Rosemary begitu lelah dan juga tidak menginginkan tinggal lebih lama di Moskow. Bukan saja karena dia tidak pernah menginginkannya tetapi juga karena ingatan tentang Tiara yang tidak bisa melepaskan Lev.
Walaupun Lev mengatakan kalau Tiara berkorban agar dia bisa berama dengan Lev, jauh di dalam dasar hatinya Rosemary tidak percaya bahwa alasan yang mendasari Tiara berbuat nekad adalah untuknya.
Mencoba untuk diam dan membiarkan Lev dengan pendapatnya, Rosemary sudah memutuskan bahwa dia tidak akan berhubungan dengan Lev dan keluarganya lagi. Rosemary memutuskan untuk meninggalkan negara yang membuatnya terus teringat pada kedua orang yang tidak pernah benar-benar dekat dengannya.
Membiarkan Lev menggendong Yuri yang tertidur, mereka memasuki loby hotel hanya untuk bertemu dengan pasangan suami istri Grigory yang memasang wajah aneh.
Rosemary tidak perlu berpikir lagi karena dia melihat wajah Lev yang tiba-tiba sangat berbeda dan jauh dari kata ramah.
Tidak ada kalimat apa pun yang Lev sampaikan pada Rosemary pada saat dia menyerahkan Yuri padanya dan langsung berniat pergi.
“Lev. Tunggu!” panggil Alda.
Tertapi Lev tidak mengatakan apa pun kecuali tatapan sinis dan mengejek yang dia tujukan pada Rosemary seolah keberadaan orang tuanya adalah rencana Rosemary.
“Apa yang terjadi dan kenapa ekspresi wajah Lev seperti itu?” tanya hati Rosemary namun yang utama adalah dia harus membawa Yuri pergi.
“Pergilah bersama Fara. Aku ingin Yuri melanjutkan tidurnya tanpa gangguan,” perintah Rosemary pada Biana.
Anggukan kecil diberikan Alda dan dia segera menggendong Yuri di bawah tatapan Maxim yang akhirnya mengembalikan perhatiannya pada Rosemary dan Lev yang berdiri seperti musuh abadi.
Lev memutuskan mengikuti keinginan Alda dan dia hanya berdiri mengamati seolah menunggu apa yang akan dikatakan oleh orang tuanya.
Semua keheranan dan juga pertanyaan di dalam hati Rosemary langsung mendapatkan jawaban begitu Maxim bersuara dan mengatakan keinginannya sebagai seorang ayah dan juga seorang kakek yang menginginkan anak lelakinya membangun rumah tangga yang sesuai dengan harapannya sebagai orang tua.
Hanya saja, Maxim menginginkan sesuatu yang menurut Rosemary tidak masuk akal karena dia meminta persetujuan yang tidak bisa diberikan oleh Rosemary.
“Kami sudah lama menunggu-mu Rose. Siapa yang menduga kalau kalian justru pergi bersama-sama. Apakah kalian menikmati waktu kebersamaan kalian?”
Suara Alda penuh dengan harapan tetapi dengan cepat dia harus merasakan kecewa karena Rosemary dan Lev sama sekali tidak menunjukkan minat yang sama terhadap ucapan Alda.
“Kami tidak memiliki kebersamaan yang bisa kami nikmati dan maafkan aku kalau aku tidak bisa menemani kalian lebih lama lagi,” jawab Rosemary langsung.
“Apakah kita bisa bicara di tempat lain? Mungkin di dalam kamarmu?” saran Alda pada saat keinginannya begitu besar untuk melihat Yuri.
“Tidak perlu. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Aku tidak ingin mengganggu tidur Yuri. Dia sudah terlalu lelah seharian ini,” jawab Rosemary.
Rosemary tidak menginginkan Alda maupun Maxim menyadari kalau Yuri sudah dibawa pergi oleh Fara dan Biana ke tempat yang aman.
Bagi Rosemary, keamanan Yuri adalah yang utama dan dia tidak memerlukan intimidasi yang berlebihan karena mereka berada di negara yang merupakan daerah kekuasaan keluarga Grigori.
“Baiklah. Aku akan menyampaikan keinginanku menemui-mu di hotel. Aku ingin kalian menikah.”
Bukan pertanyaan bernada terkejut yang keluar dari mulut Rosemary tetapi yang terjadi adalah Rosemary tertawa dengan keras seolah dia kehilangan kata-kata karena terlalu gembira mendengar ucapan Maxim.
Tidak ada yang menghentikan tawa Rosemary karena mereka begitu sabar menunggu Rosemary menghentikan tawanya.
“Permisi, aku harus kembali ke kamar sebelum aku menjadi gila mendengar ucapan kalian.”
Rosemary mulai berjalan setelah dia bisa mengendalikan tawanya.
“Kau tidak akan kemana-mana sebelum mengatakan persetujuanmu,” perintah Maxim tegas.
Perlahan Rosemary berbalik dan mendapati Maxim menatapnya tajam seolah semua karamahan dan kebaikan yang Rosemary lihat pada hari pertama dia tiba di Moskow hanyalah tipuan belaka.
“Aku rasa Anda berdua salah meminta. Aku tidak pernah tertarik pada Lev apalagi berniat menjadikan dia sebagai suamiku.”
Di depannya, Lev seperti orang keselek begitu mendengar jawaban Rosemary. Apakah dia tertarik pada Rosemary? Dulu mungkin tetapi sejak dia menjalin hubungan dengan Tiara, wanita seperti Rosemary tidak pernah masuk ke dalam criteria wanita yang dia sukai.
“Sayang sekali. Aku tidak membutuhkan jawaban tidak setuju. Yang aku inginkan adalah kau setuju dan akan melakukan semua yang aku inginkan,” jawab Maxim tegas.
Rosemary terdiam. Dia tahu saat ini dia dan Yuri berada di wilayah kekuasaan Maxim dan dia pasti tidak akan bisa melakukan perlawanan.
Rosemary saat ini hanya orang asing yang bisa saja dipaksa untuk mengakui sesuai dengan keinginan Maxim.
Cara terbaik yang bisa dia lakukan adalah mengalah untuk mengulur waktu. Rosemary harus bisa memastikan semuanya aman dan tidak ada masalah yang membuatnya tidak bisa meninggalkan kota Moskow dengan aman.
“Aku rasa Anda tidak mengenalku. Aku bukan wanita yang bisa mengatakan ‘Ya’ begitu saja. Aku dan Lev sama-sama tidak memiliki keinginan seperti yang Anda katakan Jadi aku berharap Anda melupakan keinginan yang baru saja Anda sampaikan,” jawab Rosemary.
“Aku tidak mengira kau pandai bicara Rose, tetapi aku menyukai gayamu. Apakah kau sudah memikirkan masa depan Yuri?”
“Masa depan Yuri tidak perlu Anda pikirkan karena ada aku yang lebih berhak memikirkannya,” jawab Rosemary.
“Benarkah? Lalu apa yang akan kau lakukan apabila kami tidak mengijinkanmu bertemu dengan Yuri?”
“Apakah Anda bermaksud mengancamku? Apakah saat ini Anda sudah mulai menunjukkan siapa Anda sebenarnya?” tanya Rosemary sinis.
Rosemary berusaha tenang dan tidak kehilangan kendali diri hingga terpaksa melakukan sesuai yang diinginkan oleh Maxim.
“Sudah lama kau tinggal bersama dengannya sehingga aku yakin kau bisa memberikan kesempatan pada kami untuk lebih mengenalnya,” ujar Maxim dingin.
Rosemary melirik Lev yang berdiri tidak jauh darinya, sayangnya yang dilihat Rosemary hanya wajah datar tanpa ekspresi.
Apa yang terjadi dan mengapa Lev seperti pribadi lain yang tidak memiliki keinginan apa pun?
“Yuri adalah putraku dan tidak ada batasan terlalu lama atau terlalu cepat dia bersama denganku. Aku adalah ibu yang melahirkannya sehingga keberadaannya selalu di sampingku,” jawab Rosemary tegas.
Jawaban tegas Rosemary sama sekali tidak berarti apa-apa bagi Maxim. Sudah sejak lama Maxim mendesak Lev untuk menemukan wanita yang sesuai untuk dijadikan sebagai istrinya.
Sekarang di depannya ada seorang wanita yang sudah mempunyai anak dari Lev, jadi kenapa Maxim harus memaksa Lev mencari wanita lain lagi yang belum tentu bisa memberikan keturunan pada mereka?
“Kami tahu tetapi Lev adalah ayahnya sehingga dia juga mempunyai kesempatan yang sama untuk mengenalnya.”
“Apakah kau tidak mengakui kalau kalian masih memiliki ikatan sebagai suami istri? Aku harap kau tidak melupakan sebelum kau menolak tawaranku, Rose,” jawab Maxim mengingatkan.
Rosemary menatap Maxim dan dia sadar bahwa lelaki tua yang duduk di depannya tidak mudah dihadapi dan dia mulai mengerti mengapa Emanuel selalu memintanya berhati-hati menghadapi Maxim.
“Rose, cobalah memahami keinginan kami. Kami sudah terlalu lama menunggu kesempatan bertemu dengan cucu kami,” ucap Alda yang mulai tidak nyaman dengan percakapan mereka.
Alda adalah wanita lembut hati yang tidak menyukai perdebatan dan kekerasan. Dia sudah tertarik pada Rosemary sejak pertama kali bertemu sehungga Alda berharap Rosemary bisa membuat Lev melupakan Tiara sekaligus menyalahkan mereka.
“Aku memahami tetapi menikah dengan Lev tidak pernah ada di dalam daftar masa depan yang aku rencanakan. Kalian bisa bertemu dengan Yuri tetapi aku minta maaf bahwa aku tidak akan mengijinkan kalian memakai cara memaksa,” jawab Rosemary.
“Kau akan menikah dengan Lev atau kau akan kehilangan Yuri selamanya!”
Sekali lagi Rosemary menatap Maxim tajam dan dia hanya bisa bersabar dan mengulur waktu sampai keadaan benar-benar aman untuk Yuri.
“Aku tidak akan memilih apa pun. Yuri adalah anakku dan selamanya akan tetap sama!”
“Yuri memang anakmu tetapi tidak mungkin Yuri bisa lahir kalau tidak ada benih dari Lev.”
“Benar. Dan apakah aku pernah menginginkan Lev memberikan benihnya padaku? Mengapa Anda tidak bertanya pada Lev bagaimana dia melakukannya?” tanya Rosemary tajam.
Kejadian yang membuat hidupnya hancur di masa lalu kembali membayang di depan mata Rosemary sehingga wajahnya memerah.
“Aku rasa kalian tidak tahu apa yang sudah kalian katakan tetapi bagiku sendiri, tidak akan ada pernikahan karena yang dulu-pun aku tidak pernah menginginkannya. Selamat malam.”
Dan Rosemary dengan langkahnya yang tenang meninggalkan keluarga Grigori sementara hatinya sendiri terjadi pergolakan batin yang coba dia singkirkan.