Bagian Keduapuluh

1090 Kata
Seannu mengerang lagi saat benda panas itu menyentuh bagian dari kulit punggungnya yang telanjang. Siksaan yang di berikan orang itu yang terus menerus bertanya kepada Seannu seakan membuatnya puas. Lihat saja peringainya yang jahat bagaikan pemberontak yang sudah siap untuk membunuh Seannu saat itu juga. Hanya saja Seannu tampak seperti mainan baru untuknya. Butuh waktu lama untuk Seannu mati . "Katakan bagaimana kau mengelabui CCTV di dinding itu ." Seannu mendengus, "aku sudah mengatakannya beberapa kali. Aku menemukan titik buta CCTV itu ." Laki - laki yang duduk di atas kursi itu menyilang kan tangannya. Seannu sudah memberitahukan hal yang sama beberapa kali. Tapi apakah laki - laki itu tidak mengerti? Bodoh . "Baiklah, aku akan mengganti pertanyaanku." Dia berdeham, "bagaimana kau keluar dari Clinton dan sampai di sini? Kenapa? Bukankah di sana perang sedang berlangsung?" Seannu mengambil nafas pelan untuk menenangkan dirinya dari pikiran tentang Chloe yang mungkin saja mendapat siksaan sepertinya. Dia benar - benar tidak bisa berpikir jernih saat dia sadar tadi tidak mengetahui dimana keberadaan seorang Chloe. "Ya. Di sana sedang terjadi perang besar. Kota Diston membabi buta kota kami. Dan membuat kami lari untuk mencari bantuan." Seannu terengah di akhir kalimatnya. Dia sudah sangat tersiksa. Dan masih harus tersiksa ketika pikirannya tertuju pada Chloe yang entah dimana dan bagaimana keadaannya. Seannu sungguh mengkhawatirkan keadaan Chloe. "Baik. Aku sepertinya tertarik dengan obrolan kita." Seannu ingin berteriak. Sebenarnya, ini bukanlah obrolan yang santai, seperti cara dia menyampaikan kalimatnya barusan. Seannu sesekali menahan sakit di punggungnya. Seannu bangun dengan semburan air dan setelahnya, Seannu di tanya ini dan itu. Banyak hal yang sudah ditanyakan olehorang itu. Jika pertanyaan yang sama dan jawaban Seannu tidak memuaskan orang di depannya itu, Seannu di berikan hukuman. Tongkat panjang dengan bara api itu menempel di punggungnya. Dan itu sangat amat menyakitkan. "Apa maksudmu dengan tertarik?" Seannu ingin memprotes yang di maksud dengan menarik dan obrolan. Selama dia bangun lalu sampai detik ini, apa yang menarik dari dirinya? "Aku tertarik dengan kotamu. Bagaimana di sana ? Aku dengar sumber daya dan ekonominya hampir menyerupai Mubarak?" Seannu berdesis , " apa yang sebenarnya kau inginkan ?" "Hemmmmm ," dia berdeham seperti sebelumnya. "Apa kau mencari bantuan?" Tepat sekali. Seannu benar   benar ingin meminta bantuan. Seannu rasa yang sedang berbicara dengannya saat ini adalah orang yang sangat bisa di andalkan jika harus berperang. Di lihat dari kekejamannya menyiksa pendatang, dan juga warganya yang sangat dapat memahami tentang senjata. "Tapi apa yang bisa kau berikan padaku jika aku bisa membantumu ?" Sialnya, dia sudah tidak punya apa yang harus di berikan pada siapapun yang akan membantunya. Seharusnya, Chloe atau Gibran yang bernegosiasi dengan orang di depannya. Seannu bukan tipe orang yang pandai merayu. Apalagi sekarang dirinya sudah tidak punya apa - apa untuk di tawarkan. Selain untuk tinggal dan menetep di kotanya nanti. Dan Seannu rasa, dia tidak akan menerima tawaran murahan seperti itu. Karena di sini dia jadi pemimpin dan mungkin saja di sana dia tidak akan hidup dengan tenang. "Bagaimana jika kau menawarkan nyawamu ?" "Apa maksudmu?" Seannu benar - benar tidak mengerti apa yang di maksud orang di depannya sedari tadi. Pembicaraannya berbelat - belit . "Kau pernah mendengar cerita tentang orang yang berkhianat dari kota Mubarak ?" Seketika Seannu teringat dengan cerita itu. Seannu bertatap muka dengan orang di depannya. Wajahnya sama persis dengan wajah yang berada di kertas selembaran yang sering di tempel di papan pengumuman untuk berhati - hati dengan orang itu. Laki - laki itu tertawa. "Sepertinya kau mengenalku, anak muda." "Aku kira orang sepertimu sudah hilang di telan bumi." Laki - laki itu berdecak sambil menggelengkan kepalanya. "Aku meninggalkan istri dan dua putri juga satu anak laki - laki." Seannu bahkan tidak ingin tahu tentang hal itu sama sekali. "Ah aku kira kau tidak tau kelanjutan ceritaku yang selanjutnya." "Aku tidak ingin tau tentangmu sama sekali. Dimana gadisku?" Seannu mengerang karena panas bisi itu menyentuh punggungnya. Tangan Seannu, yang terikat bersatu dengan badan tadi bergerak sekuat tenaga untuk menyerang laki - laki di depannya tadi. Dan itu hukuman untuk Seannu karena berusaha menyerang sang laki - laki. Laki - laki yang tidak terbilang muda itu tertawa. "Kau tidak usah khawatir, anakku sedang menanganinya." Seannu semakin khawatir pada Chloe. Anak dari laki - laki di depannya saat ini adalah seorang pengkhianat juga seperti ayahnya. "Tenang, anakku lebih berwibawa dan lembut dariku." Seannu mendesis. Seannu tentu saja tidak bisa percaya begitu saja. Chloe pasti ada dalam berbahaya. Apalagi bersama seorang pengkhianat. "Kita berbicara tentang kotamu terlebih dahulu." "Apalagi yang ingin kau tau?" Seannu benar - benar tidak mengerti apa kemauan laki - laki ini. "Bisakah kau membunuh seseorang demi menyelamatkan gadismu." Seannu mengerang. Lagi - lagi dia di hukum karena berdiri hampir mencapai laki - laki itu. "Atau kita buat kesepakatan?" ----- "Bagaimana dengan temanku?" Chloe mendapatkan minuman tadi. June ternyata orang yang cukup murah hati. Di lihat dari cara dia memperhatikan Chloe yang tadi tenggorokannya sempat sakit.   "Ayahku bijaksana. Dia mungkin sedang mengintrogasi temanmu." June menjawab tenang Chloe masih terikat di kursinya. "Bisakah aku menemui temanku?" June mengangguk ringan. "Tentu. Nanti." "Bisakah sekarang?" June tertawa. "Kau mengkhawatirkannya?" Chloe mengangguk, "tapi aku penasaran akan satu hal." June yang sedang meneguk minumannya terbatuk akibat pertanyaan mendadak dari Chloe. "Penasaran? Padaku?" Chloe lagi - lagi mengangguk. "Pernahkah kita bertemu?" June tersenyum kecil. "Aku berharap juga seperti itu." "Kenapa?" tanya Chloe yang bingung June mengendikkan bahunya, "entah, hanya aku merasa kesal baru bertemu denganmu hari ini." "Aku merasa tidak asing dengan wajahmu." Chloe benar - benar merasa jika dia pernah bertemu dengan June. Tapi entah dimana dan kapan. "Wajahmu terasa familiar." June ingin menjawab tapi lampu tengah tiba - tiba menyala. Pintu yang bahkan Chloe tidak sadari ada di sana terbuka lebar. Ayah dari seorang June sedang berjalan dengan gagahnya bersama dengan satu tawanan lain. Teman Chloe. "Seannu." Chloe ter - iris hatinya melihat luka di wajah Seannu. Seannu berlari ke arah Chloe. Tergesa - gesa membuka ikatan Chloe. Setelah tangan Chloe terlepas, Seannu berniat membuka tali yang mengikat kakinya tapi di tahan oleh Chloe. Tangan Chloe meraih wajah Seannu. "Apa lagi yang terluka, Sean?" Seannu tersenyum, "aku buka dulu ikatan mu Chloe." Chloe merasakan jika Seannu berbeda dengan Seannu yang di kenal olehnya. "Sean, kau baik?" Chloe beringsut memeluk Seannu, setelah Seannu menyelesaikan membuka tali di kaki Chloe. Seannu sedikit mendesis karena lukanya tertekan oleh Chloe sedikit. Seannu membalas pelukan Chloe erat. "Aku baik. Bagaimana denganmu?" Chloe merasa jawaban Seannu tidak sama dengan keadaan asli dari Seannu. Chloe melepaskan pelukannya, "jangan berbohong padaku." "Waaah, pertemuan yang mengharukan." June berkata sambil bertepuk tangan. "Bagaimana ini, Ayah?" Yang di panggil ayah itu menatap Chloe lama. "Hei, gadis manis. Siapa nama ibumu?" Chloe mengerutkan keningnya. Kenapa dia bertanya tentang ibunya? Chloe enggan menjawab. Tapi Seannu memberikan isyarat untuk menjawab. "Ibuku bernama Geritha Marion." Ayah June dan June sendiri terkaget mendengar apa yang dikatakan Chloe barusan. Chloe bingung dengan ekspresi keterkejutan dari June dan Ayahnya. Apa ada yang salah? Tapi apa? Dia hanya menyebutkan nama ibunya saja. Bukankah benar? Nama ibunya adalah Geritha Marion.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN