“Aku senang bertemu denganmu!” Setelah sekitar sepuluh detik kami bertatapan tanpa bicara, pada akhirnya Arsya yang terlebih dulu menyapa. Kulontarkan senyum untuk membalas sapaannya, lalu kemudian kami bersalaman dan memberi pelukan. Aku tak tahu apa yang harus kubicarakan pada Arsya, bahkan aku sendiri cukup terkejut untuk mengetahui jika saudara kembarku ini bisa menghampiriku di pesantren. Kami pun memutuskan untuk duduk di depan masjid dan mengobrol. “Sekarang aku paham kenapa kamu tidak mau pulang,” tutur Arsya padaku. Aku mengangguk. “Terima kasih.” “Kau tidak ingin bertemu mama?” tanyanya. Diam sejenak untuk berpikir. Walau sebenarnya jawaban itu sudah pasti adalah ‘tidak’, akan tetapi aku tidak bisa langsung mengatakannya. Karena aku masih diam, Arsya pun bertanya la