Ellen duduk di ruang tamu rumah mereka berhadapan dengan kedua orangtuanya, sedangkan Alisa sudah tertidur di kamarnya. “El… psikiater yang merawat Alisa menyarankan Alisa di rawat di rumah sakit jiwa.” “Apa?! kak Alisa tidak gila pa, dia hanya depresi,” jawab Ellen sengit. “Papa tahu El, tapi tidak akan efektif jika kita merawatnya di rumah, ada terapi khusus yang harus dia lakukan dan semua itu ada di rumah sakit jiwa.” “Enggak… nggak boleh…” “El… ini demi kebaikan Alisa, dengan begitu ia bisa dirawat secara intensif.” Ellen diam, ia membenarkan ucapan papanya tapi ia tak rela kakak yang ia sayangi ada di rumah sakit jiwa walau hanya untuk sementara saja. “Kita akan sering datang kesana, menemani Alisa, kamu juga bisa datang kapan saja.” Ellen menitikkan airmata, walau ia