Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang setelah selesai makan, Inge menginap di apartemen Zella. Dia juga ingin marathon Drakor dengan sahabatnya itu.
"Gue mau mandi, pinjem baju ya?" Ucap Inge kepada Zella.
"Iya ambil aja, kek biasanya" jawab Zella.
Zella bangun dari posisinya saat bel apartemen nya berbunyi, dia membuka pintunya setelah melihat Brian yang berada di depan sana.
"Apaan?" Tanya Zella langsung.
"Zell..." Ucap Brian lirih dia tau apa yang diinginkan laki laki itu dan kali ini dia akan menolaknya.
"Nggak!" Tegas Zella bahkan dia berusaha menutup pintunya.
"Zell..." Brian mulai merayu Zella dengan segala kelembutannya itu.
"Nggak Ian! ada Inge disini"jawab Zella lalu menutup pintunya setelah Brian lengah.
"Sial!!!" Umpat Brian keras.
Zella terkejut setelah mendengar u*****n dari laki laki itu. Baru kali ini dia menolak permintaan laki laki itu, tapi dia senang setidaknya dia bisa menjaga harga dirinya walaupun sudah diinjak injak oleh Brian.
Dia tidak mau lagi menjadi pemuas nafsu laki laki itu, sudah cukup selama ini dia terlalu bodoh menyerahkan hati dan harta berharga miliknya untuk laki-laki yang tidak pernah memandangnya itu.
Sudah cukup, dia ingin mengakhiri cinta sepihaknya saat ini. Dia tidak ingin terjebak oleh dosa yang sama hanya karena perasaannya yang terlalu dalam untuk laki laki itu.
"Siapa Zel?" Tanya Inge yang habis mandi.
"Ah, nggak penting kok. Buruan gue punya koleksi drama baru, kamu nonton duluan aja. Aku mau mandi dulu" ucap Zella kepada sahabatnya.
Setelah selesai mandi akhirnya Zella ikut nonton bersama Inge, mereka berdua sama saja. Padahal tadi habis nonton masih saja butuh asupan nonton oppa oppa Korea yang tampan itu.
"Ya ampunnn suamiii gue, Daebakkkk!!!! Makin cakep Ya Lordd" teriak Inge memekakkan telinga Zella.
Sahabatnya emang toa banget jadi orang, bisa nggak sih sehari nggak usah teriak teriak seperti itu pasti adem dan tentram banget dunia. Tapi dia bersyukur adanya Inge membuatnya terbebas dari Brian.
Laki-laki itu tidak mungkin berani memaksanya jika ada orang bersama Zella, dia tidak mungkin membongkar aibnya sendiri bukan? Di luar sana saja dia sudah mempunyai pacar tapi minta itu sama dia. laki laki itu memang nggak punya otak, tapi yang mengherankan lagi kenapa sih Zella bisa suka sama laki-laki itu? Masih banyak laki laki yang lebih baik dari pada Brian.
***
'Zell, kita perlu bicara'
begitulah pesan yang dikirimkan oleh Brian kepadanya. Bodo amat batin Zella dia sudah ingin bertekad berhenti mengharapkan Brian di hidupnya. Dia ingin memulai awal yang baru walaupun nanti dia akan hidup sendiri. Dia sadar dia bukan wanita suci, dia tak ingin mengharap hal yang terlampau jauh untuk hidupnya. Bisa terbebas dari Brian itu termasuk hal yang sangat melegakan hatinya.
"Sekarang Lu, pindah sini aja Nge biar ga usah bayar sewa" pinta Zella.
"Beneran nih? Mayan menghemat uang" jawab Inge girang.
"Lagian juga kita bentar lagi lulus" tambah Zella.
Dia sudah memantapkan hatinya untuk menerima tawaran kerja di negeri sakura itu, dia ingin sepenuhnya terbebas dari bayang bayang Brian.
Mereka akhirnya tertidur dengan laptop yang masih memutar drama Korea yang mereka tonton.
Berbeda dengan apa yang dialami oleh laki laki ini, dia sangat kesal dengan penolakan yang dilakukan oleh sahabatnya itu. Apalagi dia sangat kacau sekarang dan dia butuh melakukan itu dengan Zella. Entah apa yang dipikirkan Zella hingga dia berubah secepat itu.
"I need you Zell," lirih Brian.
***
Zella terbangun dari tidurnya, dia merasa tidak tenang dan malahan terbangun. Dia mulai mengecek ponselnya dan banyak telpon masuk ke dalam Ponselnya, dia Brian entah kenapa hati Zella merasa tidak tenang setelah memikirkan laki laki yang beberapa tahun ini mengisi hatinya.
Zella bangun dari tidurnya dan mulai menelpon sahabatnya itu. Sengaja dia menelpon di ruang tengah karena takut Inge terganggu tidurnya. Ini sudah masuk jam dua pagi dan dia terbangun karena tidak tenang dengan keadaan Brian.
"Kenapa sih ! Lo selalu ada dalam pikiran gue Ian? Gue udah lelah dengan semua ini" monolog Zella.
Dering ke tiga akhirnya Brian mengangkat telponnya. Laki laki itu diam dan tidak mau bicara tapi sekali bicara membuatnya terkejut dan langsung membuka pintu apartemen miliknya.
"Lu kenapa sih ?"tanya Zella heran, laki laki itu tidak seperti yang Zella kenal.
Brian langsung memeluk Zella dan menyandarkan kepalanya di pundak Zella. Karena merasa tidak enak berada di depan pintu, akhirnya Zella mengajak Brian masuk ke ruang tamu.
"Lu kenapa? Cerita sama gue" ujar Zella.
Laki laki itu terdiam tapi langsung memeluk Zella, dia itu punya pacar tapi kenapa selalu datang ke dia saat dalam masalah ke gini. Kan hal ini membuat Zella salah paham jika Brian juga selama ini punya rasa yang sama kepadanya.
"Zella, gue sayang sama Lu."ucap Brian lirih sebelum pingsan dalam pelukan sahabatnya.
Jantung Zella berdegup dengan kencang, tapi dia segera menghilangkan rasa itu.
"Lu, bisanya nyusahin gue Bri! Gue capek kayak gini terus" ujar Zella.
Wanita itu langsung membaringkan Brian di sofa besar ruang tamunya, dia baru sadar jika banyak lebam di muka sahabatnya itu. Bau alkohol pun sangat menyengat dari mulutnya.
"Bisa nggak sih nggak usah mabok kayak gitu Bri! Kapan lu berubah?" Monolog Zella.
Dia langsung menuju ke dapur mengambil peralatan kesehatannya. Dia harus mengobati sahabatnya sebelum lukanya semakin parah.
"Jauh dari lu kenapa susah banget sih?" Lirih Zella
Dalam hati dia sudah memutuskan untuk menjauhi Brian, tapi melihat kondisi sahabatnya yang seperti ini dia tidak tega tapi dia juga tidak mungkin kan harus mengalah dan menyerahkan semuanya lagi untuk laki laki di hadapannya ini? Dia udah nyerah tapi keadaan memaksanya untuk bertahan.
Entahlah dia pasrah akan dibawa kemana alur kehidupan yang di siapkan Tuhan untuk nya. Dia hanya berharap jika suatu saat nanti Tuhan menyiapkan akhir yang indah untuk kehidupannya.
Setelah selesai mengobati Brian, Zella memutuskan untuk kembali ke kamarnya dia tidak ingin Inge curiga dengan hubungannya bersama Brian saat ini. Entah sampai kapan dia akan menyimpan semuanya tapi dia berharap nanti di saat masa yang tepat dia bisa jujur dengan semuanya.
***
Pagi pagi sekali Zella sudah bangun dari tidurnya, dia berniat untuk memasak sayur sop. Dia tahu setelah mabok pasti Brian butuh sesuatu yang membuat perutnya lebih enakan.
Dia juga merasa bodoh, sudah berkali kali di sakiti masih saja memikirkan orang itu. Brian masih menjadi prioritas dalam dirinya. Sungguh dia berharap segera bisa mengenyahkan segala rasa yang sudah seharusnya tidak ada.
Dia merasa menjadi orang ketiga dalam hubungan percintaan Brian, apalagi kenyataan hanya sebagai pemuas nafsu membuat batin Zella bergejolak merasa sangat hina dan kotor. Dia sangat bersalah kepada Tuhan dan orang tuanya, dia tidak menepati janjinya untuk menjaga diri dan bahkan dia sendiri yang masuk dalam lubang kelam itu.
Laki laki itu bangun setelah mencium bau masakan, dia duduk di kursi makan dekat dengan posisi Zella yang sedang melanjutkan masaknya.
"Minum dulu" perintah Zella, Brian pun melakukan apa yang diperintahkan oleh sahabatnya itu.
"Gue lapar" ucap Brian seolah tidak ada masalah tadi malam.
"Sabar" jawabnya singkat dan terkesan cuek.
"Gue salah apa lagi? Lu ngehindarin gue" tanya Brian.
"Pikir aja sendiri!" Zella sudah tidak mau panjang lebar menanggapi sahabatnya itu. Laki laki itu juga akan tetap pada perlakuannya walau sudah di jelaskan.
"Lu tau kan, gue..." Belum selesai berbicara, Inge sudah nyerocos karena mencium bau masakan Zella.
"Uuh sedapnyeeee" pekik Inge , membuat Brian menghentikan ucapannya.
Inge langsung menghampiri Zella dan bertanya kapan Brian ada disini? Kok dia tidak tau kalau semalem Brian datang. Zella hanya menjawab seadanya dia juga malas banyak bicara pagi pagi begini. Sudah cukup perasaannya merasakan sakit.
Bersambunggg