Aku hanya ... ingin mengungkapkan bahagiaku saat bersamanya ** “Habisnya kamu gemesin!” jawabku dengan spontan saat Rasya mengatakan aku mulai berani. “Tapi ... kalau dipikir-pikir, sejak awal memang kamu yang lebih berani padaku?” tutur Rasya. Aku pun mengingat-ingat lagi, sejak kapan aku yang lebih berani. “Sejak kapan?” tanyaku. Rasya menoleh ke arahku dan menautkan kedua alis tebalnya itu. “Kau pura-pura lupa atau sebenarnya ingat tapi tidak mau ngaku?” “Isssh, apalah? Itu mah sama aja,” protesku padanya. “Kau tidak ingat saat melempar padaku pengaman berwarna merah saat itu?” Dia menarik daguku dan memaksa aku menatap padanya. “Oh!” Matilah aku! Kenapa dia mendadak ingat pada saat itu? “Ingat atau tidak? Jangan pura-pura lupa!” ujarnya sambil mendekat dan menarik waja