BALI
"apa sudah bisa kita mulai membicarakan kehidupan kita?" ucap papi kepada mami, "ya tentu saja, silahkan apa yang ingin kau sampaikan?" jawab Mami.
suara deburan ombak mengiringi pembicaraan mereka, ya masalah rumah tangga yang sudah berumur hampir 20 tahun. Papi pun akhirnya memilih untuk membicarakan nasib pernikahan yang tak dilandasi cinta.
"apa sudah saat nya kita mengakhiri sandiwara ini? aku juga butuh kehidupan normal, memiliki istri, anak kehidupan yang benar benar selayak nya pria dewasa seperti ku yang sudah menikah" ucapan papi membuat mami kaget, suapan cemilan di mulut nya pun membuat dia tersedak ketika papi membicarakan pernikahannya yang hanya sebatas kertas.
"setelah beberapa tahun kita menikah kenapa kau mengeluhkan seperti itu? kenapa ketika Rey sudah besar kamu baru mempermasalahkan hal ini? iya aku tahu kamu memang tak pernah bisa mencintaiku seperti kamu mencintai wanita seperti dia" nada bicara mami mun semakin tinggi, papi pun mulai berdiri dari kursi tempat mereka makan, papi memilih menghindar dari hadapan mami untuk meredakan emosi nya.
"karena aku masih punya rasa kasihan kepada Rey. Iya memang aku tak pernah mencintai mu, tapi wanita yang kau bilang apa tadi 'seperti dia?' dia jauh lebih baik daripada mu" ucap papi sambil memalingkan wajahnya ke arah pantai.
"kamu pilih, aku yang menggugat mu atau kamu yang menggugat ku jika kamu tidak bisa memilih, terpaksa aku membicarakan semuanya kepada Rey dan setelah itu aku akan pergi dan status kita yang tidak jelas" ucap papi "baiklah, aku langsung pulang, semua barang ku sudah berada di mobil, oh ya satu lagi apakah kamu pernah tau apa makanan yang aku suka selama ini? jangan kan untuk makanan, menyiapkan baju kerja untuk ku pun tidak pernah kamu lakukan" papi pun mengambil tas nya dan barang yang ada di meja " pilihan kamu 2 aku tunggu jawaban di jakarta"? papi pun meninggalkan istrinya sendirian, dia langsung pergi menuju bandara.
mami yang sendirian di cafe duduk dengan santai nya sambil meminum tegukan terakhir cangkir teh yang ada di hadapannya. dia pun menggambil ponsel nya dan menelepon seseorang
"segera buat hasil nya" ucap mami melalu sambungan telepon. mami pun bergegas kembali ke villa untuk bersiap kembali ke Jakarta.
***
Dua jam pun berlalu papi telah sampai di bandara soekarno hatta, dia pun memerintah kan supir untuk membawa semua koper nya kembali kerumah dengan menggunakan taksi, sedangkan mobil di bawa papi menuju bogor.
"sudah waktu nya aku mencari dia" gumam papi yang langsung menancapkan gas mobil dengan terburu buru.
setelah sampai di tempat yang di tuju, papi mengingat ingat desa yang dia tinggalkan hampir puluhan taun lamanya, desa yang penuh dengan sejuta cerita, desa yang meninggalkan kesedihan ternyata sudah banyak sekali perubahan, dari jalam yang masih sempit serta pesawahan yang masih luas. sekarang sudah di bangun perumahan perumahan warga lokal. papi pun mengingat patokan rumah yang akan dia tuju, akan tetapi pencarian nya sia sia, rumah puluhan tahun tersebut kini sudah berubah menjadi objek wisata lokal. pupus sudah harapan papi untuk mencari keberadaan seseorang itu.
akhirnya papi singgah ke kedai minuman yang berada di sana sambil bertanya tanya warga asli yang masih menempati tempat tersebut.
"mau pesen apa a?" tanya pria yang hampir sepuh kepada papi, "kopi hitam saja pak" jawab papi dengan ramah. dengan cepat pria sepuh itu pun mengantarkan kopi dengan tangan gemetar, "sini pak, saya bantu" ucap papi sambil mengambil kopi yang di bawa oleh bapak tersebut, "hatur nuhun a" bapak pum berterima kasih, "pak sini, temani saya ngopi sambil ngobrol" ajak papi kepada bapak. bapak pun langsung menghampiri papi dan duduk di sebelah nya. "aa baru saya lihat, tapi seperti tidak asing apa warga baru di perumahan belakang" tanya bapak sambil terbata bata, " dulu waktu remaja saya tinggal disini pak, setelah lulus sekolah saya merantau ke jakarta karena sudah tidak ada keluarga, saya hidup sebatang kara" ucap papi sambil berbinar matanya.
"ada keperluan apa aa teh kemari, siapa tau bapak bisa bantu" tanya bapak, papi pun memulai cerita tentang masa lalu nya sedikit dan memberitahukan niat nya ke desa itu untuk mencari alamat seseorang, dan bapak itu pun merupakan kerabat jauh dari seseorang tersebut,
"bapak tidak tau a kalau keberadaan dia, tapi bapak bisa antar aa kerumah bibi nya" ucap bapak, bapak pun meminta izin kepada istrinya untuk mengantar papi kerumah bibi dari seseorang yang di tuju. papi dan bapak pun berjalan kaki menuju rumah bibi rani namanya. "rumah nya tidak jauh dari sini a, kita berjalan kaki saja ya" pinta bapak kepada papi, setelah berjalan tak selang berapa lama tibalah mereka di rumah yang sepi dan terlihat tidak terurus, bapak pun segera memangil pemilik rumah tersebut
"assalamualaikum Rani" ucap bapak, "waalaikumsalam, kedap" ucap bi rani dari dalam rumah tersebut, pintu pun terbuka, dan bi rani pun kaget melihat bapak dan papi yang datang kerumah, "eh abah ujang, ada perlu apa" ucap bi rani sambil salim kepada bapak ujang. bi rani pun langsung mempersilahkan bapak dan papi untuk duduk. tanpa basa basi papi langsung memberitahukan keperluan dia berkunjung kerumah bi rani. "kalau boleh tau dimana keberadaan anggita sekarang ya bi?, saya sudah lama menyuruh orang untuk mencari nya tapi tidak ada hasil" ucap papi dengan raut wajah yang sangat berharap bertemu dengan anggita. "neng anggi setelah menikah, dia langsung pergi meninggalkan desa ini, samapi sekarang bibi juga tidak pernah bertemu kembali dengan neng anggi" ucap bi rani dengan wajah yang terlihat sedih. "apa sama sekali tidak meninggalkan alamat bi? tanya papi yang penuh harap, bibi pun teringat kartu pos yang pernah dia kirim kan kepadanya beberapa tahun silam, bi rani pun bergegas menggambil nya. bibi lamgsunh menyerahkan kotak kayu coklat yang berdebu tebal, "punten a, banyak debunya, dulu neng teh suka ngirim kartu ucapan selamat lebaran, tapi sudah lama ga kirim lagi, bibi selalu menyimpannya di sini, biar neng kalau datang tau kalau bibi selalu menyimpan kartu ucapan ini, dan ini foto pertama dan terakhir neng anggi kirimin, foto pas ulang tahun anak nya pas umur 1 taun, cuma ini kenangan yang bibi punya a" ucap bibi yang mulai menitihkan air mata. papi pun meminta izin mengambil 1 foto dan 1 kartu ucapan yang bertuliskan alamatnya.
setelah selesai berbincang papi segera pamit, dan mengantarkan bapak kembali ke kedai, papi pun langsung pamit dan berterima kasih kepada bapak karena sudah membantu pencarian anggita.
"anggita, dimana kamu?, apa kamu benar benar melupakan ku?"