BAB 5

1316 Kata
Zella bangun dari tidurnya, tubuhnya semakin remuk dan dia bahkan tidak bisa melihat semuanya dengan jelas. Pandangannya blur karena kepalanya yang terlalu pusing sungguh dia tidak kuat. Brian yang baru datang dari luar kamar langsung membantu Zella untuk bangun dari tidurnya, dia mengangkat Zella dan membawanya ke kamar mandi. Sungguh perlakuan Brian membuat Zella takut, laki laki ini semakin membuatnya takut karena kepribadian nya yang berubah ubah seperti ini. Bagaimana bisa bebera waktu lalu dia memperlakukannya sangat kasar dan sekarang berubah menjadi malaikat yang sangat baik. "Aku akan membawakan pakaian ganti milikmu, Zell" ucap Brian entah dia bahkan tidak sadar jika sedari tadi dia dan Zella menggunakan kata 'aku dan kamu' tidak seperti biasanya yang menggunakan Lo dan gue yang menjadi bahasa keseharian mereka. Zella hanya mengangguk dengan pelan, kepalanya pusing tapi dia butuh kekamar mandi karena kandung kemihnya terlalu penuh dan ingin segera di keluarkan, dia bahkan tergoda untuk berendam di air hangat. Dia ingin membuat badannya rileks dan setidaknya pikirannya bisa teralihkan dengan aroma terapi miliknya. "Brian" panggil Zella lirih. Setiap dia ingin berteriak atau berbicara terlalu keras kepalanya terasa pusing badannya juga masih sakit. "Kenapa Zell?" Tanya Brian, bahkan dengan tidak tau dirinya dia langsung masuk kedalam kamar mandi itu. "Aku mau berendam, mungkin akan sedikit lama" ucapan Zella langsung diangguki oleh laki-laki itu. Brian tidak ingin menyakiti hati sahabatnya lagi. "Zell, gue minta maaf" ucapan Brian, laki laki itu sudah kembali dengan bahasa kesehariannya. "Gue lagi ga pengen bahas itu" ucap Zella kembali cuek, dia kira Brian sudah berubah dengan memanggilnya dengan sopan dan sekarang sudah kembali dengan 'gue dan lu' memang Zella seharusnya berusaha lebih keras untuk melupakan Brian. Dia sudah bertekad, sebentar lagi dan Zella menantikan waktu itu dia akan menjauh dan akan terbebas dari Brian. Dia akan menjalani kehidupan barunya tanpa bayang bayang laki laki yang selalu menyakiti hatinya itu. *** Setelah selesai mandi Zella akhirnya menuju dapur untuk mengambil minum, badannya sudah lumayan membaik sekarang dan dia merasa lapar. Saat melihat jam yang menempel di dinding dapurnya jarum tersebut menunjukkan pukul setengah tujuh malam, dia terlalu lama tidur dan berendam hingga sampai lupa waktu. Bahkan dia lupa memberi kabar kepada sahabatnya, dia tidak ingin membuat Inge khawatir tapi, perlakuan Brian sudah tentu membuat sahabatnya tidak bisa tertidur nyenyak malam ini. "Ngapain?" Suara itu menghentikan lamunannya. "Gue udah beliin Lu makanan, nggak usah makan itu" ucap Brian saat melihat Zella ingin menggoreng telur. Zella hanya menurut apa yang di lakukan oleh laki laki yang ada di hadapannya itu, sudah cukup dia tidak mau menolak karena takut Brian akan bertindak kasar padanya. "Makan, nanti obatnya langsung minum" ucap Brian setelah membuka bungkus makanan untuk Zella. Zella memakan makanannya walau lidahnya terasa sangat pahit, dia bahkan rasanya susah untuk menelan makanannya tapi dia memaksa agar habis semua. Setelah makan dia akan langsung minum obat dan melanjutkan istirahatnya. Dia masih merasa pusing dan badannya masih terasa sakit. "Gue mau ngomong bisa?" Tanya Brian pada Zella. "Jangan sekarang , Bisa? Aku lagi sakit Bri" lirih Zella, wanita itu langsung meninggalkan meja makan dan menuju kamarnya. entah kenapa pusing yang dirasakannya semakin membuat kepalanya sakit dia bahkan hampir jatuh kalau tidaj pegangan kursi dekat dapur itu. "Zell,," teriak Brian, laki laki ini merasa menyesal dengan perlakuannya yang sangat kasar kepada sahabatnya. Zella semakin menghindarinya dan semakin dingin sikapnya, Brian bingung apa yang harus dilakukannya agar Zella percaya lagi padanya? Dia tidak ingin di tinggalkan oleh Zella. Brian membantu Zella sampai di ranjang wanita itu, Zella langsung memejamkan matanya tanpa mau memandang atau mengucapkan terima kasih karena Brian membantunya, yang dia ingat semua ini terjadi karena Brian yang terlalu jahat kepadanya. Harta berharga dan kehidupannya hancur karena sahabatnya ini. Entah apa yang ada dipikiran Brian hingga dia berubah seperti monster yang sangat menyeramkan seperti ini. Brian bahkan sampai melupakan Lona untuk sejenak, dia terlalu diliputi rasa bersalah karena perlakuannya yang sangat b******k kepada sahabatnya. Brian tidak bisa mengontrol dirinya dan berubah saat di liputi emosi dalam dirinya. "Maaf, La..." ujar Brian, dia ikut tidur memeluk Zella dari belakang. Zella menangis dalam diam 'Mencintaimu apakah harus sesakit ini Bri?' batin Zella, sudah banyak air mata yang keluar hanya karena perasaannya yang tidak terbalas dan semua perlakuan Brian semakin membuatnya seperti w************n. "Ststst jangan menangis sayang," ucap Brian saat isakan kecil lolos di bibir Zella. Brian semakin mengeratkan pelukannya seolah olah dia selalu ada untuk sahabatnya itu, sudah lama mereka bersahabat dan satu terakhir ini sahabatan mereka berubah tidak seperti sebelumnya. Brian juga tidak tau kenapa setelah menolong Zella dari obat perangsang itu dia malahan yang kecanduan dengan tubuh Zella. Setiap ada masalah dia langsung datang ke sahabatnya dan melakukan hal itu berulang kali, Brian sadar tapi dia tidak bisa berhenti. Zella sudah membuatnya tidak bisa lagi memikirkan hal lain. Hubungannya dengan Lona, ya memang Brian b******k dia mempunyai pacar tapi masih saja berhubungan dengan Zella. Tapi dia bisa apa? Lona adalah cinta pertamanya dan dia susah melupakan itu. hubungannya semakin baik dengan wanita polo situ tapi sekarang rasanya terbagi, Brian sayang dengan Zella dan dia tidak pernah memungkiri itu. sahabatnya selalu ada untuknya dan dia tidak bisa jauh dengan Zella tapi kalau disuruh memilih mungkin dia akan kesusahan karena dia tidak bisa memilih diantara dua pilihan yang sangat sulit baginya. Dia mencintai Lona tapi dia membutuhkan Zella. *** Sudah dua hari Zella terbaring di tempat tidur dan baru sekarang dia sembuh dan bisa pulang seperti janji Brian kepada orang tua Zella. Setidaknya Zella bisa terbebas dari Brian untuk sementara waktu dia tidak tahan dengan segala sikap Brian yang berubah ubah itu. "Di rumah berapa hari?" Tanya Brian saat perjalanan pulang, yang laki-laki itu menepati janjinya untuk mengantarkan Zella pulang. "Nggak tau," jawab Zella singkat. "Lu nggak sampai wisuda baru balik ke sini kan?" Tanya Brian lagi, mana mungkin dia bisa berjauhan lama dengan sahabatnya itu. "Nggak tau, tergantung situasi nanti" setelah hari itu memang sikap Zella berubah, dia lebih dingin dan mengurangi intensitas pembicaraan dengan Brian. "Gue udah minta maaf loh La, kenapa masih ngehindarin gue?" Tanya Brian. "Gue butuh waktu Bri, please nggak usah omongin hal itu" jawab Zella dia sudah muak dengan Brian. Kalau memang cinta nggak harus memiliki, dia rela Brian bahagia dengan Lona. Dia berjanji akan menjauh dari mereka, dia juga wanita ingin merasakan sama sama dicintai tanpa harus bertepuk sebelah tangan. Cintanya sudah terlalu lama tidak bersambut dan sekarang dia akan mulai melupakan dengan benar Brian di hatinya. Dia sudah bertekad dan dia juga sudah menerima tawaran kerja itu, dia nanti akan bicara dengan orang tuanya mengenai pekerjaan ini. Lebih baik dia menjauh sementara waktu dari pada harus tersakiti dengan segala perilaku Brian yang seperti itu. Zella sudah memberi kabar kepada Inge dan sahabatnya sangat bersyukur jika kondisinya baik baik saja. Sahabatnya juga ikutan pulang lebih dulu ke Jakarta karena ada keperluan mendadak, makanya setidaknya Zella senang bisa bertemu Inge dengan leluasa ketika di Jakarta. *** Setelah menempuh beberapa jam akhirnya Zella sampai di rumah dengan selamat, Vanya langsung memeluk anak perempuannya. Wanita paruh baya itu sangat merindukan anak perempuannya itu. "Kamu jadi kurus banget sayang" ucap Vanya berkaca kaca. "Aku nggak papa Mah," Jawab Zella. "Nak Brian ayo masuk sekalian, tante udah masak banyak" ajak Vanya. Mereka akhirnya masuk kedalam rumah untuk makan bersama, karena baru jam tiga sore dua laki laki Abelano belum pulang dari kantor dan disini hanya ada Vanya, Zella dan Brian serta beberapa penjaga. Vanya sangat sedih anaknya semakin kurus bahkan terlihat pucat, Vanya tidak tau hal apa yang dilalui anaknya hingga seperti ini kondisinya lebih buruk dari awal dia pulang kerumah dulu. "Kamu disini lama, kalau belum gendut nggak boleh balik ya La? Lagi pula semuanya udah beres kan?" Tanya Vanya dan langsung diangguki anaknya. "Makasih ya Nak Brian sudah menjaga Zella," ucap Vanya, hal tersebut membuat Brian membatu selama ini dia malahan yang membuat anak wanita kesayangan keluarga ini sengsara tapi tante Vanya masih baik dan mempercayainya untuk menjaga anak kesayangannya itu. bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN