3. Anak iblis

655 Kata
Gio yang duduk disamping Resya pun ikut mendesah. Melody menjauh dari mereka untuk mengangkat panggilan yang masuk. "Ayo kita taruhan." Gio membuka suaranya, Resya menoleh menatap lelaki itu penuh tanda tanya "Taruhan?" Resya menaikkan kedua alis, cicitanya itu sedikit terdengar ragu. "Iya, kalau menurutku sih tantemu membolehkan kita pergi asal jangan sampai larut malam." entahlah, sepertinya Gio sedang menenangkan pikirannya sendiri atau pikiran Resya? ia sendiri tak tahu bagaimana keputusan Tante Melody meski ia paham bagaimana sikap Tantenya. Resya mengedikkan bahunya tak tahu, "Entahlah, aku kurang yakin." Sahutnya lirih, Gio mengangkat alis. "kamu saja mulai tidak yakin begitu, semangat dong dan harus percaya. aku bisa kok menunjukan kalau aku ini anak baik-baik." Terangnya begitu senang "Kenapa kamu terlihat begitu senang Gi?" cicitnya "Hidup itu singkat, sayang aja kalau hanya untuk bersedih." paparnya, Resya terdiam. "Jadi itu alasannya kenapa kamu selalu gembira ria?" tebak Resya. "Tentu, memangnya aku Rio yang selalu serius." Resya tertawa, mendengar kalimat itu dia jadi ingat dengan kembaran Gio yang begitu pendiam dan sabar, sangat berbeda dengan Rio yang ramah dan pandai bergaul. Ya, begitulah kembar tak selalu sama bukan? Melody kembali dari arah ruang tengah. Seketika Gio merubah posisinya menjadi lebih sopan. "Bagaimana Tante?" tanya pemuda itu tak gentar sedikitpun "Boleh, asalkan kamu menjaga Resya. Jangan pulang tengah malam dan jangan sampai lecet sedikitpun." "Siap Tante, ayo Resya." Degub jantung Resya yang awalnya begitu cepat kini berubah stabil dan merasa lega. Untung saja, Melody mengizinkannya pergi jika Resya tahu dari dulu akan ada sebuah izin maka dia tak akan pernah bersusah-susah untuk memanjat jendela setiap ingin berkumpul. "Kami pamit Tante." "Ya, hati-hati." kedua anak remaja itu mencium punggung tangan Melody. Wanita tersebut memandang mereka dari pintu luar. Alasan mengapa Melody begitu yakin dengan Gio adalah. Anak lelaki itu begitu pemberani dan sopan, meski ya, sedikit tengil. Dia juga tak ingin memberikan batasan yang berlebih pada Resya. Melody hanya ingin hidup Resya tak sama dengan dirinya yang sudah menginjak kepala tiga tapi masih dalam kesendirian. Melody yakin bahwa mereka tak akan mungkin melewati batasan. Resya pasti dapat memegang kepercayaan dirinya dengan baik. Basecamp yang tak jauh dari pantai Sanur tapi juga tak begitu dekat. Tepatnya berada di pertengahan tempat wisata, semua fasilitas yang ada dalam basecamp diberikan oleh Gio secara percuma. Mulai dari tempat tidur, sofa, lemari pendingin, dan lain sebagainya. Basecamp mereka sendiri luasnya seperti rumah kontrakan pada umumnya. Gio merasa tak dirugikan, karena ayahnya yang cukup mumpuni dan juga baik hati ingin memberikan apapun yang dia mau. "Jadi besok malam, kita gak jadi pergi kan?" "Jadi." "Aku pikir dibatalkan." "Tidak, tapi hanya kita berdua." "Maksudnya?" "Berhubung kamu suka yang gratisan, aku mau memuaskan mu dengan masakan-masakan ayahku." Seketika mata Resya berbinar senang. "Serius kamu?" "Apa aku pernah berbohong?" Resya meraih tangan Gio. "Uhh.. Terima kasih banyak gio." Seru gadis itu senang, Gio hanya tersenyum melihat kesenangan yang Resya rasakan. Entah mengapa hatinya menghangat melihat hal seperti itu. "Pacaran aja!" sindir salah satu teman mereka yang baru saja datang." "Micel!" tegur Resya, gadis itu selalu tak suka jika dituduh pacaran dengan Gio. Karena bagi Resya mereka adalah saudara. "Jadi apa rencana kita? Tidak mungkin kalau hanya menegur Iblis Squad." "Yang lain saja belum datang, bagaimana kita ingin membahasnya?" "Pokoknya aku gak mau, Elma terus-menerus jadi bahan Bullyan mereka." Gio mendesah, "kamu pikir aku juga mau?" "Sudah-sudah, mending kita cari rencana sembari.menunggu mereka." "Oke." Mereka bertiga berdiskusi, untuk memberi pelajaran bagi Iblis squad. Gerombolan anak lelaki yang cukup nakal dan b******n. Mereka suka melakukan kenakalan remaja. Anggotanya kebanyakan satu sekolah dengan Resya tapi ketua mereka adalah seorang mahasiswa. Sebenarnya Resya cukup prihatin, karena ternyata umur tak bisa menjamin kedewasaan seseorang. Dari itulah, Gio yang terkenal pintar dan jago bela diri serta memiliki banyak komunitas. Memiliki ide untuk membuat sebuah kelompok, hanya untuk melawan penindasan yang dilakukan oleh mereka. Apalagi mantan pacarnya- Elma, saat ini sedang menjadi bahan bully oleh geng tersebut. Gio hanya takut pacar Micel itu menjadi pemuas hasrat anak-anak iblis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN