. "Selain itu, ide ini masih sangat mendasar, nanti setelah mengerucut kita bahas pengembangannya." Jagat lalu menatap para peserta rapat, "Kita vote saja ya? Siapa yang sependapat dengan Satria?" Hana memperhatikan sekitar dua puluh tujuh orang mengangkat tangannya. Ia langsung gugup. Apa idenya akan diterima? "Ok, berikutnya, siapa yang sependapat dengan Hana?" tanya Jagat. Hana menatap sekeliling ruangan. Ia menunduk. Matanya sedikit berkaca kaca. Tidak ada satupun yang sependapat dengannya. Ia meremas jari jemarinya. Aku malu sekali rasanya, sudah percaya diri mengemukakan ide itu. Ideku sepertinya tidak bagus. Bahkan Tria pun tidak mendukungku. Tapi, kemudian, Hana membelalak kaget. Guna berdiri dan mengacungkan tangannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN