15. Emosi yang berbeda

1485 Kata
"Katakan, apa yang ingin kamu katakan?" tanya Resya benar-benar penasaran dengan apa yang akan Gio katakan. Apakah hal itu akan membuatnya terkejut? Remaja itu tengah memasang sabuk pengaman, lalu bersiap mengemudikan mobil. "Banyak." ungkapnya, membuat Resya terkejut sesaat "Oke, aku akan mendengarkannya dengan seksama." Resya mencoba tenang dengan mendengarkan segala cerita lelaki itu, ia ingin tahu benar-benar ingin tahu. "Harus! Kamu harus mendengarkannya." "Oke, katakanlah." cecar Resya, Gio menarik napasnya lalu mulai membuka suara. "Apa yang Micel alami sebenarnya pernah aku alami dulu." kalimat itu mengejutkan Resya, matanya melotot dengan sempurna. Rasanya ini menyakitkan, tapi sudah berlalu kan? "Serius?" cicitnya tak menyangka, jadi selama ini Elma memang yang memiliki tabiat seperti itu? Perempuan itu memang suka selingkuh? Ya Tuhan, jadi apa gunanya berparas cantik jika hanya menyakiti perasaan orang lain? agaknya itu memang tak pantas. "Apa Micel adalah cowok yang merusak hubungan kalian?" tanya Resya berhati-hati, entahlah mengapa ia jadi berpikir sejauh itu. namun Gio menggeleng membuatnya dapat bernapas lega. "Ada cowok lain, lebih tepatnya laki-laki itu dua tahun lebih tua dari ku." "Oh tuhan! kenapa kamu tidak mengatakannya?" Resya menggelengkan kepalanya tak percaya. Elma yang cantik dan menjadi primadona sekolah ternyata memiliki tabiat seperti itu? Bahkan Resya tak pernah menduganya. Ia pikir, Elma adalah cewek setia dengan satu cowok, padahal jika dipikir Micel adalah lelaki yang sangat manis dan perhatian. Kenapa tega sekali Elma memilih Iqbal yang jelas akan menyakitinya? Ini benar-benar tak bisa dipercaya, jadi selama ini rasanya percuma saja mereka melindungi perempuan itu dari predator jika tahu bahwa Elma sendiri yang mendekati sarangnya. "Aku hanya tidak ingin Micel membenciku, pasti ia gak akan percaya dengan apa yang aku katakan. Apa kamu gak lihat, cinta Micel dengan Elma seperti apa?" Resya mengangguk, benar juga yang dikatakan Gio. bahkan kelihatannya mereka sangat manis dan saling percaya satu sama lain. ya, sayang sekali itu hanya yang terlihat.. "Jadi dulu kamu juga sangat mencintai Elma?" entahlah mengapa Resya jadi bertanya seperti itu. "Tidak juga, tapi Elma adalah wanita yang pandai menyembunyikan sesuatu. Sebenarnya aku sempat tak yakin padanya, tapi ya aku pikir semua orang dapat berubah ternyata tidak." Gio menyesali perbuatannya, pernah mencintai Elma sedalam-dalamnya tetapi cewek itu justru menyakitinya tanpa ampun. Seharusnya memang untuk orang-orang yang gemar selingkuh, tak akan pernah ada kata maaf. Dan tak tahu mengapa, mendengar penjelasan Gio membuat hatinya lega, setidaknya Gio sudah melupakan Elma. "Yang membuatku kecewa adalah, kenapa kita mati-matian untuk melindunginya dari Iqbal jika tahu bahwa ia sendiri yang mendatangi luka itu." terang Resya. Ia juga ikut kecewa dengan apa yang dilihatnya, kepercayaannya terhadap orang lain semakin berkurang. Tak akan lagi Resya ulangi. "Sudahlah, bukankah itu bagus? Jika Elma pergi berarti sama saja dengan Tuhan memberikan kita kesempatan untuk tenang. Kita kehilangan satu pengkhianat." "Tapi curang Gio! Harusnya cewek tukang selingkuh seperti Elma itu Tuhan beri hukuman karena telah menyakiti perasaan seseorang. Bukan hal mudah loh, menyembuhkan luka di hati." "Hmmm, memangnya kamu pernah merasakan sakit hati?" cibir Gio, Resya seketika meringis lalu menggeleng. Bahkan ia hanya mendengar dari cerita teman-temannya. "Gak sih, tapi kata orang-orang seperti itu." ringisnya. "Kamu ini, tapi aku salut sih dengan kamu. Tidak tertarik pacar-pacaran saat teman sekelasmu sibuk mencari perhatian laki-laki." Entahlah, Resya harus bangga atau sedih. tetapi pada akhirnya gadis itu tersenyum membanggakan. "Iyalah, tapi aku punya alasan tersendiri." "Apa?" "Ini semua demi Tante Melody. Aku tidak mungkin mengecewakannya dengan apa yang kulakukan. Aku sudah bersyukur Tante Melody ingin merawatku dan menyekolahkan ku seperti sekarang ini." ungkapnya, Gio mengangguk paham tak menyangka jika Resya memiliki pemikiran dewasa. Apalagi yang ia lakukan sekarang ini, belum dapat membalas hal yang Tante Melody berikan padanya. "Aku ingin menjadi orang yang Tante Melody banggakan! Menggantikan semua yang ia lakukan untukku." "Oke aku percaya itu, tapi kamu harus ingat bahwa kadang rencana tak sesuai dengan kenyataan. Kita jalani saja apa yang ada ya? Kamu boleh bersemangat tapi jangan terlalu." "Kenapa? Memangnya ada yang salah?" "Ada dong, bagaimana kalau kamu gak bisa lanjutkan cita-cita kamu?" "Kenapa begitu?" "Ya, karena aku akan menikahimu." sontak saja Resya memukul lengan Gio karena merasa tersipu. Meski itu hanyalah angan-angan tapi Resya sudah dibuat mabuk kepayang. "Oh ya aku.." Drrrrtt.. drrrrtt. Ponsel Resya tiba-tiba bergetar, ia merogoh ponselnya disaku Hoodie yang dikenakan. Lalu melihat nama sipemanggil yang ternyata adalah Tante Melody. Resya menggigit jari telunjuknya, lalu menatap kearah Gio dengan tatapan takut. "Angkat saja, nanti kalau tantemu tidak percaya aku yang akan mengatakannya." "Oke." "Ya hallo Tante?" "Kamu dimana sih? Ini sudah malam, kamu pamitnya pergi dengan Wendy tapi sampai sekarang.." "Tante jangan marah, aku bersama Gio." terangnya sedikit takut, sejenak Melody terdiam "Kamu bohong dengan Tante? Ini sudah jam sembilan malam dan kamu masih bersama anak laki-laki? Ya ampun Resya mau jadi apa kamu?" bentak Melody disebrang sana, Resya hanya meringis ketakutan. "Iya-iya aku pulang." "Sekarang atau Tante tidak akan membukakan pintu untukmu." "Iya Tante." putusnya, Melody lalu menyudahi panggilan itu dan gadis tersebut mengehela napas panjang. "Marah?" tanya Gio, Resya mengangguk. "Kita pulang aja ya? Tapi kamu jangan anterin aku sampai depan rumah?" "Why?" "Aku takut kamu kena imbasnya." terang Resya, ia merasa tak enak jika Gio juga akan dimarahi oleh tantenya. Namun anak remaja itu justru tertawa kecil. "Kenapa sih kamu takut banget? Tenang aja, semuanya akan baik-baik saja aku akan hadapi Tante kamu." "Gio, kamu gak tahu seperti apa Tante Melody kalau lagi marah." "Seperti macan?" tebaknya, Resya memukul lengan Gio. "Gio aku serius." "Aku juga, udah ya kamu tenang aja. Nanti biar aku yang menjelaskan." Apa boleh buat, Resya mengangguk dan pasrah. Ia akan menerima semua ocehan dari tantenya itu. Salahnya juga sih, belum sempat sampai dirumah saat pulang bersama Wendy sudah ingin ikut bersama Gio mengurusi permasalahan Micel. Jadilah seperti ini. Jika Gio berjalan santai saja menuju pintu rumah Resya, berbeda dengan gadis itu. Jantungnya bertalu-talu, ia bingung harus bersikap seperti apa. Memang sih, kesalahan demi kesalahan sering ia lakukan tapi bagaimana pun juga melihat Tante Melody marah bukanlah keinginannya. Gio mengetuk pintu kayu itu, lalu tak lama pintu tersebut terdorong menampilkan wajah Melody yang tanpa senyum sedikitpun. Resya merem sejenak, lalu membuka matanya. "Bagus ya kalian!" tiga kata.. "Pergi gak pamit, pulang malam-malam." enam kata. "Kalian ini masih muda, harusnya dirumah belajar dengan giat tunjukan prestasi kalian dan bikin bangga orang yang kalian sayang? Bukannya malah keluyuran gak jelas, pamitnya pergi sebentar pulang-pulang malah berduaan." sudahlah, Resya tak bisa menghitung berapa kata yang sudah Tante Melody keluarkan. Wajahnya merah padam, ia dan Gio hanya bisa terdiam. "Tante tenang dulu." "Anak kecil seperti kamu, belum tahu rasanya khawatir menjadj orang tua." sarkas Melody. Gio meringis tapi ia tak ingin terdengar lemah. "Oke, Aku minta maaf Tante karena membawa Resya tanpa izin kepada Tante. Tapi semua itu ada alasanya." "Apa alasanya? Tadi, Resya pergi dengan Wendy tetapi mengapa pulang bersama kamu?" "Benar Tante, tapi ditengah jalan ada sesuatu hal terjadi dengan teman kita, dan Resya ingin ikut melihatnya. Tapi ini salah aku juga, yang tidak langsung mengantarkan Resya pulang." tutur Gio apa adanya, Melody terdiam ia nampak melihat kejujuran Lelaki itu. Ia berdehem, lalu menarik Resya untuk masuk kedalam. "Kamu lebih baik pulang, hati-hati dijalan." terang Melody, Gio mengangguk dan tersenyum. "Tolong jangan marahi Resya Tante, ini kesalahan aku. Kalau begitu aku pamit dulu ya, Tante, Resya." "Hmmm." gumam Melody, Resya hanya merasa bersalah dengan Gio. Pintu itu tertutup, Melody mengamati Resya penuh intimidasi. "Besok apalagi?" "...." "Tante gak pernah mengajarkan kamu seperti ini, Tante memang pernah memberikan Gio kepercayaan tapi bukan berarti setiap malam Resya! Kamu sadar dong kamu ini perempuan. PEREMPUAN!" bentak Melody, ia benar-benar marah kali ini. Resya bahkan sampai terkesiap. "Kalau terjadi apa-apa dengan kamu bagaimana? Siapa yang akan malu? Kita Resya! Kita ini hanya dua perempuan yang berusaha untuk bertahan hidup, kita sebatang kara tidak punya keluarga tidak ada yang akan membela kita nantinya." Resya tertunduk takut, ia merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya. "Kamu masuk sekarang! Jangan bawa ponselmu! Letakkan disitu." tunjuk Melody pada meja kaca, Resya tak membantah dan segera melakukan apa yang Melody perintahkan. Resya pergi, membuat Melody menumpahkan segala kesedihannya. Kemudian wanita itu berjalan menuju kamar untuk menenangkan diri, lalu membuka laci meja untuk mengambil foto seorang wanita. "Kak, aku mendidik putrimu dengan sebaik yang ku bisa." lirihnya dalam tangisan, memandang foto mendiang Sarah. "Tapi, Resya selalu saja membuatku teringat dengan kakak. Aku bahkan tak tahu harus seperti apa? Jujur kak, aku tidak pernah ingin putri kakak membalas apa yang aku lakukan padanya, tapi aku hanya ingin Resya menjadi orang yang berguna, tidak seperti kakak." lirihnya, ia benar-benar tak ingin menjadikan Resya wanita yang gagal. Melody bahkan rela membuang masa mudanya hanya untuk mengurus gadis itu menjadi manusia yang berharga dan tak direndahkan seperti ibunya. Tapi, sepertinya buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya. Melody hanya takut, jika Resya terjerumus dalam pergaulan bebas. Apalagi mengingat mereka masih labil dan memiliki nafsu yang menggebu-gebu, ia tak ingin melukai hidup Resya dan menjadi orang tua yang gagal. Hening malam menyapu tangisan mereka, dalam konflik yang sama dengan emosi yang berbeda
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN