Sebenarnya apakah Para Saura memang sejahat itu? Tidak semuanya, tapi kebanyakan seperti itu. Mereka adalah makhluk yang dikenal sangat licik dan usil terhadap makhluk lain, tapi di lain sisi, mereka juga makhluk yang sangat dihargai oleh makhluk-makhluk lain. Mengapa bisa begitu? Karena Para Saura lah yang telah menciptakan berbagai kemudahan dalam hidup semua makhluk di dunia, seperti menciptakan teknologi-teknologi canggih yang mutakhir serta hal-hal lainnnya yang sangat penting bagi kemajuan peradaban umat manusia.
Ya, meskipun semua makhluk tahu bahwa Para Saura mempunyai sisi buruk dari segala kehebatannya, tapi mereka semua tidak mempedulikan itu selama perbuatan manusia-manusia berkulit biru gelap itu tidak menimbulkan masalah yang cukup parah di kehidupan bermasyarakat.
Jika diingat-ingat, bukankah tadi disebut ‘makhluk-makhluk lain’ di penjelasan? Itu maksudnya apa, ya? Apakah ada makhluk lain selain Para Saura? Jawabannya, ya, tentu saja ada.
Atau lebih tepatnya, ada manusia-manusia lain yang berasal dari ras selain Saura.
Mengenai pembahasan mengenai pembagian ras-ras manusia, untuk sementara mari kita kesampingkan terlebih dahulu, sebaiknya kita kembali fokus ke kisah Arga yang malang itu, yang hidup sendirian di hutan tanpa ditemani siapa pun.
Hari ini seperti hari-hari biasanya, angin sepoi-sepoi menerbangkan pasir tanah dan menggoyang-goyangkan batang pepohonan, juga mengayun-ayunkan rambut pirang Arga, si bocah laki-laki kecil yang usianya baru sekitar tujuh tahun, yang sedang berdiri di puncak pohon tertinggi di hutan itu. Memang mengejutkan, anak kecil yang baru berusia tujuh tahun mampu memanjat pohon besar dan berdiri di bagian paling puncak di pohon tersebut. Tapi memang begitulah, mengingat dia memiliki energi dan semangat yang besar, bukan hal yang sulit untuk Arga melakukan hal seperti itu.
Lantas, apa yang sedang dilakukan Arga dengan berdiri di puncak pohon begitu?
Sekitar dua puluh tahun kemudian, setelah insiden dan kiamat besar yang menimpa bumi tempat tinggal Mendiang Arga Gelisto, alam semesta mulai beregenerasi kembali, menciptakan dunia yang sama persis seperti bumi dan menjadi sebuah tempat yang layak untuk bangkitnya sebuah peradaban baru. Tidak ada yang berbeda sama sekali dari dunia baru tersebut, setiap halnya sama persis seperti bumi sebelumnya, yang membedakannya hanyalah makhluk-makhluk yang tinggal di sana. Tidak ada lagi makhluk ‘normal’ yang hidup di alam itu, semuanya adalah makhluk baru yang punya kemiripan genetik seperti para makhluk yang menempati bumi di peradaban sebelumnya.
Bentuknya sama persis seperti manusia-manusia, hewan-hewan, dan tumbuh-tumbuhan pada umumnya, hanya saja ada sedikit perbedaan di antara mereka semua, dan perbedaan-perbedaaannya cukup sulit untuk dijelaskan. Dan uniknya, cerita ini masih berpusat kepada sosok yang sama, yakni Arga Gelisto. Tidak perlu kaget, karena pasalnya meskipun dia hidup kembali, tapi bukan berarti masih menjadi dirinya yang dulu lagi. Bagaimana maksudnya, ya? Artinya, Arga Gelisto di dunia ini, bukanlah Arga Gelisto yang kita kenal di dunia sebelumnya. Dia telah bereinkarnasi menjadi sesosok anak kecil laki-laki yang nakal dan tinggal di hutan. Rambutnya pirang jabrik, masih memiliki dua tanduk di dahinya, dan dikarunai bola mata berwarna biru cerah, sama seperti sosok dirinya yang dulu. Hanya saja, dia sekarang juga mempunyai sebuah ekor bulat berbulu lembut berwarna putih seperti seekor kelinci.
Dia tinggal di hutan sendirian, tanpa mengenal siapa orang tua yang melahirkannya, dia hidup di sana tanpa mengenal siapa dan mengapa dirinya berada di sana. Namun sayangnya, cerita ini tidak seperti kisah Tarzan yang membuat dia bisa berkawan dan dibesarkan oleh hewan-hewan yang ada di hutan, karena sebetulnya, hutan yang dia tempati hanyalah hutan buatan. Di hutan itu, tidak dimasukan binatang-binatang yang dapat menemani Arga di kehidupan sehari-harinya. Hanya ada pepohonan dan tanaman biasa, benar-benar sepi dan membosankan.
Setidaknya itulah yang kita pikirkan.
Tapi bagi Arga yang saat ini telah bereinkarnasi menjadi sesosok anak kecil, masih mampu menemukan hal-hal menyenangkan di sana meskipun hanya hidup sendirian di hutan buatan manusia. Contohnya seperti, dia bisa berlarian di hamparan rumput, atau melompat-lompat dan memanjat pepohonan yang ditumbuhkan di sana. Bagi Arga itu sangat seru dan menggembirakan. Seperti anak-anak pada umumnya, dia bisa merasakan kebahagiaan yang dihasilkan oleh kegiatan yang dibuatnya sendiri, dan juga dilakukannya dengan sendirian. Terkesan menyedihkan, tapi itu sangat menghibur.
Lantas, mari kita coba cari tahu apa alasan Arga dimasukan ke dalam hutan yang katanya ‘buatan manusia’ itu? Apa tujuannya? Mengapa itu diciptakan dan mengapa hanya Arga yang dimasukkan ke sana? Apakah ada sesuatu hal yang penting sehingga para manusia mau repot-repot menciptakan dan membuat hal aneh semacam itu?
Ternyata, setelah ditelaah kembali, para manusia yang menciptakan hutan buatan itu, bukan dijuluki sebagai manusia, tapi ‘Saura’ yang berarti para pencipta. Tidak ada yang aneh dari makhluk-makhluk yang dinamakan sebagai Saura itu, bentuk mereka sama seperti manusia-manusia pada umumnya, setidaknya secara psikologis, tapi jika terkait fisik, ada kemiripan juga ada perbedaan di antara tubuh mereka kalau dibandingkan dengan umat manusia di peradaban sebelumnya.
Di sini, mereka yang terlahir sebagai Saura, cenderung memiliki kulit berwarna biru gelap yang cukup kental, dan agak bersisik, lalu tidak memiliki sehelai rambut sama sekali, yang artinya berkepala botak, dan mempunyai ekor panjang yang tebal seperti ekor dari brontosaurus yang kita kenal. Selebihnya, tubuh mereka sama saja seperti manusia seperti kita.
Tujuan Para Saura menciptakan hutan buatan dan membiarkan Arga hidup sendirian di sana, alih-alih untuk bereksperimen terhadap hal-hal yang bombastis dan jenius, mereka melakukan itu hanya untuk bersenang-senang. Para Saura memang terlahir dengan otak yang cerdas dan kemampuan berpikir yang cukup kuat, tapi sayangnya mereka juga sangat licik dan pandai memanipulasi sesuatu untuk keuntungan dan kesenangan mereka sendiri.
Dan Arga, telah menjadi korban dari perbuatan usil beberapa Saura yang nakal.
Karena Arga masih menjadi bocah kecil yang hanya bisa berlarian dan bermain, dia tidak bisa memahami situasinya dan menganggap semua itu adalah hal yang normal dan biasa-biasa saja, bahkan dia sama sekali tidak pernah mempertanyakan apa pun terhadap apa yang terjadi pada hidupnya, sehingga para Saura dibuat senang oleh kepolosan dan kebodohannya.
Selain itu, Para Saura juga mengambil Arga sejak dia masih bayi, dicuri dari rumah orang tuanya dan dibawa ke hutan yang mereka buat untuk dijadikan sebagai tempat tinggal bayi yang mereka culik. Menarik sekali mengingat Arga bisa tumbuh dengan sehat meskipun tidak diberi ASI dan hal-hal penting lainnya terkait perawatan bayi, tapi itu tidak aneh, karena yang sedang kita bicarakan di sini adalah Saura, para pencipta yang terkenal akan otak jeniusnya. Mereka punya cara sendiri yang bisa membuat Arga tumbuh menjadi anak yang sehat dan bahkan terkesan nakal.
Terdengar luar biasa, tapi itu hanyalah hal biasa bagi Para Saura yang cerdas itu.
Sebenarnya apakah Para Saura memang sejahat itu? Tidak semuanya, tapi kebanyakan seperti itu. Mereka adalah makhluk yang dikenal sangat licik dan usil terhadap makhluk lain, tapi di lain sisi, mereka juga makhluk yang sangat dihargai oleh makhluk-makhluk lain. Mengapa bisa begitu? Karena Para Saura lah yang telah menciptakan berbagai kemudahan dalam hidup semua makhluk di dunia, seperti menciptakan teknologi-teknologi canggih yang mutakhir serta hal-hal lainnnya yang sangat penting bagi kemajuan peradaban umat manusia.
Ya, meskipun semua makhluk tahu bahwa Para Saura mempunyai sisi buruk dari segala kehebatannya, tapi mereka semua tidak mempedulikan itu selama perbuatan manusia-manusia berkulit biru gelap itu tidak menimbulkan masalah yang cukup parah di kehidupan bermasyarakat.
Arga juga sering sekali tertawa terbahak-bahak, dia terkadang melakukannya saat kondisi hatinya dipenuhi dengan kegembiraan. Termasuk ketika dia sedang tidur lelap pun, jika dia mendapatkan mimpi yang menyenangkan, Arga pasti tertawa terbahak-bahak dalam tidurnya.
Apakah di hutan buatan itu, ada siang dan malam? Tentu saja, sama seperti alam pada umumnya, Para Saura menciptakan tempat itu dimiripkan persis seperti hutan yang nyata, termasuk juga kondisi cuaca, hari, musim, dan hal-hal semacamnya. Itu diciptakan agar mereka bisa melihat bagaimana Arga melalui hari-harinya dalam berbagai situasi, karena bagi mereka melihat makhluk yang kesulitan adalah hal yang membahagiakan.
Begitulah Para Saura, begitu licik dan jahat.
“Sepertinya dia sedang menikmati pemandangan di puncak pohon, menarik sekali.” Ucap seorang Saura yang memiliki badan tinggi dan berotot, yang bisa kita tebak bahwa dia adalah laki-laki perkasa di antara teman-temannya.
Dia sedang berdiri di depan sebuah monitor besar yang memperlihatkan aktivitas Arga, melakukan itu bersama teman-temannya di sebuah ruangan khusus. Jika diamati, ada tiga saura lain di sana, selain keberadaan saura berotot itu.
“Jika dia melakukan itu, artinya hari ini adalah hari senin,” sahut suara temannya yang terdengar sumbing dan menguik, yang memiliki mata besar dan tubuh kurus bungkuk, dari perawakannya, bisa dipastikan dia juga merupakan seorang laki-laki. “Dia sering begitu pada hari Senin, sudah menjadi kebiasaan rutinnya.”
“Begitukah?” Jawab Saura yang berotot gagah tersebut, merespon perkataan teman kurusnya. “Menarik sekali, hehehehe.”
Ternyata Arga sedang memandang pemandangan hutan di sekelilingnya, yang tentunya dipenuhi dengan ratusan pepohonan ‘buatan’ yang menyebar dan menghampar ke setiap area, juga gunung, langit, dan laut yang tertampak di matanya juga hanyalah ‘buatan’ yang berarti tidak nyata, karena sejatinya, Arga sedang berada di ruangan besar yang diberikan berbagai macam teknologi pemandangan alam yang membuat siapa pun mengira bahwa semua itu nyata, padahal jika diteliti lebih dalam, semua itu tidaklah nyata, hanya kesemuan belaka. Tapi karena Arga hanyalah seorang anak kecil biasa, dia tidak memiliki pemikiran yang kritis sampai mempertanyakan hal-hal seperti itu.
Alih-alih bertanya-tanya soal hal rumiit begitu, Arga malah tersenyum dan menghirup udara sebanyak mungkin ke lubang hidungnya. Memang segar dan melegakan, dan itu membuatnya merasa hidup. Ekor kelinci yang tertanam dipantatnya, bergerak-gerak sedikit, bertanda bahwa si pemilik tubuh sedang merasa senang dan nyaman dengan keadaan itu. Tampaknya Arga suka berdiri di puncak pohon, dia merasa bahagia bisa melihat pemandangan alam yang begitu menakjubkan di depan matanya.
Langit biru, gunung hijau, laut biru.
Itu benar-benar luar biasa, meskipun di sana tidak ada satu burung pun, Arga tidak mempermasalahkannya, karena pada dasarnya dia bahkan tidak tahu soal keberadaan binatang, mengingat dari kecil dia hanya hidup sendirian di sana.
Arga sangat aktif, dia adalah anak yang punya energi dan semangat yang besar, tidak ada yang bisa menyainginya dalam memanjat pohon atau berlarian di padang rumput, jika ada anak seusianya di sana, karena pergerakannya sangat cepat. Arga begitu gesit dalam menggerakkan tubuhnya, mirip seperti seekor monyet yang sedang kepanikan.
Selain itu, ada hal unik juga yang belum kalian ketahui soal Arga, yakni kemampuannya dalam berbicara. Arga memang tidak punya skill berbicara yang bagus, karena dia tidak pernah mengobrol dengan siapa pun, tapi karena tindakan Para Saura, membuat Arga secara otomatis bisa berbicara dalam bahasa manusia pada umumnya sehingga dia bisa mengekspresikan perasaannya dalam kata-kata, meskipun terkadang itu hanya dilakukannya di saat-saat tertentu saja.
“Wow, indah sekali!” Arga tersenyum lebar memandangi pemandangan yang tersaji di depan matanya, bola-bola matanya yang berwarna biru terang, membesar, menandakan dia sangat senang melihat hal tersebut. “Aku ingin sekali bisa ke gunung itu! Tapi aku tidak tahu harus bagaimana, setiap aku berlari ke sana, yang kutemukan hanyalah pepohonan yang sama, aku benar-benar bingung! Tapi ini indah sekali! Aku suka! Hahahhaha!”
Arga juga sering sekali tertawa terbahak-bahak, dia terkadang melakukannya saat kondisi hatinya dipenuhi dengan kegembiraan. Termasuk ketika dia sedang tidur lelap pun, jika dia mendapatkan mimpi yang menyenangkan, Arga pasti tertawa terbahak-bahak dalam tidurnya.
Apakah di hutan buatan itu, ada siang dan malam? Tentu saja, sama seperti alam pada umumnya, Para Saura menciptakan tempat itu dimiripkan persis seperti hutan yang nyata, termasuk juga kondisi cuaca, hari, musim, dan hal-hal semacamnya. Itu diciptakan agar mereka bisa melihat bagaimana Arga melalui hari-harinya dalam berbagai situasi, karena bagi mereka melihat makhluk yang kesulitan adalah hal yang membahagiakan.
Begitulah Para Saura, begitu licik dan jahat.
Alih-alih bertanya-tanya soal hal rumiit begitu, Arga malah tersenyum dan menghirup udara sebanyak mungkin ke lubang hidungnya. Memang segar dan melegakan, dan itu membuatnya merasa hidup. Ekor kelinci yang tertanam dipantatnya, bergerak-gerak sedikit, bertanda bahwa si pemilik tubuh sedang merasa senang dan nyaman dengan keadaan itu. Tampaknya Arga suka berdiri di puncak pohon, dia merasa bahagia bisa melihat pemandangan alam yang begitu menakjubkan di depan matanya.
Langit biru, gunung hijau, laut biru.
Itu benar-benar luar biasa, meskipun di sana tidak ada satu burung pun, Arga tidak mempermasalahkannya, karena pada dasarnya dia bahkan tidak tahu soal keberadaan binatang, mengingat dari kecil dia hanya hidup sendirian di sana.
Arga sangat aktif, dia adalah anak yang punya energi dan semangat yang besar, tidak ada yang bisa menyainginya dalam memanjat pohon atau berlarian di padang rumput, jika ada anak seusianya di sana, karena pergerakannya sangat cepat. Arga begitu gesit dalam menggerakkan tubuhnya, mirip seperti seekor monyet yang sedang kepanikan.
Selain itu, ada hal unik juga yang belum kalian ketahui soal Arga, yakni kemampuannya dalam berbicara. Arga memang tidak punya skill berbicara yang bagus, karena dia tidak pernah mengobrol dengan siapa pun, tapi karena tindakan Para Saura, membuat Arga secara otomatis bisa berbicara dalam bahasa manusia pada umumnya sehingga dia bisa mengekspresikan perasaannya dalam kata-kata, meskipun terkadang itu hanya dilakukannya di saat-saat tertentu saja.
“Wow, indah sekali!” Arga tersenyum lebar memandangi pemandangan yang tersaji di depan matanya, bola-bola matanya yang berwarna biru terang, membesar, menandakan dia sangat senang melihat hal tersebut. “Aku ingin sekali bisa ke gunung itu! Tapi aku tidak tahu harus bagaimana, setiap aku berlari ke sana, yang kutemukan hanyalah pepohonan yang sama, aku benar-benar bingung! Tapi ini indah sekali! Aku suka! Hahahhaha!”
Arga juga sering sekali tertawa terbahak-bahak, dia terkadang melakukannya saat kondisi hatinya dipenuhi dengan kegembiraan. Termasuk ketika dia sedang tidur lelap pun, jika dia mendapatkan mimpi yang menyenangkan, Arga pasti tertawa terbahak-bahak dalam tidurnya.
Apakah di hutan buatan itu, ada siang dan malam? Tentu saja, sama seperti alam pada umumnya, Para Saura menciptakan tempat itu dimiripkan persis seperti hutan yang nyata, termasuk juga kondisi cuaca, hari, musim, dan hal-hal semacamnya. Itu diciptakan agar mereka bisa melihat bagaimana Arga melalui hari-harinya dalam berbagai situasi, karena bagi mereka melihat makhluk yang kesulitan adalah hal yang membahagiakan.
Begitulah Para Saura, begitu licik dan jahat.