KELLY ANDERSON
"Ya, Tuhan. Ada apa sebenarnya dengan Tuan Smith? Kenapa dia memperlakukan aku dengan sangat tidak sopan seperti tadi? Kemana sikap berkharisma yang selama ini melekat padanya?" batinku meracau sejak tadi, bahkan sampai sekarang aku masih tak dapat menetralisir degupan jantungku.
Saat ini aku sudah berada di balik pintu kamar tuan Smith, yang tentu saja sudah terkunci rapat. Aku tak mau kejadian seperti tadi terulang kembali, karena untuk saat ini aku memang belum siap untuk melepaskan tubuhku untuknya.
Yang selama ini coba kubangun adalah cara beradaptasi dengan tubuh kekasihku sendiri, jadi aku tak bisa berpura-pura untuk diam dan menerimanya. Sayangnya saat aku berharap semua itu akan selesai dengan kejujuranku tentang Jose yang memang adalah putra kandungku juga, tuan Smith tetap tak bisa ditolak.
"Matikan lampu utama itu dan cepat pergi tidur, Kelly! Aku akan masuk dengan kunci cadangan jika kau tetap berdiri di balik pintu kamar ini!"
"Oh, Tuhan! Dari mana dia melihatku di sini? Orang itu benar-benar sudah tidak waras!" Bahkan untuk mencoba melawannya, pun aku sama sekali tidak bisa melakukan hal tersebut.
Dengan getir kulangkahkan kakiku menuju ke tempat tidur berukuran king size milik tuan Smith, lalu aku tak tahu lagi seperti apa kelanjutan hari ini, setelah kuputuskan untuk benar-benar menutup mataku.
***
"Selamat pagi, Jose! Kau sudah bangun?" sapaku saat melihat Jose sudah berada di atas kursi makannya di ruang makan.
Tanganku tentu saja segera kuulur untuk membawa Jose ke dalam gendonganku, "Biarkan Bibi Shena yang mengurusnya mulai saat ini, Kelly. Kau duduklah di sini dan temani aku sarapan sebelum pergi ke kantor!" Namun suara bariton tuan Smith lebih dulu mencegahku.
Kesal setengah mati dengan apa yang tuan Smith katakan, "Maaf, aku permisi sebentar." Kuputuskan untuk kembali ke kamarku.
"s**t! Kellyyy...! Kelly, tunggu!" Dan suara tuan Smith pun terdengar lagi setelahnya.
Aku tahu dia akan mengejarku dan mungkin menjelaskan apa maksud perkataannya tadi, "Kelly, kau mau kemana! Kamarmu sudah pindah di lantai at—"
"Jangan ikuti aku, Tuan!"
"Tuan? Ada apa denganmu, Kelly? Sudah kukatakan jangan menyebutku seperti itu lagi, bukan! Apa kau sudah lupa?!"
"Biarkan aku menyentuh Jose, Tuan! Dia putraku juga. Hiks..." Tapi pagi ini aku benar-benar sudah tak bisa lagi menahan air mataku, sebab bukan hanya seluruh pakaianku yang sudah berpindah ke dalam kamarnya sesuka hati setelah aku bangun pagi ini, melainkan Jose juga turut ia jauhkan dariku.
"Jangan seperti ini, Kelly. Kau tahu aku tak bermaksud seperti itu padamu. Aku hanya ingin membangun kedekatan denganmu seperti yang kau lakukan pada Nuel," jelas tuan Smith yang kulihat ingin menyentuh pundakku.
Mundur satu langkah ke belakang, "Tapi aku tak suka kau melakukan semuanya sesukamu, Jo! Aku sudah mengatakan kau boleh menikahiku, bukan? Lalu apa lagi? Jangan perlakukan aku seperti ini. Aku bukan budakmu, hiks..." Kukatakan padanya apa yang ada di dalam isi kepalaku.
"Maafkan aku. Tolong maafkan aku." Lalu reaksi yang kudapatkan, nyaris membuat napasku tidak dapat lagi berhembus dari kedua lubang hidungku.
Dia memelukku begitu erat dan aku tentu saja membatu tanpa tahu harus berbuat apa. Berulang kali mulutku terbuka untuk mengatakan sesuatu, tapi berulang kali juga bibirku terkatup rapat. Aku bahkan merasa pita suaraku tak berfungsi sama sekali, "Balas pelukanku, Kelly." Lalu yang bisa kulakukan adalah lagi-lagi menuruti kemauan tuan Smith.
Tanganku bergerak naik untuk ikut memeluknya seperti dia yang melakukan hal itu padaku, "Aku menyukaimu, Kelly. Maukah kau menikah denganku?" Namun yang kudapatkan selanjutnya adalah satu pengakuan kemudian juga sebuah lamaran. Ya itu adalah lamaran yang sama seperti Nuel lakukan padaku tempo hari dan tentu saja hal itu terasa sangat lucu untukku.
"Oh, Tuhan! Apakah ini sebuah lamaran? Apa katanya tadi? Mencintaiku? Apa dia tidak salah? Mendiang Nyonya Barbara bahkan baru saja pergi meninggalkan kami tiga bulan lalu. Bagaimana bisa dia berkata demikian padaku?" Beberapa detik aku habiskan untuk tetap diam dan mencoba melepaskan pelukan yang dia berikan untukku.
Alih-alih dapat melepaskan diri dengan begitu mudahnya, "Aku menyukaimu sejak kau bersedia menolong kami untuk menghadirkan keturunanku, Kelly. Aku tak tahu kenapa aku bisa merasakannya. Saat aku mencoba bertemu dengan Dokter Suzzane dan menanyakan tentang kebenaran yang kau katakan tadi malam, entah mengapa perasaan suka ini semakin banyak untukmu." Aku malah semakin mendengar kejujuran tuan Smith di sana, dan sungguh aku tak dapat menyembunyikan air mataku lagi.
Yang kubayangkan saat itu adalah sembilan bulan mengandung Jose dalam perutku demi pengobatan ibuku, dan aku semakin terisak ketika pada kenyataannya ibuku memang sudah tak bisa lagi bertahan.
Kurasakan tubuh tuan Smith saat itu seperti membeku. Tebakanku, mungkin ia merasa ada yang salah denganku, "What's wrong, Baby? Kau marah padaku?" Sampai akhirnya ia bertanya seperti itu, dan kemudian menangkup kedua pipiku menggunakan kedua telapak tangannya pula.
Percampuran antara gelenyar aneh dan rasa nyaman, entah kenapa membuat pita suaraku tiba-tiba saja dapat berfungsi dengan baik, "Ti..tidak. Aku... Aku tidak marah padamu. Aku hanya... Aku hanya sedih mengingat tentang ibuku dan juga Jose." Sehingga mampu membuatku melontarkan sejumlah kejujuran.
Seulas senyuman segera terbit dari bibir tuan Smith untukku, "Baiklah. Kita akan pergi mengunjungi makam ibumu nanti sore saat aku pulang kerja. Aku juga ingin meminta restu padanya, dan tentang Jose, selamanya kau adalah ibunya. Aku minta maaf telah membuatmu bersedih seperti ini, tapi yang perlu kau tahu aku sama sekali tidak berniat membatasi hubunganmu dengannya. Tadi itu aku... Emm... Aku mungkin hanya ingin... Hanya ingin mendapatkan perhatian sedikit darimu saja." Tapi tanpa disangka ia juga melakukan hal yang sama sepertiku, berkata jujur tentang isi hatinya.
Sesudahnya, aku sama sekali tak dapat menjawab sepatah kata pun. Sebab jantungku terasa bekerja dua kali lebih cepat dari biasanya, saat hembusan nafas beraroma mint milik tuan Smith semakin mendekat ke arah wajahku.
Aroma woody bercampur citrus yang kucium saat ia melonggarkan dasinya beberapa detik lalu, bahkan membuatku dengan lancang membuka mulut lalu membalas ciumannya, "Oh, astaga! Apa yang sudah kau lakukan padaku, Kelly!" Lalu ciuman lembut itu terasa semakin panas dan menuntut.
Sungguh! Aku sama sekali tak tahu apa yang sedang terjadi denganku. Logika ku menolak mentah-mentah dan merutuki dengan berbagai kata-kata pedas. Akan tetapi tubuhku seolah berubah bagaikan sebuah mesin pabrik yang terus bekerja sampai jadwal istirahatnya tiba.
"Katakan jika kau ingin aku berhenti, Kelly! Katakan karena aku tidak akan bisa berhenti jika kau tidak menginginkannya," lirih tuan Smith, sembari terus menuntunku untuk mundur memasuki sebuah kamar tamu dan bagiku inilah kesempatan yang baik untukku.
"Ah, Jooo...!" Sayangnya yang kulakukan ternyata adalah sebuah kesalahan.
"s**t! Jangan mengerang namaku seperti itu lagi jika kau ingin selamat, Kelly! Kau takkan kuberi ampun!"
"Arghhh...!" Sebab kini gigi-gigi tuan Smith sudah berhasil mengigit leherku layaknya seorang Vampire.
Kedua tangan tuan Smith, pun dengan cepat membuka satu demi satu kemeja satin yang tadi pagi diantarkan oleh bibi Shena untukku, "Sudah kuduga. Kau benar-benar menakjubkan, Kelly! Aku tak tidak akan bisa berhenti lagi seperti kemarin!"
"Jangan, Jooo...! Ohhh..." Dan berakhirlah hari baikku, sampai di tahun yang ke tiga puluh saja.
Sial memang. Harusnya sebelum aku pergi ke ruang makan mengikuti arahan bibi Shena, terlebih dahulu kedua payudaraku harus aku tutupi dengan sebuah bra, atau biarkan saja bra milikku yang terkena percikan air di kamar mandi kembali kugunakan tadi.
Bodohnya aku sama sekali tidak mengira jika tuan Smith akan memperlakukan aku dengan sangat panas, dan terjadilah padaku kini.
Tubuhnya semakin menghimpitku di balik pintu kamar tamu. Sedangkan aku yang tidak tahu malu, dengan hebatnya sibuk menyugar helaian rambut ikal di kepala tuan Smith, karena hanya itu yang bisa aku lakukan saat bibirnya asyik memainkan puncak payudaraku.
Gelenyar nikmat yang sedari tadi ia berikan, "Maafkan aku, Kelly. Aku janji akan meresmikan hubungan kita secepatnya." Bahkan membuatku tak sadar jika tubuhku kini sudah polos tanpa sehelai benang pun.
Sedikit memaksa agar kedua bola mataku dapat kembali terbuka di tengah sentuhan demi sentuhan yang tuan Smith berikan, aku pun melihat d**a bidangnya sudah tak lagi dibungkus dengan kemeja putih yang tadi ia kenakan.
Namun apa yang kulakukan, tertangkap kedua manik biru tuan Smith, "Jawab pertanyaanku, Kelly! Cepat katakan kau juga menginginkan hal ini!" Dan membuatnya kembali berseru, namun terdengar begitu memabukkan di kedua indera pendengaranku.
Ia yang juga dengan sigap mengangkat satu kakiku dan dengan kasar membelai milikku di bawah sana, "Ahhh... La..lakukanlah, Jo. Lakukan apa yang bisa membuatku tak lagi menggila seperti in— Hemphhh..." Nyatanya mampu membuatku semakin bergejolak, hingga tak dapat lagi untuk dihindari. Maka jangan bertanya lagi apa yang terjadi berikutnya, ketika balasan dariku tak bisa kuselesaikan sampai akhir, karena bibir kami yang sudah kembali menyatu.
Sungguh tak pernah kuduga jika takdir menjadikan Joshua Smith sebagai pria pertama dalam hidupku, namun tak pernah ku tampik jika sekilas keinginan yang sama juga pernah ada di dalam isi kepalaku saat aku mengandung Jose dulu.