Ketika bahagiaku hanya sesaat. Aku terlalu naif karena merasa sudah baik-baik saja. * Ini adalah satu minggu setelah aku menerima ponsel pemberian Rasya. Apa aku yang terlalu norak atau memang Rasya biasa seperti ini. Tidak ada satu pesan dariku yang dibalas dengan kalimat panjang. Dia hanya membalas pesanku dengan singkat atau jika tidak begitu, dia tidak akan membalas sama sekali. Ini bagaikan, aku yang terlalu banyak bicara dan dia menimpali seperlunya. “Ciyee, yang punya ponsel baru dilihat terus hapenya.” Nia yang lewat depan kamarku selalu berkata demikian. “Apaan? Kamu juga sering ngelihat hape tuh!” balasku sambil terkekeh. Nia pun masuk ke kamarku. “Aku ingin coba kamera hape kamu, Num. Kayaknya bagusan punya kamu deh, dibanding punyaku.” “Masa, sih?” Aku yang ta