6. Dibuang

1254 Kata
"Di mana CEO? Apa dia di ruangannya?" Alexa bertanya pada beberapa orang yang berpapasan dengannya setelah keluar dari lift. Namun bukan menjawab pertanyaan tersebut mereka malah terlihat bingung dan terkejut karena bertemu dengannya. Mungkin mereka berpikir dirinya akan tetap bersembunyi di rumah sampai scandal itu menghilang. Tentu saja hal itu bisa saja terjadi andai tidak muncul siaran gosip yang mengganggu suasana hatinya. "CEO di ruangannya. Tapi ...." "Aku mengerti." Alexa tak menunggu mereka menyelesaikan kalimat yang ingin dikatakan. Begitu mendengar apa yang ingin didengar dia langsung menggerakkan kakinya pergi. "..." "Apa-apaan itu? Memang pantas dia terlibat scandal dengan sikapnya yang seperti itu." "Hush! Jangan keras-keras. Bagaimana nanti jika dia mendengarnya?" "Memangnya kenapa? Dia terus membuat masalah di luar sana. Bahkan jika dia adalah artis besar, cepat atau lambat dia akan jatuh dengan sikap seperti itu." Alexa mendengarnya. Namun dia tak punya waktu untuk berurusan dengan orang seperti mereka. Berjalan ke ruangan CEO, dan mendorong pintu itu begitu menyadari orang yang dicarinya ada di dalam. Brak! Pintu dibanting cukup keras. Mengejutkan Ferry yang ada di dalam. "Alexa. Bisa tidak kalo masuk ke ruangan ketuk pintu dulu? Walau bagaimana pun saya ini CEO. Kamu harus ...." "Tidak." "..." Ferry tak melanjutkan kalimatnya yang baru saja dipotong. Terlihat kesal, tapi berusaha menahannya. "Kenapa kamu datang? Apa ada yang ingin dibicarakan?" Tatapan Alexa menjadi tajam mendengar pertanyaan itu. Dia berdecak. Bersikap seolah lupa dengan lima panggilan tak terjawab yang sebelumnya dilakukan pria di depannya. "Saya ingin dengar penjelasannya sekarang. Dan saya harap itu akan masuk akal." Ferry menggelengkan kepala. Meraih pensil di meja lalu menulis kata-kata acak di kertas kosong di depannya. "Seorang CEO tidak memiliki kewajiban menjelaskan keputusannya pada artis di agensinya. Seharusnya kamu juga tahu tentang hal ini." Alexa seperti kehilangan kata-kata dan tampak tak percaya dengan jawaban tersebut. Pria di depannya seperti bukan CEO yang dia kenal. Dia bersikap agak berbeda. "Ya. Saya tahu CEO tak harus membicarakan keputusan dengan artisnya. Tapi dalam situasi ini, bukankah Anda harus berbicara dulu sebelum menyetujui Carissa mengambil peran utama itu? Walau bagaimanapun peran itu awalnya diberikan untukku," ujar Alexa. Namun cukup lama Ferry diam sebelum menghembuskan nafas. "Alexa. Kamu sendiri tahu kenapa hal ini terjadi. Jika bukan karena scandal itu bagaimana mungkin kamu akan kehilangan peran dalam drama itu? Carissa juga tidak akan mendapatkan perannya jika bukan karena scandal yang kamu ciptakan." "..." Jika ini di hari biasa mungkin Ferry tidak akan mengatakan begitu terang-terangan. Dia selalu memperlakukan Alexa berbeda dari artis lain karena nilainya bagi agensi jelas berbeda dari artis lain. Bahkan ketika Alexa terlibat sebuah scandal ataupun rumor buruk dia akan membantunya dengan senang hati karena keuntungan yang didapat agensi masih lebih banyak dari pada kerugiannya. Namun hal itu tidak berlaku pada scandal perselingkuhan. Setidaknya ada lima sponsor yang akhirnya memutus kerja sama mereka karena scandal tersebut. Membuat agensi rugi sangat banyak dan membuat suasana hatinya tidak senang. Selain itu Ferry juga merasa telah mendapatkan satu bintang baru yang akan bersinar. Dia percaya Carissa akan memiliki karir yang lebih baik dari Alexa, dan dengan kepribadiannya yang lembut dia tidak akan terlibat banyak scandal seperti seniornya. Sekarang dia tidak perlu menahan diri. Alexa bukan lagi artis prioritas di agensinya. "Jika tidak ada hal lain kamu boleh pergi. Saya sangat sibuk." "..." Alexa membuka mulutnya tanpa mengatakan apapun. Tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya. Dia seperti seorang artis yang ditelantarkan. Diperlakukan dengan tidak adil. "Jadi seperti ini rasanya tidak dihiraukan?" gumam Alexa, pahit. Rasanya Alexa memahami perasaan yang dirasakan artis-artis yang kurang diperhatikan dan kurang dipeduliin oleh agensi. Dia merasa dirinya telah jatuh ke tingkat di mana dia tak pernah membayangkannya dalam mimpi sekali pun. Ini sangat buruk. Benar-benar buruk. "Alexa!" Saat itu Halen baru sampai setelah mengalihkan perhatian wartawan yang ada di depan perusahaan. Dia tampak ngos-ngosan saat mendorong pintu memasuki ruangan. Di sisi lain Alexa masih tidak mengatakan apapun. Dia kemudian berbalik lalu menarik tangan Halen pergi meninggalkan ruangan itu. "Alexa! "Bagaimana? Apa kata CEO?" tanyanya. Alexa menggigit bagian dalam bibirnya sambil mengeratkan kepalan tangannya. "Lupakan. Ayo pulang." Halen bingung tapi hanya mengikuti Alexa tanpa berusaha bertanya lebih jauh. Saat itu mereka sudah di lantai satu. Alexa dan Halen baru keluar dari lift tapi kaki mereka tertahan memperhatikan dua orang yang familiar tepat di depan mereka. Carissa dan Reyhan. Pasangan tidak tahu malu itu sekarang bahkan tak sembunyi-sembunyi lagi saat menunjukkan kemesraan di tempat umum. Mereka tak khawatir akan ada desas-desus karena seluruh perhatian saat ini hanya tertuju ke scandal perselingkuhan Alexa. Tidak ada yang tahu siapa yang berselingkuh sebenarnya. Tidak ada bukti untuk menyalahkan mereka. Bahkan jika Alexa berniat mengatakan kebenarannya di depan umum, tidak akan ada orang yang percaya dan malah akan semakin memperburuk situasinya. "Aku sampai lupa jika dia sutradara filmnya. Sekarang, semua menjadi masuk akal." Alexa mendengus mencibir. Dia yakin Reyhan menggunakan pengaruhnya untuk membujuk produser agar Carissa mendapatkan peran utama. Jika tidak dia yakin dengan hanya kemampuan akting Carissa bahkan sulit untuk masuk dalam kandidat peran utama di sebuah film kolosal. Semua menjadi masuk akal jika Reyhan terlibat aktif mengatur semua ini demi kepentingan Carissa. "Halen, ayo." Suara Alexa menyadarkan Halen. Wanita itu segera berlari kecil mengejar sepupunya yang sudah terlebih dulu berjalan ke tempat parkir. Setelah naik dia langsung menyalakan mesin mobil. Namun masih tak menginjak pedal gas meski kedua tangannya sudah memegang kemudi. Haish! Halen berdecak sambil mengumpat dalam hati. Masih tak percaya Reyhan benar-benar berselingkuh dan membantu selingkuhannya itu mendapatkan peran utama dalam film. Reyhan seolah lupa siapa yang sudah membantu karirnya hingga menjadi salah satu sutradara terkenal di industri ini. Jika bukan karena Alexa dia bahkan tidak akan dikenal banyak orang. Dia juga tidak akan punya kesempatan berhubungan dengan banyak produser hebat jika bukan Alexa yang memperkenalkan mereka padanya. Namun seolah kacang lupa kulit, dia membalas kebaikan Alexa dengan pengkhianatan. Halen sangat kesal hanya dengan mengingat wajah pasangan itu. Yang satu pacar tidak tahu diri, sementara yang lain adalah junior yang menusuk seniornya dari belakang. Halen tak bisa membayangkan betapa kesal dan marahnya Alexa saat ini. Karena dirinya yang tidak terlibat langsung saja sudah sangat benci hanya dengan melihat wajah mereka. Dia sungguh kagum pada sepupunya itu yang masih bisa menahan diri meski sebagian orang menilainya memiliki tempramen buruk. "Langsung pulang? Tidak mampir ke tempat lain?" Alexa memiringkan kepalanya mendengar pertanyaan itu. "Memangnya untuk saat ini ada berapa tempat yang bisa ku datangi tanpa awak media?" Halen tertawa lirih. "Sepertinya tidak ada." Huh! "Sudah tahu seperti itu masih tanya. Pulang. Aku mau tidur saja di rumah." ___ Malam harinya. Alexa terus diam sampai waktu makan malam tiba. Saat itu, ada Halen di depannya. Alexa mengambil segelas air lalu menaruhnya di samping piring. Perlahan, dia membuka suaranya. "Halen. Bagaimana jika kita keluar dari agensi?" Halen yang baru menyuap makanan ke mulutnya hampir tersedak mendengar kalimat Alexa. Dia mengambil segelas air, lalu menatap Alexa setelah merasa lebih baik. "Kamu bercanda, kan?" tanyanya. "..." Namun Alexa diam seperti menunjukkan keseriusan dalam perkataannya. "Ini serius? Kenapa?" "..." Alexa pun menceritakan dari sudut pandangnya. Selain karena sudah merasa tidak nyaman di sana, dia juga merasa agensi sudah membuangnya. Padahal selama beberapa tahun ini dirinya menjadi satu di antara banyak faktor yang membuat agensi tetap stabil di tengah-tengah kemunculan agensi-agensi baru. Dia memberikan segalanya. Namun seolah hal itu tidak berarti apapun, dia diterlantarkan hanya karena scandal yang bahkan belum jelas kebenarannya. Dibuang saat agensi merasa dirinya sudah tidak berguna. "Kamu yakin mau keluar?" "Ya." Keputusan Alexa sudah bulat. Dia tidak akan bertahan di agensi yang dapat membuangnya sewaktu-waktu. Dia akan buktikan jika dirinya bisa bangkit dan membuat mereka menyesal karena sudah menyia-nyiakannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN