Part 8

1191 Kata
Naya baru aja mau keluar dari UKS tapi seseorang lebih dulu berdiri didepan pintu UKS , menghalangi dirinya untuk keluar. Cowok yang baru pertama kali Naya lihat itu agak terkejut melihat kemunculan Naya saat pintu terbuka. Apalagi pipi Naya yang membiru. " Ngapain lo disini?" Tanya Naya akhirnya karena melihat gelagat kebingungan dari orang asing dengan seragam berbeda dari sekolahnya ini. " Anak baru ya?" Tebak Naya yang sepertinya tepat sasaran. Cowok itu mengangguk sambil tersenyum. Manis. Rambutnya hitam pekat dengan bola mata yang gak kalah hitam itu memiliki tatapan tajam namun sedikit ramah. Tiba-tiba Naya teringat tatapan seseorang, Anggara. Tatapan orang dihadapannya ini mengingatkan salah satu dari dua i***t di SMPnya dulu yang suka banget ngejar-ngejar Naya. Naya jadi rindu dengan keidiotan mereka Sayangnya mereka lebih disayang Tuhan. Jadi gak ngerasain jadi anak badung seperti dirinya, Atan, Aryo ataupun Bagas. " Gue Abara Rahardian panggil aja Bara. Katanya sih kelas sepuluh tiga tapi kayaknya gue nyasar. Lo siapa?" Dengan sopan Bara mengulurkan tangannya. " Gue Khanaya Felicia. Panggil Naya aja. Gue kelas sebelas lima sih tapi gue bisa anter lo ke kelas kok." Naya menyambut uluran tangan Bara sambil tersenyum. " Gue panggil Nanay boleh?" Deg! Naya merasa aneh jika ada yang memanggilnya Nanay lagi selain dua sejoli itu waktu SMP. Sejak mereka pergi gak ada lagi yang memanggilnya dengan sebutan Nanay. Naya mengangguk setuju. Ia gak mungkin menolak dengan alasan keinget dua manusia i***t itu kan. Akhirnya mereka berjalan berbarengan kearah koridor kelas sepuluh tiga. Didepan kelas yang baru Naya sadari kalo ini kelasnya Fray juga. Cewek itu sedang berdiri dengan Atan didepan koridor kelasnya sambil sesekali tertawa. Saking asiknya mereka tidak menyadari bahwa ada dua orang yang diam memperhatikan. Tepatnya hanya Naya yang terdiam sementara Bara lebih ke diam karena bingung dengan situasi di hadapannya. Naya yang tiba-tiba berhenti dan tatapan cewek itu yang gak lepas dari dua orang didepan ruangan yang sepertinya akan menjadi kelasnya ini. " Gue bisa masuk kelas gue sendiri kok. Gapapa lo anter sampe sini aja." Ucap Bara memecah keheningan diantara ia dan Naya. Atan dan Fray menyadari ada orang lain di sekitar mereka. Atan menatap terkejut kearah Naya. Antara ingin nyamperin dan minta maaf ke cewek itu tapi ia masih merasa bersalah. " Gue ke kelas dulu ya Nanay." Ucap Bara sambil mengusap rambut Naya dengan sangat lembut. Bukan karena dipanggil Nanay. Tapi perlakuan Bara. Mengingatkan Naya hampir tiga tahun yang lalu. Flashback on " Nanay kita ke kelas dulu ya. " Ucap Anggara sambil mengusap rambut Naya lalu masuk ke kelasnya diikuti Mario yang melakukan hal yang sama seperti yang Anggara lakukan. Naya berdecih mendapat perlakuan seperti ini dari dua orang yang bahkan gak ia harapkan. Tapi Naya bersyukur karena mereka sedikit menghiburnya. Setidaknya setelah Atan sedikit menjauh karena lagi deket sama Kanya. Mereka seperti obat dikala kesedihannya. Flashback off Naya menatap Atan yang masih menatapnya seakan bertanya siapa cowok yang barusan bersamanya. Tapi cewek itu langsung balik badan dan pergi. Sekuat mungkin Naya menahan air matanya agar tidak jauh. Ia tersenyum sinis karena kebodohannya yang mengharapkan Atan bakal mengejarnya. " Lo abis darimana sih elah? Mau beneran gue dibunuh sama setan terkutuk itu hah?" Dirga berdiri dihadapan Naya dengan tatapan dingin seperti biasa. Naya hanya menunduk, Dirga melihat kebelakang cewek itu. Atan dan Fray. Sedang menatap kearahnya dan Naya. Dirga tau penyebab cewek ini jadi kelihatan serapuh ini. Lagi. Setekag dulu Naya pernah seperti ini pada kasus Kanya. Sekarang lagi tapi dengan kasus dari cewek yang berbeda. Dirga langsung menarik tangan Naya untuk pergi dari sana. Atan kelihatan akan mengejarnya tapi Fray menahannya. Dirga membawa Naya ke halaman belakang sekolah dan mendudukan cewek itu disalah satu kursi yang kelihatan masih cukup kuat menahan beban badan Naya. Bukannya duduk di kursi reot itu, tubuh Naya malah meluruh ke tanah. Gadis itu terisak. " Kenapa sakit banget sih. Harusnya gue belajar dari pengalaman Kanya dulu. Harusnya gue siap . Bukan rapuh kayak gini lagi." Ucap Naya disertai isakannya yang semakin dalam. Mau gak mau Dirga berjongkok didepan Naya dan meraih tubuh itu masuk kedalam pelukannya. Setidaknya ia pernah merasakan sakit seperti yang Naya rasakan. Bedanya cewek ini masih aja bodoh karena masih juga mencintai cowok yang bahkan gak menyadari kehadirannya. Dirga masih lebih beruntung karena telah melupakan kebrengsekan Kanya yang berani mempermainkan perasaannya. Ada sesuatu yang berdesir di d**a Dirga saat Naya terisak didalam pelukannya. Sebuah kenyamanan. Yang gak pernah Dirga rasakan lagi sejak putus dengan Kanya. " Dia gak pantes lo tangisin. Gue aja bisa move on masa lo enggak." Ucap Dirga yang gak tau apa ucapannya bener atau salah. Tapi yang jelas dia gak bisa diem aja liat cewek nangis sampe sesegukan gini. Naya melepaskan pelukan Dirga lalu menghapus sisa air mata di wajahnya. Ia memegang seragam Dirga yang basah karena ulahnya. " Basah." Dirga mengangkat bahunya. " Moga aja nyokap gue gak nanya ingus siapa yang nempel di seragam gue." " Emang kenapa?" tanya Naya dengan wajah polosnya, bikin Dirga sedikit gemas. " Ya takutnya dijodohin. Kan lo udah ngotorin seragam gue." Naya melotot gak percaya. " Ya kali gara-gara gitu doang." Jeritnya, lagi-lagi sifat aslinya keluar. Dirga terkekeh. Tawa kecil yang menurut Naya sangat manis. Mungkin karena Dirga jarang tertawa jadi sekalinya tertawa bikin siapapun, Naya yakin bakal bikin cewek klepek- klepek. " Bercanda gue. Tapi cuciin ya baju gue." Naya mengangguk setuju karena merasa harus tanggung jawab dengan perbuatannya. " Bercanda yaelah. Serius banget. " Ucap Dirga lagi yanf kali ini menahan tawanya. Sementara Naya lagi-lagi melotot karena merasa dipermainkan. "Gue anter lo balik ya." Ia pun membantu Naya berdiri. " Gue ambil tas dulu." Ucap Naya sambil berjalan pergi meninggalkan Dirga. Dirga mengulum senyum. Di kelas Naya bertemu Atan, Aryo dan Bagas. Bagas dan Aryo langsung menghampirinya dengan tatapan khawatir. " Dirga gak ngapa-ngapain lo kan?" Tanya mereka yang merasa bersalah telah meninggalkan Naya sendirian di UKS bersama Dirga. Apalagi Naya dateng ke kelas dengan muka kayak orang abis nangis. "Sebelum dia ngapa-ngapain gue yang ada udah gue hajar orangnya." Ucap Naya sambil memeragakan gaya pukulan yang diajarkan waktu eskul silat. " Oh iya Naya kan sangar. Tapi Dirga kan silat juga Nay." Ucap Bagas yang langsung dihadiahi jitakan dari Aryo. " aduh Yo! Sakit tau." Bagas memegangi kepalanya. " Makanya mulut tuh yaelah gue sambelin juga nih." Ucap Aryo dengan gemas. Naya cekikikan. " Terus kok muka lo kayak abis nangis?" Atan membuka suara dengan tatapan mengintimidasinya. Ia khawatir karena terakhir ia lihat Naya dibawa pergi sama Dirga. " Masih sakit setan! Gue bunuh lo nanti!" Naya menatap sinis kearah Atan sementara Bagas langsung menarik Naya dalam pelukannya dengan jeritan senang. " Naya udah sembuh!" Seru Bagas yang membuat teman-teman dikelasnya geleng-geleng kepala sementara Aryo pengen banget menenggelamkan wajahnya ke meja. " Maaf ya. Gue gak sengaja. Gue..." "Gapapa. Gue ngerti lo cuma mau belain orang yang lo suka." Potong Naya sebelum Atan menyelesaikan kalimatnya. Iya Atan membela orang yang dia suka, Fray. Dan Naya sendiri membela Atan, cowok yang dia suka. " Tapi ..." " Gue balik duluan ya." " Sama siapa?" Tanya Atan langsung, perasaannya tiba-tiba gak enak. " Dirga. Dia gak sejahat yang lo pada pikir kok." " Tapi Nay ... " Atan terlihat ragu dan tidak rela, tepatnya. " Kebanyakan tapinya lo. " Naya menepuk pundak Atan sambil tersenyum kemudian pergi. Bagas mengangguk-angguk. " Ngapain kumat lagi?" tanya Aryo dengan sinis. " Enggak. Omongan Naya ada benernya juga. Kalo Dirga jahat pasti di UKS dia udah macem-macemin Naya kan." Ucap Bagas membenarkan pernyataan Naya tadi. Brak!!! Atan menggebrak mejanya dengan kesal bikin Aryo dan Bagas sampe terlompat karena kaget. " Lo sih bego!" Aryo menyikut lengan Bagas. " Bagas lagi aja yang salah. " Bagas menggeleng pasrah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN