4

1575 Kata
Sedari tadi mengantarkan pulang Mirele, Nico sama sekali belum pulang. Bahkan Nico juga mengobrol disana bersama dengan Mirele dan juga Tytan. "Btw Lo ga ada keinginan buat pindah nih Nic kelas dua nanti?" tanya Tytan kepada Nico sembari mereka memainkan game mereka tersebut. "Gua, pindah ke SMA Garuda? Ga mungkin lah Tan. Lo kan tahu sendiri gua ada masalah sama salah satu adik kelas Lo itu." ujar Nico pada saat ini. "Masalah Lo sama dia ternyata belum selesai?" tanya Tytan kepada Nico. "Sengaja ga gua selesaikan Nic, lagi pula dia juga ga mau denger gua. Jadi buat apa kan gua jelasin sampai berbusa pun kayaknya hasil yang di dapat bakalan sama aja sih." ujar Nico kepada Tytan tersebut. Sedari tadi tampak Mirele berada di atas mereka yaitu di sofa. Ia mendengar percakapan keduanya tapi sampai sekarang ia tidak tahu siapa 'dia' yang dimaksud mereka. Karena 'dia' itu pasti satu sekolah juga dengan dirinya di SMA Garuda. "Siapa sih yang di maksud sama dia? Kok gua berasa ga tahu apa-apa tapi gua penasaran banget woy." ujar Mirele kepada mereka berdua saat ini. "Yee dasar ya Lo kepo banget emang kayak Dora banget sih." ujar Nico. "Udah lah Nic, lagi pula juga ga ada salahnya buat ngasih tahu Dora yang kepo ini." ujar Tytan yang sama-sama menyebut Mirele sebagai Dora. Mirele pun saat ini cemberut tapi ia tetap meminta jawaban dari mereka berdua. "Jadi gua sempat ada masalah gitu sama salah satu anak SMA Garuda. Dia dulu temen gua, tapi sekarang musuh gua. Kayaknya Lo pasti tahu sih siapa dia, karena gua pikir semua cewek di SMA Garuda juga tahu dia." ujar Nico kepada Mirele dan pada akhirnya Mirele tahu sedikit tentang hal ini. "Okay jadi dia cowok? Terus siapa dia?" tanya Mirele masih penasaran. "Vincenzo." jawab Nico dengan sangat singkat tapi sekarang ini Mirele sudah mengangguk. Ia tak menyangka bahwa dulu Nico pernah bersahabat dengan Vincenzo. Namun sekarang mereka sudah berubah menjadi musuh. "Ah ternyata si donat ya." ujar Mirele membuat Nico sekarang tertawa. "What? Donat? Gila gua setuju banget sama Lo woy Mirele. Gua juga sering manggil dia Donat dulu. Dan percayalah kalo dia paling kesel dapat panggilan itu. Dia bahkan bisa marah-marah banget cuman karena panggilan itu." ujar Nico kepada Mirele, Mirele kini pun mengatakan kenapa dia marah. "Loh kenapa dia bisa marah? Toh kan bener Nic kalo dia itu donat. I mean namanya itu Vincenzo terus ada donat-donatnya kan dibelakangnya? Ya orang nama dia ada donatnya juga kenapa dia marah." ujar Mirele tersebut. Mereka pun membahas itu sampai malam, pada akhirnya Nico juga pulang ke rumahnya. Sekarang ini Nico sudah berada di perjalanan pulang, pikirannya kini memikirkan tentang persahabatannya dengan Vincenzo dulu, ah lebih tepatnya dengan Vincenzo dan Gisa. Ya, Gisa adalah salah satu sahabatnya juga, dulu. Namun karena ternyata benar bahwa tidak ada persahabatan antara cewek dan cowok yang benar-benar murni persahabatan akhirnya Nico menyukai Gisa. Namun ternyata kasihnya tak bersambut juga. Cintanya bertepuk sebelah tangan karena memang hanya dirinya saja yang merasakan cinta itu. Ia tidak pernah menembak Gisa karena ia tahu bahwa Gisa menyukai Vincenzo. Ya, cinta segitiga yang membuat persahabatan mereka hancur. Awalnya drama percintaan itu tidak menimbulkan apa-apa hingga pada akhirnya Vincenzo melihat bahwa semakin lama, Nico semakin menghindari Gisa. Padahal yang Vincenzo tangkap Gisa sangat menyukai Nico. Kenapa Vincenzo bisa berpikiran seperti itu? Ini semua karena Gisa yang kehabisan cara untuk mendekati Vincenzo hingga akhirnya dia pura-pura suka ke Nico. Dengan begitu ia bisa dekat dengan Vincenzo. Jadi Gisa selalu curhat kepada Vincenzo, agar ia selalu dekat dengan Vincenzo. Sementara melihat itu, Nico pun tahu diri untuk tidak dekat-dekat dengan Gisa. Ia ingin memberi waktu pada Gisa agar Gisa bisa memperjuangkan Vincenzo. Namun karena kesalahpahaman itu, membuat suatu hari Vincenzo dan Nico bertengkar. Tak hanya itu saja, Gisa juga memutuskan untuk pergi dari sana. Gisa pindah ke luar negeri, tak ada yang tahu dimana Gisa sekarang. Sampai sekarang juga Vincenzo masih salah paham karena Nico tidak menjelaskan apa-apa. Namun lebih baik begini saja karena jika Vincenzo mengetahui yang sebenarnya, mungkin Vincenzo akan merasa sangat bersalah kepada Nico karena ia sudah salam paham juga. Pagi hari akhirnya tiba juga, hari ini Nico terbangun seperti biasanya dan ia pun kini sudah berpamitan kepada Mamanya karena ia sekarang akan pergi ke rumah Mirele. Tentu ia akan menjemput dan juga ikut makan disana itu. Nico sudah ada di dalam mobilnya dan sekarang ia sudah pergi menuju ke rumah Mirele. Nico selalu menggunakan mobil dan motor saat ia akan mengantar dan menjemput Mirele. Kenapa begitu? Karena memang ia harus menggunakan mobil. Jika ia menggunakan motor, nanti akan bqnyak yang mengetahui dan ia takutnya Mirele akan tidak aman dI SMA Garuda nantinya. "Morning Mirele yang pagi-pagi udah jelek aja." ujar Nico saat ia melihat Mirele baru saja turun dan ia juga baru saja masuk ke dalam rumahnya itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Hal itu karna memang Nico sudah sangat sering pergi kesana itu. "Morning Nico jelek, pasti mau mampir makan nih." ujar Mirele tersebut. "Iya dong Mirele ga cantik, Lo pasti juga mau nebeng gua ke sekolah kan." ujar Nico kepada Mirele. Kini mereka berdua pun sudah diminta oleh Mama Mirele untuk pergi ke meja makan karena makanan juga sudah siap. Memang seperti itu kelakuan mereka saat pagi. Antara Mirele dan Nico memang sering sekali saling mengejek, tapi ejekan itu hanya sebuah candaan dari mereka saja karena mereka tidak pernah membawa perasaan perkataan satu dengan yang lainnya juga saat ini. Mereka kini sedang makan, tak ada pembicaraan untuk sekarang ini. Setelah lima belas menit kemudian akhirnya mereka sudah selesai, kini Mirele dan Nico berpamitan kepada Mama Mirele, Tytan juga ikut berpamitan. Dan kini mereka bertiga sudah berangkat dengan Tytan yang berangkat sendiri. "Btw nih ya gua mau tanya dah serius ini." ujar Nico kepada Mirele itu. "Iya Lo mau tanya apaan dah?" tanya Mirele kepada Nico tersebut. "Gua penasaran sama Lo, Lo beneran ga ada gitu yang Lo suka di Garuda? Masa iya dari sekian banyak orang ga ada?" tanya Nico penasaran. Dari dulu ia sangat penasaran bagaimana jika Mirele berpacaran. Karena ia ingin melihat adik-adiknya itu berpacaran dan ia bisa melindungi Mirele jika Mirele disakiti oleh cowok. Akan ada dia dan Tytan dibelakang Mirele tersebut. "Belum ada yang bisa ngebuat gua suka dah Nic, Lo cariin gua dong. Temen Lo kek, tapi yang baik ya." ujar Mirele kepada Nico tersebut saat ini. "Ya elah Rele, Lo kayak ga tau aja kalo temen-temen gua itu pada ga ada yang beres semua. Besok dah kalo ada yang beres bakalan gua kasih ke Lo ya. Kali aja kan Lo suka. Dah bener-bener penasaran gua mau lihat bocil gua ini pacaran hahaha." ujar Nico dengan sangat penasaran kepqda Mirele tersebut. "Yeee ngaca Lo, Lo aja juga masih jomblo dasar. Kenapa sih Lo ga balikan aja sama Gisa? Lagi pula sekarang Gisa dimana deh? Kok gua ga tahu kabarnya ya?" tanya Mirele yang mana memang Mirele tahu tentang Gisa itu. Namun Mirele sama sekali belum tahu tentang hubungan Gisa dan Nico. Gimana mau balikan Rele, kalo gua aja belum sempat memiliki Gisa sama sekali. Bahkan sampai sekarang pun gua juga masih stuck sama Gisa Rele. Gua ga bisa ngelupain Gisa. Batin Nico tersebut pada saat ini juga. "Hahaha, Gisa pindah Rele. Tapi gua juga ga tau kemana." ujar Nico. "Kalo gitu mending Lo nyari yang lain deh Co. Nyari cewek yang lebih dari Gisa deh. Gua bantu cari gimana?" tanya Mirele kepada Nico tersebut saat ini. "Ga usah bocil, Lo aja belum punya sok-sokan mau nyariin gua. Udah sana Lo keluar terus belajar yang baik ntar gua jemput." ujar Nico ke Mirele karena memang sekarang ini mereka sudah sampai di SMA Garuda tersebut. "Ihh iya iya. Makasih Nico jelek, jangan lupa ya nanti jemput gua." ujar Mirele yang kini sudah keluar dari mobil milik Nico tersebut pada saat ini. Sekarang ini Nico melihat Mirele masuk ke sekolahnya itu dan ia pun pergi dari sana. Di jalan Nico memikirkan lagi tentang Gisa, sebenarnya memang benar bahwa ia harus mulai move on dari Gisa. Namun sungguh itu sangat amat susah baginya. Hatinya masih memilih Gisa sebagai pelabuhannya. Ia juga belum bisa melupakan Gisa dengan kenangannya itu. "Mirele, Lo berangkat sama Nico lagi?" tanya Marisa yang melihat Mirele berjalan, ia baru saja memarkirkan motornya di pakiran motor sekolah ini. "Iya nih, disueuh berangkat sama Nico karenagua belum boleh bawa mobil setelah kemarin gua nabrak pagar hehehe." ujar Mirele kepada Marisa. "Ah tapi ga papa sih, asal jangan sampai ada yang tahu aja kalo Lo selalu berangkat sama Nico. Ya Lo tahu kan hubungan sekolah kita sama sekolah Nico benar-benar ga bagus Rele." ujar Marisa dan Mirele pun mengangguk. Ia juga saat ini teringat akan cerita dari Nico tadi malam bahwa Vincenzo merupakan musuh terbesar dari Nico sekarang ini. Saat ini Mirele dan Marisa berjalan menuju ke kelas mereka. Mereka pun berjalan sembari mengobrol. Saat akan masuk ke dalam mereka dicegat untuk mengobrol dengan teman. "Eh gua masuk dulu ya." ujar Mirele kepada Nita dan juga Marisa saat ini. "Eh astaga Vincenzo ya semakin lama semakin menggoda sih dia itu." ujar Marisa kepada Nita karena saat ini Vincenzo melewati kelas mereka. "Iya emang ganteng sih. Yuk lah masuk." ujar Nita kepada Marisa. Saat mereka sudah masuk, kini Marisa langsung mendekati Mirele dan ia mengatakan pada Mirele bahwa tadi sepersekian detik setelah Mirele masuk ke kelas, Vincenzo melewati depan kelas mereka. Marisa menceritakan tentang Vincenzo dan ketampanannya itu dengan menggebu-gebu. Sampai saat ini rasanya Mirele sudah benar-benar pengang mendengar cerita tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN