Bayu Aksara “Sudah agak lama nggak lihat kamu menghilang saat jam makan siang kantor.” Aku mengalihkan tatapan dari layar laptop. Ternyata si bapak yang empunya perusahaan ini sudah duduk manis di kursi depan meja kantorku. Enak ya kalau yang punya perusahaan. Nggak perlu ketok-ketok pintu apalagi janjian dulu kalau mau menemui anak buahnya. Eh, tapi aku nggak tahu juga Jerome tadi sudah mengetuk atau belum sebelum masuk? Sepertinya sudah tapi mungkin aku yang nggak dengar. “Bisa aja, Pak. Saya selalu di kantor, kok,” kilahku. “Cuma sesekali saja keluar kantor waktu jam makan siang.” “Sebelum kamu pindah ke Jepang saya sempat notice kamu sering menghilang pada saat lunch. Bahkan kamu selalu menolak kalau diajak meeting sambil lunch. Alasannya mau menjemput anak pulang sekolah. Sete