Part Empat

1692 Kata
Aku memang mencintainya, tapi apa harus aku memaksa penciptanya agar dia bersanding dengan ku? Tidak bukan. Tak bisa di pungkiri bahwa Aiza memang merasa harga dirinya di injak-injak oleh lelaki yang sama sekali tidak ia kenal lebih jauh. Meski kejadiannya sudah hampir dua minggu, tetap saja Aiza tak bisa melupakan kejadian yang memalukan bagi dirinya. Namun, kejadian itu tak mengurungkan niat Aiza dan Salsa untuk membantu Reina menjadi wanita muslimah yang sebenarnya. Jika ingat Reina, Aiza menjadi bersyukur, meski Reina belum menggunakan pakaian yang longgar untuk ia pakai setidaknya Reina sudah melakukan kewajibannya pelan-pelan. Dan jika mengingat bahwa Reina menyukai abangnya sendiri membuat Aiza bingung, Aiza ingin menolongnya tapi dia sendiri saja belum bisa melupakan orang dimasa lalunya. Lalu bagimana ia bisa menolong Reina? Jika ia bisa insyaa allah ia pasti akan bantu. Tapi bagaimana jika niat Aiza membantu Reina justru malah membuat Aiza terpelosok kedalam kesedihan?   "Za, jangan bengong dong" ucap Reina yang aneh melihat Aiza melamun sendiri sambil tersenyum kadang raut mukanya terlihat bingung.   "Rei jangan ngagetin" sementara Reina hanya mengedikan bahunya pertanda bahwa ia memang tak salah. "Besok Salsa nikah kan, lo tau calon dia kaya gimana? Gada hujan gada angin gila ga sih dia langsung nikah emang kapan dia pacaran si Za ko aneh banget" ucap Reina dengan menatap Aiza meminta penjelasan. Dan di balas senyuman oleh Aiza yang menurut Reina itu senyum yang menjengkelkan sekali.   "Mereka dijodohin, lagian dalam islam gaada yang namanya pacaran baru nikah, yang ada nikah dulu baru pacaran" Aiza menjelaskan sambil meminum minuman favoritnya.   "Ya tapi, kalo ga pacaran mana tau kita sifat laki-laki itu kaya gimana. Trus gimana kalo ternyata laki-laki yang dijodohin sama Salsa bukan laki-laki baik kan kasian dia. " lagi-lagi Reina mencari pembenaran untuk argumennya. "Rei, kalo kita pacaran sebelum nikah itu pernikahan kita gaakan berkah, lagian aku yakin selama kita yakin sama allah insyaa allah dia bakal berjodoh dengan lelaki baik. Seperti janji allah dalam al-qur'an bahwa wanita baik untuk lelaki baik begitupun sebaliknya" "Kalo wanitanya baik tapi laki-lakinya absurd gimana tuh? " "Nah, siapa tau itu jadi ladang pahala buat kita. Lagian allah tau ko mana yang baik untuk kita. Udah jangan ngomongin dulu jodoh, nanti juga dia dateng sendiri. " ucap Aiza.  Aiza lama-lama kesal dengan Reina, dia saja belum punya jodoh tapi Reina sudah menannyakan itu pada Aiza, anak ini memang aneh. Dan Reina hanya diam seperti memikirkan sesuatu. Lagi. "Oh iya, kamu mau berangkat sama siapa ke nikahan Salsa? " tanya Aiza siapa tau anak itu ingin berangkat bersama.   "Gue paling sama bang Reyhan. " ucap reina dengan nada lesu.   "Ada apalagi Rei. " "Gue mau ngelupain dia Za, tapi susah. " ucap Reina dengan nada putus asa.   Mungkin jika yang dia cintai bukan abangnya sudah pasti Reina takan mau melupakan. Karna Reina hanya pertama kali jatuh cinta dan itu pada abangnya sendiri. Aiza bersyukur setidaknya cintanya tak terlalu rumit seperti Reina.   "Kamu harus yakinin diri kamu sendiri Rei, supaya kamu bisa ngelupain dia. " Aiza menasehati orang seperti mudah sekali. Tapi bahkan Aiza sendiri tidak bisa melupakan pria yang masi mengisi hati Aiza sedari lama.   "Kamu bisa bantuin aku?" pinta Reina memohon membuat Aiza mengerutkan alisnya. "Emang apa yang harus aku bantu? " "Kamu janji dulu bakal bantu aku. " Reina memaksa Aiza kembali. "Iya iya insyaa allah. " ucap aiza akhirnga dibalas senyuman yang manis namun mengerikan bagi aiza. Dan Aiza salah karna telah berjanji. Jani yang mungkin akan mematahkan hatinya sendiri. *** Pagi-pagi sekali Aiza sudah bersiap-siap. Padahal hari ini dia tidak ada jadwal untuk pergi ke kampus. Deringan ponselnya membuat ia mengalihkan pandangannya terlebih dahulu.   "Iya wa'alaikumussalam Sal, ini aku lagi siap-siap sebentar lagi.  Gak sabaran banget sih. " "Gausa gugup semuanya pasti lancar. Kalo gitu aku sarapan dulu abis itu berangkat yah assalamu'alaikum. " "Umiiii" panggil Aiza sambil berjalan mencari uminya di dapur. Tempat kesayangan uminya. "Ada apa sayang ko teriak-teriak gabaik anak perempuan kaya gitu" Aiza yang di ceramahi hanya bisa tersenyum dan dibalas gelengan maklum dari Hanum. "Abi mana? Tumben belum dateng" Aiza menanyakan itu dan sambil duduk di meja makan bersama uminya dan menunggu sang abi. "Abi lagi di depan ada tamu" "Pagi-pagi ko namu" ucap aiza. Sebab sekarang masi pukul enam pagi tapi sudah ada yang bertamu. Terlalu pagi, Pikirnya "Gak boleh gitu, kita harus tetep memuliakan tamu. " ucap Hanum mengingatkan kembali.   "Iya umi maaf" Aiza pun menyesal dengan apa yang dia ucap kan tadi.   "Panggil abi dan rekan kerjanya, suru mereka kesini dan makan bersama" Aiza mengangguk dia berjalan menghampiri Abinya. Terlihat laki-laki berkoko putih membuat hatinya adem. Aiza mengenyahkan pikirannya, segera ia memanggil sang Abi. "Abi, kata umi abi sama temen abi suru masuk, kita sarapan bersama, kalo gitu Iza masuk duluan yah assalamu'alaikum" ucap Aiza sambil menudukan pandangannya.  Dia gugup, ternyata yang bersama abinya adalah lelaki yang Reina cintai. Malas sekali dia tadi memuji lelaki itu. Aiza pun duduk kembali di samping Uminya.   "Ayo han, jangan malu-malu silahkan duduk kita makan dulu" ucap abinya pada pemuda tadi. "Ia pak, terimakasih." ucap Reyhan dan langsung duduk di samping Umar. Akhirnya mereka menyantap makanan sambil diam. Itulah prinsip di dalam keluarga Aiza bahwa makan tidak boleh sambil berbicara. Setelah makan Aiza akhirnya berani menatap abinya yang jelas mengundang Reyhan untuk menatap dia juga.   "Abi aiza langsung ke rumah Salsa yah" ijin aiza   Dia hanya menatap abinya tak mau menatap lelaki yang duduk di sebelah abinya. Dia masi kesal, tak dendam memang hanya saja mengingat kata-katanya kemarin mampu membuat Aiza kesal sendiri.   "Iya, kenalin ini rekan kerja abi Reyhan. " ucap abi mengenalkan lelaki yang jelas Aiza kenal. Lelaki yang seenaknya menurut Aiza. Sementara sang empu nama hanya tersenyum tipis.   "Aiza" akhirnya mau tak mau dia menatap Reyhan sebentar lalu mengalihkan kembali tatapannya pada umi dan abinya.   "kalo gitu Iza berangkat assalamu'alaikum, Mas Reyhan saya duluan" ucap Aiza. Dia tak ikhlas dengan kata-kata terakhirnya yang menyebut Mas Reyhan. Sementara sang empu nama hanya tersenyum merasa geli dengan panggilan Aiza. Lalu Aiza menyalimi tangan kedua orang tuanya. "Hati-hati bawa motornya" ucap uminya mengingatkan kembali. "Iya umiii"  ujar Aiza. "Maaf ya nak Reyhan, Aiza memang seperti itu" ucap Hanum sungkan. Anak gadisnya itu memang tak bisa bersikap manis. Selalu menjadi aiza yang kekanakan dan manja tak pernah berubah meski kini usianya sudah menginjak 20thn lebih. Sementara Reyhan hanya tersenyum maklum, merasa berbeda dengan Aiza yang ia temui dua minggu lalu. *** Akhirnya setelah menempuh perjalanan menggunakan motor kesayangannya Aiza sudah sampai dan duduk di kamar Salsa, melihat Salsa yang sedang dirias sesederhana mungkin.   "Za, aku gugup. " ucap Salsa. Riasannya sudah selesai, karna tepat setengah jam lagi ia akan menjadi seorang istri.   "Udah, calon pengantin gaboleh gugup gitu. Nanti riasannya jelek" ucap Aiza dengan kekehannya dia merasa bosan dengan kata gugup yang keluar dari mulut Salsa. "Ih kamu ini, Reina mana ko dia ga kesini?" tanya salsa. Merasa aneh dengan anak itu bukannya dia yang paling rempong saat salsa memberikan undangan kepada kedua sahabatnya sampai-sampai Reina terus mengoceh menannyakan ini itu membuat Aiza dan Salsa pusing sendiri.   "Dia nanti kesini sama abangnya" "Aku masi kesel Za, sama abangnya Reina.  Trus ko bisa gitu dia bisa suka sama abangnya sendiri kan aneh. " ucap Salsa menanyakan sesuatu yang memang mengganjal di hatinya. "Suut itu ghibah gaboleh. " ucap Aiza mengingatkan kembali Salsa bahwa itu ghibah dan kalo sudah berurusan dengan ghibah wanita itu takan mau diam. Aiza pun sama jika tak ingat dengan dosa ghibah yang Uminya ingatkan mungkin dia akan terus meladeni Salsa. Salsa pun yang paham langsung tersenyum tanpa dosa.   "Salsa, pengantin lelakinya sudah datang, siap-siap ya sebentar lagi ijab kabul" ucap bundanya mengingatkan salsa yang justru membuat Salsa bertambah gugup.   "Aiza bunda titip Salsa ya, nanti setelah ijab kabul bunda panggil kalian lagi Assalamu'alaikum" "Wa'alaikumussalam" ucap keduanya. "Udah berdoa aja sa insyaa allah semuanya lancar" ucap Aiza membuat Salsa berdoa di dalam hati agar semunya berjalan lancar. "Saya terima nikahnya Salsabila Airin Nabila binti Danuarta Anggara dengan mas kawin tersebut dibayar tunai"  "Za, aku gugup" sementara Aiza hanya diam melamun. Sepertinya tak asing dengan lelaki yang barusan mengucapkan ijab kabul. "Za" ucap Salsa membuat Aiza kembali ke dunianya.   "Assalamu'alaikum"   "Wa'alaikumussalam" "Salsa, Aiza ayo" ucap bunda salsa.   Aiza seperti tak sesemangat tadi setelah mendengar suara itu. Membuat ia menerka-nerka siapa lelaki yang menjadi suami Salsa sebenarnya? Akhirnya mereka keluar dengan posisi Salsa berada di tengah-tengah Bundanya dan Aiza. Salsa tersenyum menahan rasa gugupnya. Sementara tanpa Salsa sadari setelah melihat suami Salsa membuat Aiza terdiam kikuk. "Dika" ucap Aiza dengan nada sepelan mungkin. Tapi lelaki itu tak menyadari hadirnya aiza disini. Aiza hanya bisa terdiam mentap dua insan yang sedang tersenyum bahagia. Dia bahagia melihat Salsa sudah memiliki jodohnya. Tapi apa harus Dika yang menjadi jodoh Salsa? Apa harus Dika? Apa harus? Aiza terdiam menahan air matanya yang mendesak keluar. "Astagfirullah" ucap Aiza pelan.   Akhirnya dia memberanikan diri. Aiza menatap Dika.  Dan Dika membalas tatapan aiza dengan terkejut, dibalas senyuman tipis oleh aiza. "Sal selamat ya, dan Mas Andika selamat. Semoga kalian sakinah mawadah dan warahmah" ucap Aiza dengan senyum yang di paksakan sementara Dika hanya terdiam melihat gadisnya. Gadis yang tetap masi singgah di hatinya.  Mungkin jika bukan keinginan orang tuanya untuk menikahi Salsa. Sudah pasti Dika lebih memilihi Aiza wanita yang ia cintai sedari dulu.   "Makasi yah Za, kamu emang sahabat aku yang terbaik" ujar Salsa. Mungkin Salsa tak menyadari senyum Aiza yang di paksakan. Sementara Aiza hanya tersenyum mendapatkan pelukan dari Salsa dan tersenyum pedih pada Dika yang melihat mereka berdua. Setelah melepaskan pelukannya Aiza pamit.   Aiza tak sanggup berlama-lama disini. Tujuh tahun dia menunggu Dika. Selama itu dia tidak membuka hatinya. Karna menunggu seorang Dika yang sekarang justru menjadi kekasih halal Salsa. Aiza kecewa, dia sudah menunggu sekian lama. Dia sudah mengorbankan hidupnya dengan memikirkan seorang Dika yang mungkin sudah melupakan Aiza. Kenangan yang melintas di pikiran Aiza mencoba ia tepis beberapa kali. Dimana dengan gagahnya Dika menjanjikan akan datang melamarnya dan menjadikan Aiza sebagai ibu dari anak-anaknya dihadapan Abi dan Bundanya. Bagaimana gagahnya Dika seorang bocah smp mengucapkan itu semua. Meski terdengar guyonan tapi dia tetap menunggu datangnya Dika untuk melamar Aiza. Dia sudah menunggu. Apa harus penantiannya selama ini berakhir kecewa? Apa bisa dia mengikhlaskan Dika untuk Salsa? sahabatnya sendiri?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN