4 : Saskia - Zasten

1243 Kata
Tanpa diduga-duga sebelumnya, ada sekelompok werewolf lain yang membantu Crismoon untuk melawan para rogue. Alpha yang memimpin sekelompok tersebut bernama Zasten, pada akhirnya Klan Black Rogue pun harus mundur teratur, mereka tidak akan menang melawan Zasten, sementara Jamien sendiri entah berada dimana. Anak buah yang tadinya Jamien kerahkan pun pergi melenggang dari arena pertarungan, mereka masih menyayangi nyawa masing-masing dan tidak ingin mati konyol ditangan Zasten Alhembra. Alpha Leo cukup terkejut dengan kedatangan bala bantuan dari Bluemoon pack, sebelumnya ia dan Zasten hanya pernah bertemu beberapa kali saja saat diadakannya pertemuan antar para Alpha. Keduanya tidak cukup dekat, tapi kenapa Zasten mau menolongnya? "Terimakasih telah membantu kami, Alpha Zasten." Alpha Leo tetap berkewajiban untuk menyambut rombongan Bluemoon dengan baik, meskipun otaknya masih terus bertanya-tanya. Alpha Zasten mengangguk singkat, ia memperhatikan fisik dari Alpha Crismoon yang terluka cukup parah. "Smith, kau membawa ramuan penyembuh luka?" Alpha Zasten menoleh ke belakang, bertanya pada Betanya yang berdiri setia di belakang sang majikan. Smith memajukan langkahknya, pria tampan itu mengulurkan botol porselein yang berisi ramuan penyembuh luka. Meskipun seorang werewolf memiliki kekuatan penyembuhan diri, tapi luka yang dihasilkan oleh cakaran rogue memiliki racun yang berbahaya, harus ada ramuan lain untuk menyembuhkannya. Alpha Leo semakin mengerutkan keningnya, entah ada niatan apa Alpha Zasten tiba-tiba begitu baik padanya? Ah, tidak-tidak. Seharusnya ia tak boleh berpikiran macam-macam, siapa tahu Alpha dari Bluemoon itu memang ingin menolongnya. "Obati lukamu dengan ramuan ini, Smith akan membagikannya pada warriormu." Ujar Alpha Zasten. "Sekali lagi ku ucapkan terimakasih." Jawab Alpha Leo dengan penuh ketulusan. Alpha Zasten hanya berdehem singkat, matanya menerawang ke sekitar pack Crismoon yang hancur akibat pertarungan beberapa saat tadi. Ia menajamkan indra penciumannya, tidak salah lagi, orang yang dicarinya memang berada di sini. Dari arah depan sana, ada seorang gadis yang berlari tergopoh-gopoh dengan peluh menetes, tujuannya hanya satu; menemui kakaknya. Alpha Leo menatap Saskia dari kejauhan, ia merasakan ada suatu hal buruk yang akan disampaikan oleh adiknya. Deru napas Saskia terengah-engah, saat ia sampai tepat di depan kakaknya, matanya membulat terkejut. Ia terkejut mendapati seorang pria bertatapan tajam berdiri di samping kakaknya dan matanya sedang menatap korneanya dengan menghunus. Saskia membatu, aroma menyegarkan masuk ke dalam indra pernapasannya. Mate! "Ada apa, Kia?" Alpha Leo segera menginterupsi keterkejutan adiknya. Saskia sadar dari keterkejutannya, ia menelan ludah susah payah. "Kak Irish, ia pendarahan." Ujar Saskia dengan sekali tarikan napas. "Apa? Lalu, bagaimana keadaan istri dan calon anakku." "Mereka sedang dirawat di ruang medis, Kak Irish membutuhkanmu." Tambah Saskia, ia sedikit melirik ke arah Zasten, jantungnya berdegup dengan kencang. Zasten sendiri menatap Saskia dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, tapi pandangannya tidak lepas dari gadis itu selama beberapa menit. Tiba-tiba saja bulu kuduk Saskia meremang, ia takut jika rahasianya terbongkar. Emerald, wolf Saskia melolong senang di dalam sana, akhirnya ia menemukan mate-nya. Emerald selalu memperingatkan Saskia untuk tidak menjalin romansa dengan pria lain, tapi gadis itu selalu membangkang. Dengan kehadiran mate mereka, maka Saskia akan menyudahi hubungannya dengan pria tidak jelas bernama Jared itu. Namun, saat Emerald memperhatikan Zasten dari dalam pikiran Saskia, ia sedikit tak percaya diri. Kemarin ia sempat menghirup aroma ini meski cukup samar, Emerald meyakinkan Saskia bahwa aroma itu milik mate mereka. Namun, Saskia yang saat itu sedang terlena oleh cinta semunya pun mengabaikan aroma samar-samar yang masuk ke indra penciumannya. Dalam hati Emerald sangat takut jika mate-nya saat itu mempergoki Saskia yang sedang berduaan dengan laki-laki lain, lihat saja raut wajah Zasten, pria itu berekspresi datar. Jika biasanya wolf laki-laki akan kegirangan bertemu dengan mate-nya, kali ini berbeda dengan Zasten yang tampak menampilkan ekspresi menahan amarah. Ya, sepertinya Zasten memang tahu apa yang dilakukan Saskia bersama pria lain kemarin. "Aku akan ke sana! Valdo, tolong jamu Alpha Zasten beserta rombongan, bawa mereka ke tempat yang masih layak." Alpha Leo segera memerintahkan Gama packnya. "Baik, Alpha." Ujar Valdo, seorang Gama yang posisinya satu tingkat di bawah Beta. Setelahnya, Alpha Leo pamit undur diri karena harus menengok keadaan istri dan calon bayinya. Saskia terdiam ditempat, ia tidak tahu harus melakukan apa. Sedangkan wolf-nya terus memojokkan gadis itu, Emerald menyalahkan Saskia karena gadis itu berselingkuh dengan pria lain, dibanding dengan menunggu pasangan jiwanya. Belum lagi aroma Zasten yang sangat harum, ia ingin terus menghirupnya. Zasten sendiri belum ada niatan untuk merengkuh gadis itu meskipun hatinya terus memberontak ingin segera mengklaim miliknya, ia harus menyelesaikan suatu urusan terlebih dulu sebelum mengklaim Saskia. "Alpha Zasten, silahkan ikuti kami." Ujar Valdo. Mendengar seruan membuat Zasten mengalihkan tatapan, ia melirik ke arah Valdo dengan tatapan datar andalannya. "Tidak perlu, kami akan langsung kembali ke pack." Zasten menjawab dengan penuh penekanan. Saskia mencoba memberanikan diri untuk menatap pria itu lekat-lekat, saat itu pula Zasten juga menatap gadis itu. Pandangan keduanya saling bertaut satu sama lain, Zasten menggeram rendah, kedua tangannya terkepal dengan erat. Saskia melirik ke arah bawah, Zasten nampak sedang mengepalkan tangan untuk meredakan emosi. Emosi? Entah untuk apa, mungkin saja apa yang dikatakan Emerald ada benarnya. Zasten memergokinya jalan berdua bersama Jared kemarin, sial sekali nasibmu, Kia! "Anda tidak ingin singgah sebentar saja? Setidaknya biarkan kami membalas jasa budi Anda karena telah membantu Crismoon pack." Valdo berujar lagi, ia merasa tidak enak hati jika harus membiarkan rombongan Bluemoon pack pergi tanpa penjamuan. Zasten tersenyum miring. "Lain kali aku akan ke sini," ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Saskia. ".... dengan tujuan yang berbeda." Lanjutnya dengan suara berbisik, hanya Saskia yang dapat mendengarnya. Lagi-lagi Saskia dibuat terkejut oleh sikap pria itu, kali ini tubuhnya menegang. Valdo tersenyum ramah, ia tidak bisa memaksakan kehendak Alpha satu ini. "Baiklah jika begitu, kami akan senantiasa menunggu kedatangan Anda dengan senang hati." "Gama Valdo, kami beserta rombongan undur diri." Seorang pria yang tadinya mengawal sang Alpha berujar, ia adalah Smith. "Silahkan, berhati-hatilah selama perjalanan." Valdo membungkuk hormat. Zasten menatap Saskia untuk terakhir kalinya, tangannya seolah ingin bergerak dengan sendirinya guna merengkuh tubuh gadis itu. Namun, rasa sakit hatinya masih melanglang buana, kemarin ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Saskia bergelayut manja dilengan seorang pria asing, keduanya tampak sangat mesra dan memiliki panggilan sayang yang khusus. Untuk itu, sekuat tenaga ia menekan keinginannya memeluk Saskia, Zasten akan mencari tahu segalanya terlebih dulu. "Terimakasih telah membantu pack kami." Ujar Saskia setelah sekian lama terdiam, lidahnya seakan kelu untuk digunakan berbicara. Zasten tidak menanggapi ucapan Saskia, ia langsung mengepakkan zirah kebesarannya lalu melenggang pergi dari tempat itu. Hati Saskia sakit bagai tertohok ribuan belati, kenapa rasanya perih sekali saat diabaikan oleh orang yang kita sayangi, meski dalam pertemuan pertama. Saskia akui, ia langsung jatuh cinta pada Zasten, terlebih lagi ia telah membantu packnya. "Bodoh kau, Saskia. Jika sampai Zasten membenci kita, aku tidak akan memaafkanmu." Emerald berujar hingga terdengar menyedihkan, ia marah terhadap sisi manusianya yang begitu ceroboh. "Maafkan aku, Eme." Lirih gadis itu. Ia mendongak menatap ke arah dimana Zasten berserta rombongannya pergi, pria berlengan kokoh itu sudah sangat jauh, jauh untuk Saskia gapai dan rengkuh. "Nona?" Valdo yang masih ada disekitaran tempat itu mengernyitkan dahi bingung, ada apa dengan adik dari Alpha Leo ini? "Ah, ya. Bantu perkuat keamanan untuk Kak Irish, aku kasihan dengannya karena hampir saja kehilangan calon bayinya." Saskia berusaha mengalihkan pembicaraan, ia mengusap bulir air matanya dan berusaha untuk tersenyum lebar. Valdo mengangguk patuh. "Baik, Nona. Saya permisi." Setelah kepergian Valdo, tubuh Saskia meluruh ke tanah, ia menangisi nasibnya yang entah bagaimana kedepannya. Bagaimana cara menghadapi Zasten, apa yang akan pria itu lakukan, siapa yang akan membantunya untuk meluruskan masalah?! Penyesalan selalu datang di akhir sebuah keadaan. Jadi, seperti ini rasanya diabaikan oleh mate-nya sendiri?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN