Nara tersenyum pahit dan sedih, belum sempat dia menyahut dan menjawab, panggilan sudah di putus sepihak oleh Neymar. Nara terkekeh miris. Sungguh, dia masih rindu suara pria itu, hembusan nafasnya yang berat dan kasar, dan Nara amat berharap, laki-laki itu sedikit saja memperhatikannya. Tapi, apa? Nol. Nihil. "Apa yang kamu harapkan, kamu hanya b***k nafsunya."ucapnya pahit. Meremas kuat ponsel yang layarnya sudah gelap. "Kamu tak lebih dari seorang p*****r seperti para p*****r di luar sana. Kamu beruntung, karena hanya satu orang laki-laki yang kamu layani. Mendapat jaminan hidup beserta keluargamu di kampung. Kamu jadi p*****r eksclusive laki-laki yang kamu cintai. Kamu beruntung Nara."sakit hati Nara, di saat dia mengucap kata yang menyakitkan untuk dirinya sendiri yang fakta. Ya