Kebersamaan kami tidaklah lama, tapi entah ikatan apa yang membuat aku tak bisa berpaling darinya? “Hei, Shanum, kenapa nggak keluar? Itu Randi udah nungguin!” Nia mengetuk pintu kos dan mengingatkanku. Sementara aku, masih mengintip area luar dan melihat keberadaan dua pria itu yang sedang menunggu. Kenapa ada Rasya ikut juga? Agak gelisah, tapi aku takut terlalu kentara jika aku enggan keluar. “Iya, Ni, duluan!” timpalku dari dalam. Mengambil buku dan peralatan menulis, akhirnya aku memutuskan untuk keluar juga. “Bismillahirrahmannirrahim!” gumamku yang akhirnya keluar dari pintu. “Eh, ini bocah ikutan juga?” tukas Nia menunjuk Rasya yang pada saat itu mengenakan jaket dengan hoodie berwarna hitam. “Iya, aku ajak aja daripada bosan di jalan ngomong sendirian!” timpal Randi. “M