Mansion
Seorang pria berbadan kekar, berbody sixpeck dan memiliki iris mata berwarna biru sebiru lautan
Tengah duduk sambil menikmati kopi panas, Yang baru saja di sediakan oleh seorang pelayan di mansion tersebut. Dia tidak lain adalah Ando Mahabrata sang CEO ternama di perusahaan Mahabrata milik Alm kedua orang tuanya.
"Papa. Papa. Papa," Teriakan seorang gadis kecil sambil berlari menghampiri Ando yang tengah duduk bersantai di sofa empuk. Gadis kecil itu langsung meminta untuk di gendong oleh pria dewasa tersebut, dengan wajah lucu dan manjanya.
Ando menatap sosok gadis kecil yang tidak lain adalah sang princess kecilnya yang tengah berlari kearahnya dengan wajah ceria. Membuat hati Ando ikut merasakan rasa bahagia saat melihat kebahagian dari putri kecilnya itu.
"Hallo. Putri kesayangan papa, Muach," Sapa Ando pada putri kecilnya itu. Sambil mencium gemas wajah cantik dari gadis kecilnya.
"Pa. Tania ingin es krim, Apa boleh?" Tanya gadis kecil itu sambil mengedipkan salah satu mata kecilnya dengan lucu. Bahkan kini wajah memelasnya mulai ditunjukkan oleh gadis itu.
"Tentu boleh sayang. Kau minta saja pada tantemu itu. Sana, papa ada sedikit pekerjaan. Oke," Ujar Ando dengan senyuman yang hanya diperlihatkan untuk anggota keluarganya saja, Selain itu tidak ada lagi senyuman untuk orang lain.
Hanya wajah datar dengan tatapan setajam silet.
"Iihh. Kok papa begitu sih? Justru tadi
Tante yang menyuruh Tania untuk meminta pada papa. Kenapa jadi bolak balik begini sih," Protes gadis kecil itu sambil mengerucutkan bibir mungilnya yang terlihat sangat lucu bagi Ando saat ini. Ando terkekeh geli saat melihat putri kecilnya yang terlihat begitu menggemaskan saat ini.
"Sayang. Masalahnya papa sibuk dan papa tidak bisa me...? Kring kring?" Suara ponsel milik Ando berdering, Ando segera mengangkat benda tipis itu yang terus saja berdering," Sebentar ya sayang. Papa bicara pada paman Sanskar dulu oke," Ucap Ando sambil mengangkat telepon dari si penelpon yang tidak lain adalah Sanskar. Sang manager di perusahaannya.
"Iiiih papa. Kok gitu sih, sebel - sebel deh huh," Rajuk gadis kecil itu." Ayo papa. Matikan saja dulu. Ayo, iihh," Kata Tania sambil menarik - narik tangan besar Ando yang tidak bergerak dari posisi duduknya sama sekali. Tentu saja kekuataan gadis kecil itu tidak akan umpan bagi seorang Ando yang memiliki berat badan yang cukup besar bagi sosok gadis kecil itu.
"Papa sibuk nak, kau bersabar dulu ya," Ujar Ando sambil kembali berbicara dengan bawahannya." Iya. Hallo Sanskar, Ada apa? Apa ada masalah?" Tanya Ando sambil memeluk putri kecilnya yang terus - terusan mengganggu dirinya.
Sedangkan gadis kecil tersebut terus saja menarik - narik tangan besar Ando, Membuat ando kebingungan karena terus - terusan di desak oleh putri kecilnya itu.
"Sanskar. Tunggu sebentar ya ini putriku Tania meminta di.." Ucapan Ando terhenti saat dirinya
melihat sang adik yang tidak lain adalah Melodi Mahabrata yang tengah melangkah menuruni anak tangga. Adik perempuan satu - satunya Ando yang tinggal bersama dengan dirinya." Mel. Tolong bantu kakak sebentar. Bisakah kau membawa Tania sebentar ikut bersamamu? Karna kakak sangat sibuk saat ini. Please. Please bantu kakak Mel," Mohon Ando dengan wajah memelasnya saat rengekan Tania semakin menjadi - jadi.
Seorang gadis yang merasa namanya di panggil segera menoleh ke arah sosok Ando. Gadis itu hanya mampu terkekeh geli saja saat dirinya melihat keponakan satu - satunya itu tengah mengganggu kakak tetuanya yang tidak lain adalah Ando Mahabrata.
"Boleh sih kak. Asal ada imbalannya,!!! Kata Melodi sambil mengedipkan sebelah matanya pada Ando. Dengan kedua mata menyiratkan imbalan pada pria itu.
"Iya, Nanti kau boleh meminta imbalanmu pada kakak. Sekarang kau bawa Tania menjauh dari kakak terlebih dahulu. Ayo sana," Perintah Ando dengan wajah kesalnya. Bagaimana Ando tidak kesal jika setiap ia meminta bantuan ada saja yang di minta oleh adik perempuannya itu.
"Iihh papa. Papa tidak sayang Tania ya. Kok papa malah me...!! Ucapan Tania terhenti oleh panggilan Melodi pada dirinya.
"Sayang. Sini," Panggil Melodi sambil mengedipkan sebelah matanya yang memiliki warna yang sama seperti sosok Ando. Warna kedua mata Melodi memiliki warna biru sebiru lautan, tentunya sama persis dengan warna mata dari Ando yang terlihat bersinar terang. membuat sosok Tania segera berlari untuk menghampiri melodi sang Tante cantiknya itu." Tania ingin es krim ya? Kalau begitu, ayo sini ikut tante," Ujar Melodi sambil tersenyum manis semanis madu pada gadis kecil tersebut.
"Tadi tante tidak mau? Kenapa sekarang mau?" Protes Tania sambil menatap heran pada sosok Melodi yang merupakan adik dari Ando, tentunya papa tercintanya yang super sibuk itu.
"Sudah. Tidak usah bawel, ayo ikut tante," Kata Melodi sambil menggendong Tania untuk ikut bersamanya. Mengingat jika Ando terlihat sangat sibuk dengan ponselnya itu. Sedangkan Ando terlihat tengah mengobrol dengan Sanskar tentang urusan perusahaan yang ia kelola saat ini.
"Ada apa Sanskar? Maaf tadi aku tengah sibuk?" Tanya Ando to the point.
"Begini pak. Saya sudah menemukan sekertaris baru untuk bapak,
Bapak bisa, Kan. Ke kantor sekarang?" Tanya Sanskar di seberang sana.
"Baiklah. Saya akan segera kesana," Kata Ando sambil mematikan panggilan telepon dari Sanskar. Ando segera mengambil tas kerja miliknya, lalu melangkah keluar dari mansion mewahnya sambil memasuki mobil mewah miliknya itu. Melihat jika Ando ingin pergi, Melodi dengan cepat berlari ke arah dimana Ando berada. Tentunya, niat Melodi hanya satu yaitu untuk menagih imbalan yang dirinya minta pada kakak tercintanya itu.
"Eisss. Tunggu dulu kak. Tadi kan aku minta imbalan padamu? Mana imbalanku?" Tanya melodi sambil tersenyum begitu manis. Tentunya mengingatkan pada Ando tentang imbalan yang dirinya minta tadi.
"Ck. Kau ini, Oke - oke kau mau apa?
Mobil baru atau perhiasan baru?" Tanya Ando seakan tidak sabaran akan jawaban dari adik perempuannya itu. Karna dirinya ingin segera berangkat ke kantor.
"Ehhmm," Melodi meletakkan jari telunjuknya di bibir mungilnya sambil berpikir keras," Aku tidak ingin sekarang. Tapi aku pasti akan memintanya nanti, oke. Bye kakakku sayang," Ujar Melodi sambil berjalan pergi tanpa rasa bersalah sedikitpun. Karna sudah menghentikan sang kakak tercintanya. Sedangkan Ando menatap sang adik dengan rasa penasarannya, tentunya tentang apa yang akan diminta oleh adik satu- satunya itu pada dirinya.
****
Perusahaan
Ando telah sampai di perusahaan miliknya. Ando berjalan masuk dengan wajah dinginnya seperti biasa, tanpa mau merespon sapaan para karyawan pada dirinya.
"Selamat pagi pak?"
"Pagi bos?"
"pagi pak Ando?"
Sapa para karyawan di perusahaan Mahabrata, meski mereka tahu bahwa sapaan mereka tidak mungkin akan di jawab oleh atasan mereka. Tapi mereka harus tetap menyapa atasan mereka setiap hari, karena mengingat Ando adalah atasan mereka sekaligus orang yang akan memberi gaji bulanan pada mereka.
Ando hanya diam sambil berjalan memasuki ruangan miliknya dan dirinya lebih memilih untuk duduk di kursi kebesarannya tanpa mau menjawab sapaan para karyawan. Ando menghempaskan tubuhnya di kursi kebesarannya untuk sekedar beristirahat sejenak.
"Suruh sekertaris baru itu ke ruangan ku segera," Ujar Ando sambil menutup telepon genggamnya sambil duduk dengan ekspresi se-datar mungkin.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk," Suara bariton yang terkesan sangat dingin itu menyuruh seseorang yabg berada di luar pintu itu untuk segera masuk.
Membuat seseorang yang mendengar suara Ando seketika bulu kudunya merinding, seakan suasana di ruangan ini tiba - tiba saja berubah menjadi sangat dingin.
"permisi Pak?" Sapa seorang gadis sambil membungkukkan sedikit tubuhnya meski dirinya merasa sangat gugup dan takut saat ini.
"Ehmmm. Duduklah," Perintah Ando sambil memutar kursi kebesarannya untuk menghadap ke depan, sambil membaca beberapa dokumen di tangannya tanpa berniat menatap sekretaris barunya itu. Matanya tetap saja fokus pada dokumen miliknya.
"CK. Sombong sekali,
Ternyata benar dia itu bagaikan manusia beku huh.!! Nada pelan terkesan berbisik sambil menatap kesal pada sosok Ando yang akan menjadi atasannya di kantor nanti.
"kau bilang apa? Manusia beku?" Berbalik menatap sang gadis dengan wajah dinginnya.
plaaaakk
Ando berdiri dari kursi yang ia duduki sambil memukul meja kerjanya tanpa bisa mengontrol dirinya sendiri. Kedua mata Ando terlihat begitu tajam saat dirinya melihat seorang gadis yang tengah duduk di hadapannya.
"Aaaahh. Copot. Copot. Copot," Pekik gadis itu sambil mengelus - elus dadanya. Sambil berbicara tidak jelas karna terkejut dengan prilaku yang Ando tunjukkan pada dirinya. Karena itu merupakan kebiasaan dari gadis itu sendiri, jika dirinya di kagetkan oleh seseorang.
Sedangkan Ando mulai menunjukkan wajah dinginnya pada gadis itu, siapa yang tidak marah bila yang ditanya justru tidak menjawab malah berbalik berbicara yang tidak jelas.
"kau ini niat bekerja atau bergosip?" Tanya Ando merasa naik darah.
"Dua. Duanya pak. Ups mak...s maksud saya kerja pak," Ujar gadis itu dengan wajah berkeringat dingin, sambil menatap kedua mata ando yang tengah melotot pada dirinya. Mata Ando berwarna biru terang membuat ketampanannya semakin bertambah.
****
"Gila. Itu mata serasa ingin lepas saja dari tempatnya. Berharap sih ia, biar tahu rasa," Batin sang gadis dirinya berusaha untuk menahan rasa kesalnya pada sosok Ando si manusia beku.
****
"Berasal dari mana kau?" Tanya Ando dengan nada dinginnya. Karna sifat seorang Ando suka sekali berubah - ubah.
"Dari italia pak," jawab gadis itu dengan menundukkan kepalanya, dengan perasaan gugup karna rasa takut yang tiba - tiba saja menghampiri dirinya.
"Apa kau bisa menjadi sekertaris saya? Tanpa ada kesalahan apa pun?" Tanya Ando sambil menatap dengan tatapan dinginnya.
"Te... Tentu saja bisa pak. Apa sih yang tidak bisa dengan wajah cantikku ini, semua akan menatapku pintar," Ujar gadis itu dengan perasaan bangga akan kecantikannya.
"Pintar? Kerja saja belum sudah berbangga diri," Balas Ando yang terkesan meledek pada gadis yang ada di hadapannya saat ini." Siapa namamu?" Tanya ando lagi.
"Jesika Rose. Pak. Tapi biasanya orang memanggilku dengan sebutan Jesi saja," Ujar gadis itu sambil mengulurkan tangannya berniat untuk menjabak tangan pria itu." Gadis itu tidak lain adalah Jesika Rose, sedangkan Ando hanya biasa saja tanpa berniat membalas sapaan dari Jesika rose atau membalas uluran tangan gadis itu. Membuat Jesika menahan rasa kesalnya karna merasa tidak di anggap ada oleh sosok Ando.
"Dasar sombong," Maki jesika sambil menghentak - hentakan kedua kaki mungilnya.
"Apa itu masalah bagimu? Mulai hari ini kau akan bekerja di sini sebagai sekertaris pribadi ku. KAU paham? Dan ya, Aku tidak ingin ada satu kesalahan apa pun itu. Kau paham itu?" Kata Ando sambil menunjuk wajah Jesika dengan telunjuknya." Ruanganmu berada di sebelah ruanganku. Kau boleh pergi sekarang," Usir Ando sambil berbalik menatap kearah jendela kaca yang berada tepat di ruangannya. Tanpa ada niatan untuk melihat ke arah Jesika yang terlihat begitu percaya diri saat ini. Melihat sifat yang di tunjukkan Ando pada dirinya membuat wajah Jesika seketika cemberut. Dirinya keluar dari ruangan Ando sambil menghentak - hentakan kedua kaki mungilnya, karena merasa tidak terima akan prilaku yang Ando tunjukkan pada dirinya.
"Dasar sombong. Terbuat dari apa dia ini? Ingin sekali aku racunin dia, Biar nurut sedikit padaku," Ujar Jesika sambil berjalan menuju ruangan miliknya yang bersebelahan dengan Atasannya. Yang tidak lain adalah ANDO MAHABRATA, baru saja Jesika ingin masuk. Seorang pria tampan menghampiri dirinya, tapi bagi Jesika tentu yang paling tampan adalah ANDO sang atasan yang sedingin es itu. Sanskar lah yang tengah berdiri dihadapan Jesika dan dirinya lah yang sudah menghentikan langkah kaki Jesika yang ingin masuk ke ruangan di mana itu akan menjadi tempatnya untuk bekerja.
"Tunggu Jesi. Bagaimana? Apa kau sudah bertemu dengan Pak Bos?" Tanya sanskar dengan nada antusias.
"Sudah pak. Tapi dia sangat sombong, entah terbuat dari apa dia itu?
Bagai es beku yang tidak dapat tersentuh oleh siapapun," Adu Jesika dengan mimik wajah tak bersahabat kali ini.
"Hehehe. Jesi itu hal biasa, pak Ando itu memang seperti itu, Ayo ikut aku sebentar saja," Kata Sanskar sambil menggenggam salah satu tangan halus milik Jesika. Jesika segera mendongak menatap wajah pria bernama Sanskar itu yang tengah menggenggam salah satu tangannya tanpa meminta izin terlebih dahulu pada dirinya. Jesika dengan perasaan tidak suka segera melepaskan genggaman tangan Sanskar pada dirinya. Ada perasaan marah tapi Jesika berusaha untuk menahan kemarahannya itu. Walau hatinya tidak suka saat melihat kelancangan pria itu pada dirinya.
"Maaf Pak Sanskar. Saya harus bekerja terlebih dahulu. Masa ia pertama masuk kerja sudah keluyuran seperti ini," Ucap Jesika penuh penekanan di akhir katanya. Mendengar ucapan Jesika pada dirinya membuat Sanskar berusaha untuk menahan kekesalannya. Meskipun Sanskar merasa sangat marah saat Jesika menolak dirinya secara terang - terangan. Sanskar merasa tertantang oleh sikap Jesika pada dirinya, tidak pernah sekalipun seorang Sanskar di tolak seperti ini.
Biasanya para gadis akan tergila - gila pada dirinya terkecuali Jesika, Ya. Jesika adalah gadis pertama yang menolak dirinya. Membuat seorang Sanskar semakin penasaran akan sikap yang Jesika tunjukkan pada dirinya.
***
"Mungkin sekarang kau bisa jual mahal padaku. Jesika,
tapi lihat saja nanti. Kau pasti akan jatuh ke dalam pelukan ku secara suka rela," Batin Sanskar penuh percaya diri." Oh baiklah. Maafkan atas sikap ku tadi pada dirimu. Mungkin aku terlalu senang karena bisa mengenal dirimu," Ujar Sanskar dengan nada selembut mungkin. Meski saat ini ia tengah berusaha untuk menahan amarahnya karna secara tidak langsung Jesika telah menolak dirinya.
"Tidak apa - apa. Pak sanskar, Saya mengerti. Oh ya, saya permisi masuk kedalam dulu. Pak," Pamit Jesika dengan senyuman tipisnya yang berusaha ia buat- buat di depan pria itu.
"Baiklah," Jawab Sanskar selembut mungkin di hadapan sosok Jesika. Hingga Sanskar menatap kepergian Jesika dengan kedua mata yang tengah fokus pada punggung Jesika yang terlihat sangat menggoda bagi dirinya saat ini.
****
Saat Jesika memasuki ruang kerja miliknya, membuat Jesika sangat terpesona dengan ruangan yang akan ia tempati.
"Oh ya ampun. Ruangan ku semewah ini, Mimpi apa aku bisa berada di tempat terindah seperti ini. Bahkan bisa menjadi seorang sekertaris tapi sayangnya bos ku itu seperti manusia Beku?" Pikir Jesika sambil memijat kepalanya yang terasa sakit saat memikirkan sosok Ando yang saat ini telah menjadi Atasannya di kantornya." Ehmm. Ngomong - ngomong aku harus be...!!! Ucapan Jesika terpotong.
Kring kring
Suara telepon berbunyi membuat sosok Jesika menghentikan ucapannya.
"Ha... HAllo dengan perusahan Ma..!!! Ucapan Jesika lagi - lagi harus terhenti.
"Cepat keruanganku segera?" Ujar sebuah suara membuat Jesika tersentak kaget. Dengan perasaan gugup saat dirinya mendengar suara si penelpon yang tidak lain adalah Ando yang merupakan Atasannya.
"Ba... baik Pak. Saya a....!!!! Baru saja Jesika ingin berbicara.
Tut Tut Tut
Terlihat jika Ando sudah terlebih dahulu mematikan sambungan teleponnya, sebelum mendengar keluhan dari dirinya.
"Dasar Es beku. Tidak bisakah melihat aku senang sedikit saja. Baru saja ingin bersantai sudah di ganggu terlebih dahulu. Ingin sekali aku menggantung dirinya hidup - hidup. Hihihi, Tapi dilihat - lihat dia tampan juga walau mukanya seperti monster," Pikir Jesika sambil menahan tawanya tanpa menatap ke arah depan.
Brukk
Jesika tanpa sengaja menabrak seseorang hingga file - file dan dokumen milik seseorang yang ia tabrak kini terlihat berantakan di bawah lantai saat ini.
"Ma... maaf. Nona, A... aku ta... tadi kurang fokus berjalan hingga aku tidak sengaja me...,! Ucapan Jesika terhenti saat dirinya mendengar suara deheman dari seorang gadis yang ia tabrak tadi. Tentunya sebelum jesika meminta maaf pada orang yang telah ia tabrak tadi. Membuat perasaan Jesika yang tadinya terlihat sangat gugup kini kembali ke mode biasa. Jesika segera berjongkok untuk mengumpulkan file - file dan dokumen milik gadis yang telah ia tabrak tadi. Dengan perasaan takut - takut dirinya segera memberikan semua file dan dokumen milik gadis yang telah ia tabrak itu. Gadis itu hanya berdehem saja sambil mengambil semua file dan dokumen dari tangan Jesika sambil berjalan pergi, tanpa mau berbicara sepatah katapun pada Jesika. Jesika menatap kepergian gadis itu penuh tanda tanya.
"Siapa nona itu ya? Kenapa jutek sekali? Perasaan tidak jauh berbeda dengan manusia beku satu itu," Pikir Jesika tentunya mengingatkan dirinya akan sosok Ando." Aku heran. Ternyata di dunia ini orang seperti itu bukan hanya ada satu di dunia ini saja, Tapi lebih dari satu," Omel Jesika tanpa dirinya sadari jika sosok Ando telah berdiri di depan pintu ruangan miliknya. Tentunya dengan kedua mata melotot sepenuhnya pada dirinya, membuat kedua bola mata Ando hampir saja keluar dari tempatnya saat ini.
"JESIKA," Teriak Ando tepat di telinga gadis itu.
Tbc,