Part 5

882 Kata
Naya berkali-kali memukuli samsak yang menggantung dihadapannya. Ia sudah melepas rok abu-abunya dan mengenakan celana training yang selalu ia bawa di tasnya. Udah lama Naya gak latihan seperti ini, semenjak dulu Atan deket sama cewek bernama Kanya di SMP. Cewek yang berhasil deket sama Atan dan bikin cowok itu jatuh cinta. Namun sayangnya ternyata Kanya hanya mempermainkan Atan karena ia hanya jadiin Atan pelariannya saat ia bertengkar dengan Dirga. Iya Kanya itu pacarnya Dirga, tapi mereka udah putus sekarang karena Kanya selingkuh sama Atan. Padahal tadinya Kanya cuma mau bikin Dirga cemburu aja tapi malah jadi putus. Atan pun sakit hati mengetahui dirinya hanya dijadiin pelarian aja. Sejak itu Atan gak pernah jadian sama cewek ataupun deket sama cewek manapun kecuali Naya. Tapi sekarang Atan seakan telah membuka hatinya kembali buat cewek yang baru dia kenal. Anak baru pula. " b******k!" Naya memukul sekali lagi samsak didepannya dengan satu pukulan keras hingga menimbulkan bunyi BUK. Lalu Naya berjongkok ditempatnya sambil memeluk kedua lututnya. Perih ditangannya tidak sebanding dengan perih dihatinya yang udah menahan perasaan ini bertahun-tahun lamanya. Di mata Naya, Atan adalah orang yang paling dia cintai. Orang yang selalu melindunginya. Tapi dimata Atan, Naya hanya sahabatnya sejak kecil. Naya tau itu karena sedikit pun Atan gak pernah menunjukan sesuatu yang menandakan bahwa cowok itu memiliki rasa sayang yang lebih padanya selain rasa sayang sebagai sahabat. " Gue kira gak ada orang." Naya menoleh ke suara dibelakangnya. Dirga berdiri didepan pintu masuk ruang latihan silat, lengkap dengan celana silat dan kaos oblong putih yang kelihatan pas dengan tubuhnya. Ia menatap bingung kearah Naya. Jelas karena wajah cewek itu yang terlihat kacau dengan bekas air mata di pipinya. Naya buru-buru mengusap air matanya yang mulai mengering dipipinya dan bangkit dari tempatnya. " Gue kira lo gak bisa nangis." Ucap Dirga lagi sambil menghampiri samsak yang berada disamping Naya. Cowok itu mulai memukuli samsaknya dengan santai namun kencang. Naya hampir lupa musuh utama Atan ini juga satu ekstrakulikuler dengannya. Bahkan Dirga lebih jago dan sering ikut kejuaraan antar SMA. Tapi ia gak nyangka kalo Dirga bakal latihan sesore ini di sekolah mereka. " Atan ya?" Naya menatap Dirga gak percaya, cowok itu ternyata udah berenti memukuli samsak dan gantian menatap Naya dengan tatapan yang sulit diartikan." Sok tau." Tebakan Dirga memang tepat sasaran. Bukan ia sekedar menebak. Tapi satu kelas dengan Atan dan Naya sejak SMP menbuat Dirga sadar bahwa persahabatan mereka lebih dari itu di salah satu pihaknya, Naya. Ia tau cewek itu memendam perasaan buat Atan lebih dari sahabat. Terbukti saat Naya menangis waktu tau Atan deket sama Kanya di SMP. Cewek ini nangis sambil mukulin samsak seperti sekarang ini. Waktu tau Atan disakitin sama Kanya pun, Naya juga seperti sekarang ini. Walaupun Dirga akhirnya tau kalo Kanya hanya menjadikan Atan sebuah pelarian, ia tetep gak terima karena menurutnya Atan telah menghancurkan hubungannya dengan Kanya waktu itu. Bahkan hingga sekarang cowok itu gak minta maaf padanya. Perasaan Naya ke Atan sepertinya sangat dalam karena cewek itu sampe mengabaikan dua orang yang sangat gigih ngejar-ngejar dia. Mario dan Anggara. Dua cowok yang menurutnya agak i***t karena gak pernah nyerah buat ngejar Naya. Walaupun cewek itu selalu cuek ke mereka. Dan yang pada akhirnya mereka berdua meninggal, entah seperti apa kronologisnya. Dirga gak pernah tau persis. Karena diotaknya hanya cari cara buat bales dendam ke Atan. Sayangnya cowok itu gak pernah deket lagi sama cewek setelah Kanya menyakitinya, entah saking sakitnya atau gimana. Tapi ngeliat Atan sekarang lagi deket sama Fray, ide gilanya muncul. Ide gila yang sudah lama ingin ia lakukan. Balas dendam. Tadi pagi dan siang pun Dirga udah ngeliat Atan berduaan terus sama anak baru kelas sepuluh, Fray. Bahkan sampe mereka pulang bareng. Itu sudah cukup jadi alasan kuat kenapa Naya ada disini sekarang. " Gak nyerah juga ya. Gue baru tau cinta bisa sekuat itu." Dirga merebahkan dirinya disamping Naya, cewek itu agak menggeser duduknya karena risih. " Tau apa lo soal cinta? Cowok dingin." Sungut Naya yang agak tak suka dengan sikap Dirga yang terlalu dingin ke semua orang. Padahal waktu SMP, Naya inget kalo cowok ini friendly banget. " Jangan pernah lupa kalo orang yang lo suka pernah ngambil pacar gue." Ucap Dirga yang telah memejamkan wajahnya. Terlihat bulir-bulir keringat di wajah cowok itu. " Itu cuma kesalah pahaman. Atan juga sakit hati." Naya membela sahabatnya yang pertama kalinya terpuruk gara-gara cewek itu. Dirga tersenyum sinis." Anggep aja itu balasan. Tapi gue belum puas." Naya menghela napas. Ia mengerti kenapa Dirga seperti ini, karena dia sangat mencintai Kanya waktu itu." Lo masih sayang sama Kanya?" " Mukanya aja gue lupa." " Muka Kanya lo lupa tapi dendam ke Atan gak lupa-lupa." Naya mencebikkan bibirnya, heran dengan pemikiran para cowok seperti Dirga. Dirga membuka matanya dan menatap tajam ke Naya." Ini masalah harga diri seorang cowok." Naya langsung berdiri kemudian mengambil tasnya." Diskon dikit kek harga dirinya." Ucapnya asal. Dirga langsung memegang tangannya." Apa?" Tanya Naya, menantang. Kalo Dirga ngajak sparing sekarang pun akan Naya ladenin kalo emang cowok itu mau bales dendam ke Atan melalui dirinya. Tapi tatapan Dirga malah melembut, gak balik menatapnya dengan tatapan dingin seperti biasanya." Gue anter balik. Udah sore banget juga." Naya menatap lurus ketangan Dirga yang memegangi tangannya, menyadari kesalahannya Cowok itu langsung melepaskan tangan Naya." Gue mau minta jemput kak Aldo aja." " Gak usah kesenengan. Ini gue cuma bersikap gentle sebagai cowok. Gue anter. Suruh kakak lo langsung balik aja. Gak ada penolakan." Ucap Dirga tak terbantahkan. Ia mengambil tasnya dan berjalan lebih dulu didepan Naya. Gue baru sadar kalo dia cowok tukang maksa juga. Naya membatin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN