7. Pemaksaan berbuah manis

2013 Kata
"KAK ELAAANG!! KAK ELANGG SEMANGAT YAA!!" Di tengah lapangan, dengan sengaja Bayu menyenggol bahu Elang sambil melirik ke tepi lapangan. Elang yang paham pun langsung mengikuti ke mana arah pandangan Bayu. Dari tempatnya berdiri Elang dapat melihat banyak cewek menyorakinya dari tribun namun yang paling menyorot perhatian adalah Ratu, bagaimana tidak, cewek itu meneriaki nama Elang sambil melompat-lompat tak jelas. Ingin rasanya Elang menimpuk Ratu dengan bola basket. "Aciee dapat semangat dari Queens Garuda nggak tuh," ujar Bayu meledek. "Shitt!" "Selow elah Lang, semangat, semangat! Biar nggak kebuang sia-sia tenaga tuh Queens. HAHAHA!" "Bacott!" umpat Elang langsung berlari mengejar bola yang dilambungkan ke arahnya. Beralih ke sudut pandang Ratu, melihat Elang bermain bola basket adalah suatu kesenangan sendiri. Rasanya seperti berada di tengah taman bunga, bahagia! Lihatlah kaos putih yang di kenakan Elang telah basah kuyup oleh keringat, rambut lepek berjatuhan menutupi kening, celana sekolah yang digulung hingga lutut, belum lagi kalau Elang meneriaki lawannya membuat urat-urat leher cowok itu terlihat jelas dan menambah kesan tampan dari Elang. Sampai di sini nikmat mana lagi yang ini didustakan? "Kak Elang emang paket lengkap banget nggak sih, May!" heboh Ratu menggoyang-goyangkan lengan Maya hingga temannya itu risih. "Iya lengkap, tapi menurut gue masih lebih menarik Kak Bayu, humoris orangnya nggak dingin kayak Kak Elang!" balas Ratu. Ratu langsung menatap Maya sinis. "Yee! Itu mah terserah lo, lagian kalau lo juga suka sama Elang siap-siap aja saingan sama gue!" "Berisik!" sentak Eka. "Mau Kak Elang atau Kak Bayu, Kak Nopal tetep is number one! WOOOHH SEMANGAT KAK NOPAL!" Pluk! Pluk! "Sakiiittt!" ringis Eka setelah mendekatkan dua toyoran sekaligus dari Ratu dan Eka. Memang kenapa kalau Eka suka dengan Naufal? "Please deh, Ka lo nggak usah ngarep sama Kak Naufal, dia itu udah punya inceran sendiri! Noh, Kak Ataya anak dance, cakepan dia daripada elu, jadi nggak usah ngarepin Kak Naufal," ucapan Maya membuat Eka mengerucutkan bibirnya kesal. "May, masih inceran kan bukan pacaran?" tanya Ratu. "Ya iya masih belum." Lantas Ratu tersenyum penuh arti kepada Eka. "Kalau gitu masih ada harapan, Ka buat deketin Kak Naufal! Gue juga denger-denger Kak Naufal sama Kak Ataya beda agama kan? Nah bisa tuh lo tikung di sepertiga malam." "Anjaayyy!" Maya geleng-geleng kepala tak percaya sambil tepuk tangan pelan. "Tumben ngajarin nikung yang bener, biasanya suruh langsung pasang pelet." "Udah ah ngapain jadi bahas Kak Naufal sama gue sih?! Tuh fokus sama Kak Elang. KAK ELAAANG SEMANG—aduuuhhh Queen kenapa lo toyor gue lagi sih!" protes Eka menatap Ratu tajam. "Elang punya gue! Sorakin sendiri sana cowok lo!' "Ck, iya-iya ah elah gitu doang!" *** "Ihh ngeselin banget sih nih soal! Kenapa nggak ada jawabannya coba?" gerutu Aina. Hari ini Aina nampak berbeda dari hari-hari sebelumnya. Jika biasanya saat istirahat semua akan melihat Aina rusuh di kantin kini dijamin kantin itu sepi. Semua ini gara-gara PR sialann, bisa-bisanya dia lupa tak membawa PR yang sudah semalaman Aina kerjakan, alhasil Aina dihukum suruh mengerjakan ulang dan pengumpulan terakhir adalah ketika bel masuk berbunyi. Masalahnya sekarang adalah, bagaimana Aina bisa mengerjakan semoga soal ini secara kemarin Aina hanya modal copy paste? "Aarrgg! Susah!" Aina langsung menidurkan kepalanya begitu saja di atas meja perpustakaan. Kepala Aina rasanya ingin pecah, Aina sungguh membenci apa itu yang namanya pelajaran matematika. Sementara itu seorang cowok yang tak sengaja melihat Aina langsung berinisiatif untuk mendekat. Cowok itu lalu menarik buku Aina, memeriksa pekerjaannya. Dia berhasil dibuat tak percaya akan jawaban Aina, dan juga dari banyaknya soal, Aina baru menjawab tiga, mana semuanya salah. "Bangun!" sentak cowok tersebut. Mata Aina yang awalnya terpejam langsung melebar, dia kenal dengan suara itu, namun apa iya? Kening Aina mengerut, apa Aina mimpi? "Kalau kerjaan lo cuma tidur nih tugas nggak bakal selesai," kata cowok itu lagi. Detik berikutnya Aina dengan cepat mengangkat kepalanya, melihat ke samping dan benar saja, seorang Elang Baskara Mahendra tengah berdiri di dekatnya. Astagaa mimpi apa gue? batin Aina meraung bahagia. "Hai, tumben ke sini?" tanya Aina basa-basi. "Harusnya gue yang tanya gitu ke lo," balas Elang. Aina lalu memalingkan wajahnya karena malu. "Iya sih, gue juga bingung tumben di sini. Yaa kalau nggak terpaksa gue juga lebih pilih kantin dari pada perpus." Elang hanya tersenyum miring. Cowok itu kemudian mengulurkan buku jawaban Aina membuat Aina bertanya-tanya dalam hatinya. "Coba lo teliti lagi salahnya di mana," ucap Elang. Jujur sampai sini Aina dapat merasakan aura yang berbeda dari Elang. Biasanya Aina yang terus menghampiri Elang dan merecokinya, kini malah Elang yang menemuinya terlebih dahulu. "Ketemu?" tanya Elang sukses membuat Aina gelagapan. "Eee ... nggak tau gue." Setelahnya terdengar hembusan nafas kasar dari Elang. Cowok itu lalu meraih sebuah pensil yang ada di sana, kembali menarik buku milik Aina, membuat sebuah coretan di sana. "Lihat cara gue ngerjainnya," suruh Elang diangguki Aina. "Di sini langkah-langkah lo udar bener cuma cara itungannya aja yang salah. Nah, 2X² kalau dimasukin nilai X-nya kan jadi 2.5² sekarang cara itungnya jangan 2 dikali 5 dulu, tapi 5 dulu yang harus lo kuadratkan," jelas Elang dengan tangan yang terus mencoret buku Aina dengan tulisannya. Aina mengangguk paham dengan penjelasan Elang. "Gue tadi mikirnya udah gitu, cuma nggak ada tanda kurungnya ya gue bingung." "Udah, sekarang berapa hasilnya kalau gitu?" tanya Elang. Aina berpikir sejenak. Menggerakkan jemarinya untuk menghitung. "50 bukan?" "Iya, yang lainnya kurang lebih sama kayak gitu caranya. Bisa kan?" "Bisa-bisa," jawab Aina, dia lalu cepat-cepat mengganti jawabannya. Tanpa terasa Elang tersenyum melihat wajah Aina yang begitu serius mengerjakan, namun dengan cepat Elang tersadar dan segera menepis jauh-jauh pikirannya. Elang kemudian berdiri dari duduknya membuat decitan kursi yang menarik perhatian Aina. "Mau ke mana?" tanya Aina. "Kelas," jawab Elang singkat. Melihat Elang yang mulai melangkah membuat Aina refleks menahan lengan cowok itu. "Sini aja bantuin gue," kata Aina memelas. "Gue juga banyak tugas, Na." Elang melepaskan tangan Aina dari lengannya. "Tapi Elang." Elang memutar kedua bola matanya malas. "Nggak usah sok imut! Dah kerjain sendiri, kalau nggak bisa tinggal lihat google pasti keluar semua, jangan kayak orang susah!" Setelah itu dengan cepat Elang beranjak pergi meninggalkan Aina begitu saja. Aina mengeram kesal, padahal baru saja Aina berharap kepada Elang, sekarang kembali dikecewakan, dasar Elang bunglon! "Ih, awas aja kalau sampai lo jatuh cinta sama gue!" kesal Aina kembali duduk menatap soal yang masih tersisa banyak dan waktu tinggal sedikit lagi. Terpaksa tak ada cara lain. Aina cepat-cepat mengeluarkan ponselnya, yap benar, meminta bantuan mbah sejuta umat adalah jalan ninjanya. *** Bel pulang sekolah telah berkumandang di seantero SMA Garuda, para murid kelaparan, kegerahan, semua sangat antusias untuk kembali ke rumah masing-masing, tak terkecuali dengan Aina dan Salsa. Tepat setelah guru pengajar keluar, mereka langsung berdiri bersiap untuk pergi. Bruk! Hampir saja Aina terjatuh jika Salsa tak menahannya. Ketika menengok ke belakang ternyata Ratu pelakunya. Aina menatap Ratu sengit. "Bisa nggak, nggak usah cari gara-gara mulu sama gue?" tanya Aina membentak. "Suka-suka gue lah, masalahnya sama lo apa?" sewot Ratu. "IIHHH LO YA!" geram Aina, tangannya sudah tergerak ingin menjambak rambut Ratu tapi Salsa menahannya dibantu Devan yang baru saja mendekat. "Mending pergi sana lo Rat! Kalau iri sama Aina tuh bilang!" ucap Salsa. Ratu kemudian terkekeh. "Gue? Iri sama modelan cewek freak gini? Ya kali." "Rat! Cabut nggak?" Devan Angkat bicara. "Oke ... oke gue pergi, dasar freak." Kedua bola Aina membulat sempurna. "LO YANG FREAK ANJING!" teriaknya. "Na, udah Na," kata Salsa. Aina melepaskan cekalan tangan Salsa dan Devan. Gadis itu merengut kesal. Menatap Salsa dan Devan bergantian. "Ngapain sih lo berdua tahan-tahan gue?" Sebelah alis Salsa lantas terangkat, dia juga tak segan menyentil kening Aina. "Terus lo mau apa? Ribut sama Ratu?" "Iya lah! Cewek kayak Ratu tuh kalau di biarin nanti ngelunjak, Sal! Belum tau aja gue siapa." "Siapa emang?" "Gue, Aina Agista Reygan anaknya Mami Fifi dan Papi Loius mantan pengusaha kaya raya se-Jawa Barat," jawab Aina dengan bangganya sambil mengusap pangkal hidung dan berkacak pinggang. Devan melihat Aina jengah, tanpa pikir panjang Devan langsung menjewer telinga Aina, menyeret Aina untuk pergi. Salsa yang ada di sana tertawa puas melihat Aina kesakitan. "Dev!! Lepas ih, Sal tolongin gue ah!! Pacar lo KDRT nih sama anaknya! Aduhhh Papa!" "Diem lo nggak usah berisik!" sentak Devan masih menjewer telinga Aina dengan Salsa berjalan di belakang mereka tanpa bisa menahan tawanya. "Papa ampuni anakmu yang cantik ini, Pa!" kata Aina ngasal. "Nggak sudi gue punya anak kayak lo!" "Mama Salsa! Lontong, Papa jahat Ma!" Tawa Salsa semakin keras di belakang sana. "Jangan dilepas Dev, seret aja terus buang ke sungai." "Huaaa Mama anjing!" balas Aina. "Lo yang anjing!" Mereka bertiga jalan terus seperti itu, tak peduli telah berapa banyak mata yang melihat. Hingga sampai di koridor utama, tak sengaja mereka bertiga berpapasan dengan Elang dan kedua temannya. Sampai di situ Aina langsung menepis kasar tangan Devan, menyisakan ruam merah pada telinga kiri Aina. "Mulai deh," gumam Salsa seakan tau apa yang akan diperbuat Aina jika sudah bertemu dengan pujaan hatinya. Dan benar saja, Aina segara memasang senyum termanisnya, lihat saja Bayu dan Naufal yang sudah mengusap wajahnya jengah. "Hai Elang," sapa Aina dengan lembut. "Emm Na, gue sama Devan duluan deh, bye," pamit Salsa kepada Aina. Aina pun mengangguk dengan cepat. "Iya Sal duluan aja, bye! Hati-hati lo!" "IYE!" balas Salsa sambil teriak karena telah berjalan jauh. Kini gantian kepada kedua teman Elang, Bayu menepuk sebelah bahu cowok itu membuat Elang menoleh ke belakang. "Apa?" tanya Elang. "Gue sama Nopal duluan ye?" "Nggak! Ayo gue bareng." "Aina?" tanya Naufal melihat Aina dan Elang bergantian. "Siapa dia siapa gue? Gue nggak peduli," balas Elang. "O—oh oke. Ayok dah." Tak mau ditinggalkan begitu saja, Aina sontak gerak cepat menahan lengan Elang, Aina juga kembali menghadang jalan Elang dari depan. Elang yang risih langsung menepis kasar tangan Aina, menjauhkannya dari pergelangannya. "Gue bareng lo ya, Lang?" ucap Aina kemudian. "Nggak!" jawab Elang tanpa pikir panjang. "Lang, please." "Eng—nggak" "Iya!" "Nggak, Na!" "Iya Elang!" "Gue bilang Enggak!" "Iy—" "Cabut!" kata Elang kepada Bayu dan Naufal dengan memotong perkataan Aina. Aina panik, dia tidak boleh ketinggalan Elang lagi hari ini. Tanpa memikirkan apa pun lagi Aina langsung berlari guna menyusul Elang. Memanggil-manggil Elang yang tak kunjung menengok menatapnya. Hingga sampai di parkiran, sebelum keduluan Elang, Aina lalu melompat begitu begitu saja mendekati motor milik Elang. Langsung duduk di atas motor hitam itu. Elang yang terdiam di tempatnya tak mengerti lagi, makhluk macam apa sebenarnya Aina ini? "Turun Nggak?" sentak Elang. Aina menggeleng lucu. "Anterin gue pulang ya? Please." "Nggak ada, turun!" "Yaudah gue nangkring di sini sampai lo mau." "Oke, terserah!" Elang lalu menatap Bayu. "Gue bareng lo, Bay," katanya membuat Aina kaget. "Elang! Terus motor lo?" tanya Aina bingung. "Ambil aja kalau lo mau," jawabnya dengan begitu enteng seolah motor mahal itu adalah cilok. Aina sampai melongo tak percaya. Sekaya itu kah Elang hingga motor puluhan juta ini nggak ada harganya lagi di matanya? Melihat Elang yang mulai naik di atas motor Bayu, Aina lalu turun, sebelum Bayu melajukan motornya, Aina terlebih dahulu menarik kontak motor itu membuat mesin motornya kembali mati. Elang dan Bayu langsung sama-sama menatap Aina tajam. Bayu kembali membuka helmnya. "Mau lo apa sih, Na?" bentak Bayu. "Mau gue cuma pulang bareng Elang, simple kan?" jawab Aina tak ada takut-takutnya dengan ketiga Kakak kelas itu. "Lang, mending anterin deh cewek lo biar nggak ribet," kata Bayu kepada Elang. "Ogah! Dia bukan cewek gue!" "Lang, udahlah sekali doang apa susahnya sih? Biar cepet pulang juga kita," sahut Naufal yang terlihat mulai ikut jengah. "Nah bener tuh, rumah gue nggak jauh kok, kan lo usah pernah datang, deket 'kan? Mangkanya ayo Elang anterin gue, nanti gue kasih coklat deh, gimana?" Elang menyerah, cowok itu hanya bisa mengangguk pasrah sambil berjalan mendekati motornya. Melihat Elang yang telah memaki helm, Aina langsung mengembalikan kunci motor Bayu lalu naik ke atas motor Elang. Tanpa di suruh Aina melingkarkan saja kedua tangannya di perut Elang. Tak lama motor Elang melaju meninggalkan sekolah. Tanpa seorang pun tau, dibalik helm full facenya Elang sudah menyumpah serapahi Aina dengan segala macam umpatann. Ekspresi Aina sungguh berbanding terbalik dengan Elang, lihatlah Aina dengan senyum sumringanya. Sekarang Aina yakin jika Elang akan segera suka kepadanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN