Gilda Four Night

955 Kata
Beberapa mil dari kediaman Duke, mobil yang ditumpangi Canna dan Emma berhenti. Kekaisaran Deltrias memang sebuah kerajaan dan negara dengan sistem monarki. Semua pakaian-pakaiannya juga bergaya renaissance ala bangsawan eropa. Namun, era perkembangan zaman sudah sedikit maju yang mana sudah ada mobil di sini. Mobil antik yang sangat mahal. Kalian tahu ‘kan mobil klasik yang biasa digunakan dalam film yang dibintangi Brad Pitt, Leonardo DiCaprio, dan Margot Robbie? Ya, kurang lebih seperti itu. Awalnya, Canna berpikir jika terdampar di sebuah tempat dengan latar seperti di era Romeo dan Juliet. Ternyata tidak sejauh itu. Beruntung sudah ada sebagian tekhnologi canggih dan mobil. Bokongnya jadi tidak terasa pegal karena harus berlama-lama duduk di dalam kereta kuda. Canna turun dari mobil dibantu oleh seorang pengawal. Dia melihat ada begitu banyak orang di Alun-alun Ibu Kota yang ramai. Di antara mereka, ada air mancur besar yang disebut keistimewaan Deltrias. Bangunan-bangunan toko bergaya Romawi Kuno juga menjadi pemandangan klasik yang menyegarkan baginya. “Wuah, menakjubkan!” Canna sibuk mengagumi keindahan di sekitar. Dia melihat pemandangan luar biasa yang sulit ditemui di kehidupan asalnya. Untuk kesekian kalinya, dia merasa yakin jika benar-benar terdampar di zona kehidupan yang berbeda. “Ya, ibu kota memang selalu menakjubkan, Lady! Saya selalu merasa senang jika ikut berkunjung ke ibu kota." Emma tersenyum cerah saat dia berjalan mengekor di belakang Canna. Entah ke mana Canna akan membawanya, dia tetap antusias jika berjalan-jalan di ibu kota. Wajar saja, karena mansion kediaman Duke berada di perbatasan. Terlebih, saat tragedi Canna yang jatuh ke sungai dan mengalami krisis, seluruh mansion berduka dan suasana menjadi sangat suram sekaligus menyedihkan. Namun, setelah Canna kembali sadar, seketika kediaman itu mendapatkan kembali cahayanya. Mereka bersyukur karena Putri Duke kembali sadar meskipun beberapa hari terus mengurung diri. Mereka tidak tahu saja jika Canna sedang sibuk merutuki nasib dan mengatur strategi. Mereka juga tidak tahu jika Canna yang saat ini bukanlah Canna 'yang asli' atau orang yang mereka sayangi. “Sebenarnya kita akan pergi ke mana, Lady?" Emma mulai khawatir saat dengan tekun mengikuti Canna di belakang. 'Kuharap Lady melupakan niatnya untuk mencari b***k tampan,' benaknya yang masih saja salah paham. "Aku tidak berniat mengganti tujuan utamaku, Emma. Aku ingin berburu pria tampan. Hm, jadi tidak sabar." Canna menggelincirkan senyuman dan membuat Emma kian salah paham. Emma terkesiap hingga terlonjak, "Lady, itu mungkin akan berbahaya. Ilegal namanya," bisiknya lirih sembari melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. Perbudakan memang sudah menjadi ilegal di Deltrias. Mereka yang memelihara b***k akan menjadi aib. Emma takut jika rumor buruk tentang Canna yang sudah banyak menjadi semakin banyak. Memangnya seberapa buruk perlakuan Cannaria 'yang asli' di kehidupannya hingga Emma bisa berpikir demikian? "Legal jika sama-sama suka." Canna menjawab datar dan tetap berjalan. Entah ke mana dia akan pergi, mata emerald-nya seolah sibuk berkeliling, melihat sesuatu yang dicari. 'Ck! Lagipula siapa yang bisa menolak wajah ini? Tidak ada pria yang mampu menolak kecantikan yang tidak manusiawi seperti ini. Emh ... kecuali karakter utama pria yang bodoh itu tentunya. Bisa-bisanya dia tidak tergoda,' benak Canna tidak habis pikir. “Lady, tolong pikirkan lagi. Bagaimana dengan masa depan Anda? Lebih baik kita berburu camilan lezat di kedai Madam Bonita saja, ya?” Emma masih berusaha membujuk dengan tatapan memohon. "Justru masa depanku dipertaruhkan di sini, Emma. Sudah, jangan banyak cakap! Kita harus segera masuk. Akhirnya sudah ketemu." "Masuk?" beo Emma baru menyadari jika Putri Duke itu telah sampai di tujuan. Sebuah bangunan berdinding tipis dan tinggi dengan plang kayu bertuliskan ‘The Royal Casino’ telah ada di hadapan. Sebagian besar penduduk tampak hilir-mudik memasuki tempat perjudian sekaligus tempat hiburan yang cukup terkenal tersebut. Dengan jubah hitam yang menutupi gaun mewah dan rambut pirangnya yang indah, sepertinya penyamaran Canna cukup sempurna. Mungkin tidak akan ada yang menyadari jika dia adalah seorang wanita bangsawan. Canna merasa harus menyembunyikan jati diri karena akan menjadi aib bagi keluarga Duke jika ada yang melihatnya berkeliaran di tempat seperti ini. Setidaknya dia tidak ingin menjadi anak yang durhakim. "Cepat pakai jubahmu, Emma. Apa kamu ingin kita ketahuan?" Emma yang sebelumnya tercenung segera tersadar dan langsung memakai jubahnya dengan patuh. Awalnya, dia bertanya-tanya mengapa Canna menolak ksatria pengawal yang telah diperintahkan Duke untuk melindunginya. Ternyata karena Putri Duke itu ingin berpetualangan di tempat terlarang. Namun, apa hubungannya 'The Royal Casino' dengan berburu pria tampan? Setelah memasuki ruangan, terdapat kedai minuman di bagian depan. Sebagian besar meja sudah diisi oleh pria-pria berotot yang sedang minum bir. Canna dan Emma terus berjalan dan melewati mereka. Canna dengan wajah sangat bersemangat, sedangkan Emma dengan wajah memucat. Dayang itu merasa takut saat melihat beberapa pria bertubuh kekar yang duduk sambil berkelakar. Suara gebrakan meja dari mereka hampir membuat jantungnya copot. Suasana yang cukup bar-bar bagi gadis berhati lembut sepertinya. “Sebenarnya apa yang ingin Anda cari di tempat seperti ini, Lady? Saya rasa sejauh mata memandang, tidak ada sesuatu yang tampan seperti yang Anda cari." Emma berbisik lirih dengan tangan gemetar. Pasalnya, yang Emma lihat hanya pria bertubuh kekar seperti binaragawan, bertubuh pendek, berkulit hitam, berambut keriting, berhidung bengkok, serta bergigi kuning akibat tembakau. Di mana letak pria tampan itu? "Aku pasti akan menemukannya." “Apa Anda yakin?” Emma kebingungan. Pria bertato tiba-tiba memelototinya dan membuatnya semakin ingin pulang. "Tidak ada apa-apa di sini selain pria-pria mengerikan itu, Lady,” imbuhnya dengan wajah hampir menangis. Canna tiba-tiba berhenti dan praktis membuat Emma ikut berhenti. "... ini di sini." "Di sini?" Emma mengernyit heran saat hanya melihat pintu bertuliskan 'Gudang Anggur' di bagian atasnya. "Ini hanya gudang anggur biasa yang ada di bangunan ini, Lady." Canna terdiam beberapa saat di depan pintu gudang anggur tersebut. Sebuah gudang yang ada di pojok kedai minuman. 'Aku yakin di sinilah tempatnya, pusat informasi yang tersembunyi, Gilda Four Night.' ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN