___
Selamat membaca.
___
Kenapa aku harus jatuh cinta, pada orang yang tidak bisa jatuh cinta padaku?
___
Brian kembali menjulurkan kertas yang berisi pertanyaan saat ia dan Fallany sudah berada di depan tangga, ia tersenyum, Fallany ternyata dengan mudah menjawab pertanyaan yang diberikan olehnya.
Kapan Jefri menyatakan perasaannya?
“Enggak tahu lupa,” ucap Fallany sambil menahan bersinnya, ia mendadak tidak fokus dengan pertanyaan itu – lebih tepanya ia memang tidak ingin menjawab pertanyaan yang ia anggap menyebalkan itu.
Brian yang medengar pun langsung cemburut, “jawab ih Fall, biar cepet sampai nih,” bujuknya, Brian sebenarnya merasa tidak enak juga apalagi mengingat euforia yang mengerikan antara Jefri dan Fallany tadi malam rasanya masih terasa sampai detik ini.
“Enam bulan lalu lebih dua hari, gue lupa tanggal berapa, enggak penting juga Bri,” ucap Fallany menjawab dengan malas, benar kan apa katanya? Hari jadian dirinya dan Jefri memang tidak penting, lalu untuk apa Fallany menjawab dengan detail kepada laki-laki itu.
Brian akhrinya memberikan bunga mawar itu walau jawaban yang diberikan oleh Fallany tidak terlalu detail, tapi, ia juga tidak ingin membuat Jefri menunggu lebih lama lagi, hingga akhirnya mereka sudah sampai di depan pintu rooftop, lagi, Brian kembali memberikan selembar kerta untuk Fallany.
Fallany yang menerima itu hanya bisa menarik napasnya, hidungnya sungguh gatal, dan dirinya juga merasa pegal karena harus naik hingga sampai di sini.
Apa harapan kamu kepada hubungan kamu dan Jefri?
Fallany sempat terdiam setelah membaca pertanyaan itu, matanya mulai menyelusuri rooftop itu, ia bingung harus mengucapkan harapan itu atau tidak, Fallany takut untuk kembali menggantungkan harapannya bersama dengan Jefri karena ia sudah berkali-kali kecewa pada laki-laki itu, dan untuk saat ini Fallany mencoba memahami keadaan, ia tidak ingin mematahkan hatinya sendiri, karena Fallany begitu sadar bahwa Jefri yang sering mematahkan hatinya pun tidak bisa membantu mengobati hatinya, dan Fallany harus tertaih sendiri dengan keadaan yang menyakitkan.
“Enggak ada harapan apa pun,” ucap Fallany lalu memberikan tiga bunga mawar itu pada Brian, “udah ya Bri males main ginian, ke kelas aja lah,” ucap Fallany.
Brian menahan tangan Fallany, ia benar-benar tidak suka melihat wajah Fallany yang sudah merengut itu, Fallany terlihat sangat tidak mood, akhirnya dengan berat hati Brian kembali memberikan satu bunga mawar yang tersisa di tasnya dan membuka pintu roopftop yang ada di depannya dan Fallany itu.
Cahaya itu masuk ke dalam mata Fallany, permepuan itu bisa melihat ada Jefri, Fella dan juga Reon yang ada di sana sambil tersenyum kearahnya, Fallany sungguh mual dengan semua ini, rupanya ini adalah rencana Jefri yang dibantu oleh tiga temannya itu, maksdunya dibantu dengan salah satu sepupunya itu.
“Selamat hari jadian Fallany dan Jefri,” ucap Brian, Fella dan juga Reon dengan senyum yang melebari di wajah masing-masing.
Wajah Fallany semakin memerah saat berhadapan dengan Jefri apalagi saat perempuan itu kini kembali melihat bunga mawar yang dijulurkan oleh Jefri di hadapannya.
“Selamat enam bulan ya Fall, ma’af perayaannya telat, aku sayang kamu, Fall,” ucap Jefri sambil terus memandang wajah Fallany yang matanya terlihat mengecil karena terkena sinar matahari itu.
Fallany menundukan wajahnya, perempuan itu juga menjatuhkan bunga mawar yang sejak tadi diberikan oleh Brian karena ia sudah menjawab empat pertanyaan maksudnya tiga pertanyaan dengan benar, karena soal yang terkahir bunga mawarnya hanya diberiakn cuma-cuma oleh Brian. “Jef,” ucap Fallany dengan lirih, “serius, kamu sayang aku?” ucap Fallany dengan mulut yang bergetar dan air mata yang kini sudah ada di pelupuk matanya.
Jefri mengangguk antusias, tadi malam ia, Kak Jo, dan tiga temannya sudah berencana membuat hal ini, agar membuat Fallany senang, karena bagaimana pun kalau Jefri tidak menyayangi Fallany, maka semua ini tidak akan pernah terjadi, Jefri pasti tidak akan repot-repot melakukan hal ini.
Fallany menggelengkan wajahnya, air matanya akhrinya jatuh, lagi, hanya karena laki-laki itu mengatakan bahwa dirinya mencintai Fallany – jelas bukan itu alasannya, Fallany menarik napasnya pelan, “bahkan, untuk bunga yang membuat aku alergi aja kamu lupa Jef, aku alergi bunga mawar!” kata Fallany dengan keras dan menjatuhkan empat bunga mawar itu lalu menggaruk wajahnya yang ia rasa sudah memerah karena rasanya sungguh gatal, dan sejak tadi pun dia sudah menahan hidungnya yang akan bersin, “aku alergi bunga mawar, yang suka bunga mawar itu Fella, bukan aku!” ucap Fallany dengan sebal, perempuan itu sungguh sebal, sangat sebal, dan hampir ingin mencaci maki Jefri rasanya. “Aku sungguh meragukan rasa sayang kamu Jef, sungguh,” ucap Fallany disertai dengan saura bersin di belakangnya.
Fella tidak bisa menahan untuk tidak menutup mulutnya, perempuan itu baru ingat bahwa Fallany memang alergi terhadap bunga mawar, sama dengan Brian dan Reon yang kembali saling menatap, dan menggelengkan kepala tidak percaya, pikiran mereka pun sama, semuanya kacau.
“Fall …,” lirih Jefri saat melihat Fallany sudah bersin-bersin karenanya, rasa senang karena Fallany sudah berada di depannya – yang berarti sudah menjawab seluruh pertanyaan yang ia berikan dengan benar pun mendadak lenyap dan berganti dengan perasaan yang bersalah kepada perempuan itu.
Fallany semakin memundurkan langkahnya, perempuan itu dengan cepat mengambil hand sanitizer di dalam tasnya untuk memberishkan bekas bunga mawar di tangannya tadi, “jangan dekati aku, kamu penuh serbuk bunga mawar, sama aja kamu bunuuh aku,” ucap Fallany dengan menekan seluruh kata dikalimatnya tadi, “dan, jangan bilang kamu sayang aku, yang nyatanya kamu sendiri enggak pernah mersakan hal itu,” ucap Fallany lagi, sebelum meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang begitu marah.
Jefri terduduk di sana saat melihat Fallany meninggalkannya, berlari dari hadapannya, menjauhi dirinya, laki-laki itu tersenyum lirih, ternyata dia benar-benar tidak becus menjadi kekasih Fallany, ternyata dirinya memang tidak bisa diandalkan oleh Fallany, ternyata dirinya memang seburuk itu.
Brian terlihat menepuk bahu sahabatanya itu, memberikan semangta kepada Jefri yang terlihat bersedih itu, “coba lagi aja nanti minta ma’af sama dia, besok-besok ingetin apa yang jadi alergi dia, kesian dia bersin-bersin gitu,” uap Brian, membantu Jefri untuk berdiri.
Fella terlihat mengangguk menyetujui, “mungkin lo bisa lebih perhatian lagi sama Fallany ya Jef, kesian tadi dia, mukanya merah gitu, udah, ayo bangun kita lihat gimana keadaan Fallany,” uap Fella tak mau kalah memberikan laki-laki itu semangat, sungguh, tadi malam dirinya juga lupa bahwa Fallany alergi pada bunga mawar, tadi malam pun sebenarnya ia menyarankan bunga matahari, tapi, Jefri lebih memilih bunga mawar agar terkesan romantis katanya, tapi, nyatanya semua malah kacau seperti ini.
Ya, Brian dan Fella benar, ia harus bangun dan memperhatikan bagaimana keadaan Fallany setelah ini, dengan senyum yang kecil laki-laki itu mencaci maki dirinya, sungguh, Jefri adalah bukti laki-laki yang memang tidak tahu diri sekali.
___