10

1021 Kata
Maaf banyak typo Supir taksi yang Bulan abaikan bahkan agak judesi sedari tadi, karena Bulan tak suka, supir taksi yang masih muda itu selalu mencuri pandang dengan lirikan terang-terangan, membuat Bulan jadi tidak nyaman. Tapi, malah orang yang tidak Bulan suka yang menolongnya saat ini, dengan lembut pemuda yang Bulan taksir umurnya baru sekitar 19 tahun nan itu membantu dirinya bangun sampai Bulan berdiri tegak. Tak sampai di situ saja, bahkan barang-barang Bulan yang tak seberapa dengan perhatiannya pemuda itu, pemuda yang natap Bulan dengan tatapan kasiannya membawa 1 ransel kecil yang berisi 3 pasang pakaian Bulan, dan 2 paper bag yang berisi kado untuk kakanya, dan oleh-oleh untuk mama dan papanya sampai ke teras rumahnya yang pintunya terbuka lebar saat ini, dan Bulan melongok ke dalam, di ruang tamu ada beberapa orang yang lalu lalang dan sibuk di sana. Yang Bulan tebak, pasti acara ijab qabul kakaknya akan di lakukan di ruang keluarga. "Mbak nggak apa-apa kan?" Bulan yang masih melongok ke dalam, sekali lagi di buat tersentak kaget oleh suara pemuda itu. Wajah Bulan yang judes tadi, kini sudah berubah lembut pada pemuda itu. Bulan juga melempar senyum terimah kasih pada pemuda itu. "Nggak apa-apa. Sebelumnya terimah kasih, dan bukannya usir. Kamu lebih baik segera pergi, kamu kan kerja ya kan?" "Sekali lagi, makasih ya..." Ucap Bulan lembut dan Bulan tanpa memberi kesempatan untuk pemuda itu membalas ucapan terimah kasihnya. Bulan dengan jantung yang perlahan tapi pasti sudah mulai berdebar dengan laju yang sudah tidak normal di dalam sana di saat Bulan sudah masuk ke dalam rumahnya. Ternyata yang lalu lalang dan duduk di ruang tamu rumah kedua orang tuanya adalah para sepupu Bulan dari pihak papanya. Bulan ingin menyapa dan menyalimi mereka. Batal, di saat Anjani, salah satu sepupu Bulan mengatakan dengan nada dingin kalau Kak Pelangi sudah tunggu ia sedari tadi. Lebih baik Bulan segera ke lantai atas. Bulan menurut. Lagi, selain papanya, entah apa salah Bulan. Para sepupunya, tidak ada yang terlalu menyukai Bulan. Terlihat seperti memusuhi dan sangat tidak suka pada Bulan. "Star..."Bisik Bulan lirih pada calon anaknya sambil menggigit bibir bawahnya kuat. Sumpah, di saat kakinya membawa Bulan ke ruang keluarga rumah ini, jantung Bulan rasanya ingin meledak di dalam sana. Entah kenapa, perasaan Bulan tiba-tiba merasa takut dan was-was. Dan benar saja, di saat Bulan sudah masuk ke ruang keluarga. Ada banyak orang di sana. Ada Papanya... intinya ada banyak orang yang saat ini tatapannya tertuju sepenuhnya pada dirinya yang pastinya terlihat sangat kusam dan kusut. "Bulan.... loh, kenapa pipi kamu merah? Ada jejak darah di sudut bibirmu?"Ucap suara itu panik, Bulan segera menoleh keasal suara. Dan perlahan tapi pasti, rasa takut, rasa gugup meluap begitu saja dari diri Bulan di saat tubuhnya yang mungil sudah di dekap kuat tapi lembut oleh bibinya. Bibinya yang sangat sayang Bulan. Bibinya yang merupakan adik kandung papanya. "Bulan tadi mengalam----," "Bulan mengalami sedikit kecelakaan. Bisa kamu lepas keponakanmu, Lily? Bulan harus siap-siap setidaknya walau hanya cuci wajah. Kakaknya Pelangi juga sudah nunggu Bulan juga dari tadi,"Ucap Papa Bulan tegas dan terkesan dingin, membuat Bulan yang mendengar dan melihat kearah papanya yang tidak menatapnya sedikitpun kearahnya, Bulan tersenyum pedih. Sakit dan sesak hati Bulan. Pandai sekali kakekmu berbohong, Star. Mama terluka. Pipi mama merah dan sudut bibir mama berdarah itu karena tamparan yang kakekmu layangkan sangat kuat pada pipi mama tadi... Jangan benci kakekmu ya... ****** Bulan kangen. Bulan rindu intinya ingin bertemu dan melihat Kak Tedja calon suami kakaknya. Kak Tedja adalah kakak teman Bulan. Kak Tedja baik sama Bulan waktu SMA dulu. Kata mamanya yang berpapasan dan sempat saling peluk melepas rindu di tangga, mamanya yang baru menghampiri kakaknya, calon suami kakaknya sedang ada di kamar mandi, kamar mandi kakaknya, kakaknya juga masih ada di kamarnya, sedang memperbaiki sedikit riasannya. Sebelum ijab kabul. Kata mamanya , Kakaknya Pelangi ingin mengobrol denganya. Ada hal penting yang ingin di bicarakan. Mendengar ucapan terakhir mamanya. Tentang kakaknya yang ingin ngobrol. Entah kenapa perasaan Bulan tidak enak. Ada rasa takut juga yang menelusup ke dalam hati Bulan. Dan jantung Bulan rasanya ingin meledak, di saat Bulan sudah berdiri tepat di depan pintu kamar kakaknya saat ini. Dan dengan gemetar, tangan Bulan mengulur untuk membuka pintu dan ceklek. Pintu sudah Bulan buka. Kakaknya yang sedang duduk membelakanginya di depan cermin hias sana yang jadi pemandangan pertama Bulan. Dan kakaknya yang terlihat sedang mengoles sesuatu pada bibirnya di depan sana, tidak menyadari kalau ada orang yang barusan masuk ke dalam kamarnya yaitu Bulan. Tapi, Bulan kaget bukan main di saat kakaknya... "Kamu telat 10 menit lagi, kakak nggak akan pernah maafin kamu sampai kakak mati, Bulan."Ucap suara itu dingin dn serius, dan itu suara milik Kakak Bulan membuat Bulan menegang kaku saat ini di tempatnya. Bulan salah, ternyata kakaknya menyadari ada orang masuk ke dalam kamarnya bahkan kakaknya menyadari kalau Bulan lah yang masuk. Bulan sedikit shock mendengar ucapan kakaknya barusan. Bulan masih diam bahkan di saat kakaknya Pelangi yang terlihat sangat cantik dengan kebaya pas badan warna cokelatnya sudah berdiri tepat di depan Bulan saat ini. "Ada yang ingin kakak sampaikan sama kamu," "Kakak harap kamu mendengar baik-baik...," "Sayang, apa adikmu sudah datang?"Ucap suara itu lembut memotong telak ucapan Pelangi. Pelangi terlebih Bulan yang sangat mengenasli suara milik siapa barusan sudah menoleh keasal suara. Bulan? Jelas wajah Bulan pucat pasih saat ini. Kedua matanya menatap tak percaya pada seorang laki-laki yang mengenakan pakaian pengantin yang senada dengan pakaian pengantin yang melekat di tubuh kakaknya saat ini. Dan Bulan... "Damar...,"Bisik Bulan tercekat, bahkan Bulan dengan reflek dan tanpa sadar, takut apa yang ia lihat saat ini salah, Bulan berjalan mendekat kearah Damar yang berdiri dengan wajah kakunya di depan pintu kamar mandi sana. Tapi, baru 3 langkah Bulan melangkah, langkah Bulan harus tertenti di saat.... Pelangi... "Jangan jadi w************n, Bulan. Damar adalah calon suamiku. Kamu masih punya malu dan perasaan kan adikku? Kalau iya, tolong, jangan jadi pengacau di acara nikahan aku dengan Damar, calon kakak iparmu...." Tbc Satu kata untuk Maria apa? Satu kata untuk Damar apa? Ini Azab untuk Maria yang pedih apa? Di buat mandul doang, ringan menurutku?kasih saran dong... Yg mau dobel up, komen dobel :)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN