Menyesal Setelah Kehilanganmu!
Blurb
Isani meletakkan map warna coklat di atas meja, membuat kedua mertuanya saling berpandangan penuh tanya.
"Itu apa?"tanya Sherin, ibu mertua Isani.
Isani tersenyum penuh ikhlas dan tegar.
"Gugatan cerai untuk, Mas Teza, Ma, Pa. Maaf, aku dan anak mama papa menikah dengan cara baik-baik dulu, maka aku akan kembalikan anak laki-laki mama papa dengan cara baik-baik. Kenapa?! anak mama papa selalu memprioritaskan temannya, dan mereka kedapatan berciuman minggu lalu, "
air mata Isani menetes, bukan air mata sakit hati, Isani tak percaya dia berucap tegas dan tidak gugup barusan.
dan ya, dalam kamus hidup Isani, tidak ada yang namanya kesempatan kedua untuk kesalahan suami yang sudah main hati di belakang apalagi di depannya mata kepalanya sendiri.
Membuang suaminya akan Isani lakukan!
PART SATU
Jangan nangis-jangan nangis, Isani. Teriak hati kecil Isani di dalam sana. Menggigit bibir bawahnya kuat, sampai bibirnya pecah dan mengeluarkan darah. Tapi, rasa terkejut, shocknya lebih kuat dari pada rasa sakit pada bibirnya dan rasa asin serta anyir darah dalam mulutnya.
Segera pergi, segera pergi, please. Lagi, hati kecil Isani berteriak tegas.
Dan pelan-pelan, pertama-tama, Isani mengalihkan tatapannya dari dua orang jahat yang sedang beradu bibir dalam ruang kerja suaminya.
Ya, siapa lagi yang beradu bibir di dalam ruang kerja suaminya kalau bukan sang suami dengan sang sahabat masa kecil sang suami. Yang saat ini... glek. Isani menelan ludah kasar, melihat suaminya yang sudah mencium dan menjilat-jilat leher Vania.
Dan sudah cukup, dengan lutut gemetar, Isani mundur, sembari mengeratkan genggamannya pada ponselnya yang sudah mengambil belasan gambar kelakuan tak senonoh suaminya dengan Vania.
Vania yang jadi pusat cemburu, luka Isani selama 5 tahun membina rumah tangga dengan suaminya.
Brak
Suara benda jatuh yang menghantam lantai dengan kuat, membuat Isani terkejut. Isani yang sudah membelakangi pintu kerja suaminya yang terbuka sedikit, kembali menatap kearah pintu dengan deg deg gan.
Dan hussssh
Isani menghembuskan nafasnya lega. Tidak ada suaminya atau jalang Vania di sana, yang artinya...
"Bisa jadi mereka sedang b******a di atas meja saat ini, yang jatuh tadi adalah laptop calon mantan suamiku."ucap Isani geram, jijik. Sakit hati? Hati Isani sudah mati rasa, sejak suaminya lebih membela Vania di hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke 4 tahun lalu.
Dan Isani bertahan selama satu tahun ini, karena alasan anak, keenakan Vania, apabila dia melepaskan begitu saja suaminya. Dan dia belum mendapat bukti yang nyata atau dengan mata kepalanya sendiri, tentang suaminya, yang main gila dan nakal dengan Vania.
Dan saat ini, dia sudah mendapatkan bukti kegilaan dan kejahatab suaminya dengan Vania. Dia melihat dengan mata telanjang bahkan banyak bukti yang sudah dia torehkan dalam galeri ponselnya.
"Kamu sangat jahat, Mas. Apa salahku sehingga kamu melukaiku seperti ini."ucap Isani pelan, matanya melirik penuh amarah pada rantang yang berisi makan siang suaminya.
Sial. Sial. Dia bahkan membuat anaknya ngambek, karena dia abaikan. Anaknya ingin di temani gambar olehnya. Tapi, dia menolak anaknya, karena dia ingin memanjakan suaminya hari ini.
Tapi, lihatlah. Dasar g****k, kau, Isani. Aturannya dalam apapun ya prioritaskan anak! Lebih cintai anak karena tidak ada bekas atau mantan anak, dari pada lebih mencintai suami. Rutuk Isani dirinya sendiri dalam hati.
Dan lihatlah, Isani masih bodoh, dia masih terus berdiri termenung di depan ruang kerja Teza.
Plak
Isani memukul gemas keningnya.
"Segera pergi dari tempat kotor ini."perintah Isani dirinya sendiri dengan nada tegas.
Dan Isani sudah melangkah dengan langkah lebar, berjalan menuju satu pintu yang harus dia lewati yaitu pintu sekertaris suaminya, yang pantas saja, wajahnya terlihat cemas tadi.
Isani tersenyum mengingat wajah cemas, Imam. Jadi, ini jawabannya. Ada Vania yang datang ke kantor suaminya dan mungkin Imam, sudah sering melihat pemandangan menjijikkan seperti tadi.
"Bu Isani, maafkan saya, "ucap suara itu merasa bersalah sekaligus takut.
Isani yang berjalan dengan tatapan lurus ke depan, menoleh keasal suara. Mendapati Imam yang tengah berdiri dari duukkannya. Tidak berani menatap wajahnya.
Isani mengibas tangannya kuat.
"Bukan salahmu, suamiku saja yang gatal, dan yang lebih gatal Vania. Sudah tahu sahabatnya sudah menikah, tapi dia dengan jalang...."Isani memotong ucapannya, rasanya jijik menyebutkan apa yang suaminya dan Vania lakukan.
Dan Isani tak sudi menyalahkan Imam, yang memang dia mintai tolong, untuk menjaga suaminya dari w************n di luar sana.
"Terimah kasih, Bu Isani..."Imam memberanikan diri menatap wajah nyonya Bos.
Imam tertegun, melihat tidak ada raut sakit hati, marah yang ada di wajah bu bos saat ini. Biasanya Bu Bos apabila melihat Vania ada di kantor ini. Wajahnya akan berubah menyeramkan. Merah padam dan dingin.
Tapi, tunggu dulu. Di tangan bu bos masih ada rantang, yang artinya Bu Bos....
"Aku... tidak jadi masuk, dan belum masuk. Jangan katakan pada suamiku kalau ada aku yang datang tadi,"beritahu Isani, yang sangat paham apa yang ada di kepala Imam seraya melihat rantag di tangannya saat ini.
Imam mengangguk cepat dengan perasaan sedih. Mengiyakan ucapan bo bosnya.
"Siap, Bu Isani. Saya akan tutup mulut."bisik Imam seraya melakukan isyarat tutup mulut.
Isani mengangguk senang, seraya melangkah mendekati Imam, membuat imam deg deg gan dan semakin deg deg gan di saat aroma parfum Bu Isani yang enak menyapa kuat hidungnya, dan tak hanya deg deg gan, sial. Wanita cantik di depanmu adalah bosmu. Batin Imam mengingatkan dirinya sendiri. Wajah Bu Isani berada hanya 4 jengkal dari wajahnya, di lihat dari dekat. Bu Isani terlihat semakin cantik.
Sungguh, g****k Bos Teza nya. Yang entah apa yang di liht dari Vania yang boncel dan punya bekas luka di pipi kanannya. Menyeramkan pokoknya. Ibarat kata, Vania hanya lipatan lengan tangan Bu Isani.
"Imam? Kamu kenal atau punya nomor pengacara yang di pake sama kantor rival suamiku? Kalau ada, tolong berikan padaku, biar lebih mantap, aku mau pake jasa pengacara milik perusahaan saingan suamiku yang akan membantu mengurus gugatan ceraiku pada Mas Tezaa..."
Ya. Sepulang dari sini, Isani tanpa membuang waktu akan memasukan gugatan cerai, bahkan dengan bantuan saingan bisnis suaminya, biar suaminya itu jantungan sekalian, yang artinya suaminya mati, lebih baik begitu. Suaminya di miliki tanah dari pada dimiliki w************n seperti Vania.
Tbc
Jangan lupa tap love kakak. Isani tokoh perempuan yg gak menye2. Energik dan licik dalam menghadapi suaminya.... Pokoknya Isani terbaik hehehwhe