Kehilangan

1547 Kata
Petugas yang menangani Tiara tidak perlu datang ke kantor tempat Tiara bekerja karena mereka menemukan ponsel di dalam mobil Tiara sehingga memudahkan mencari orang terdekat terutama tidak banyak nomor yang tersimpan. ‘Entah apa yang dipikirkan petugas itu’ Begitu tiba-tiba dan seperti berada di dalam mimpi pada saat Rosemary menghentikan semua gerakan tangannya yang sedang melihat hasil kerjanya melalui computer. Apa yang terjadi dan mengapa tiba-tiba dia seperti sendirian? Yuri? Dengan cepat Rosemary bangun dari duduknya untuk melihat dan memastikan keberadaan Yuri dan Rosemary-pun kembali tenang. Putranya masih bersama Biana dan pengawal yang dipekerjakan oleh Emanuel masih berjaga dengan sikap sempurna. “Ada apa Rose, kenapa kau pucat seperti itu?” suara Biana menyapa pendengaran Rosemary pada saat dia berbalik. Rosemary kembali berbalik sehingga dia bisa berhadapan langsung dengan Biana dan menatapnya lemah. “Aku tidak tahu. Aku pikir ada yang mengambil Yuri dariku,” jawab Rosemary setelah sebelumnya dia hanya menatap Biana. “Mengambil Yuri? Bagaimana bisa?” “Aku tidak tahu. Aku merasa ada bagian diriku yang hilang,” jawab Rosemary pelan. “Yuri baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir,” jawab Biana. “Aku tahu setelah memastikannya. Terima kasih Biana.” Rosemary lalu beranjak mendekati Yuri dan dia berdiri di samping putranya lalu memeluknya erat. Tidak ada kalimat panjang yang dia ucapkan saat memeluk Yuri tetapi rasanya membuat dia sedikit lebih tenang walaupun rasa kehilangan tersebut masih tetap ada. “Baik-baik sama Biana, ya. Mom kembali bekerja dulu,” bisik Rosemary setelah cukup lama dia memeluk Yuri. “Hem. Aku akan bermain bersama Biana, Mom tidak perlu khawatir,” janji Yuri. Senyum Rosemary begitu lebar. Dia tidak mengira Yuri yang usianya baru melewati 3 tahun begitu fasin bicara untuk mengutarakan isi hati dan menghiburnya. Apa yang difahami oleh bocah seusianya kecuali merasakan yang dia lihat? Yakin Yuri aman bersama Biana dan pengawalnya Rosemary kembali ke ruang kerjanya, tetapi rasa kehilangan tersebut masih tetap ada. Apakah di bawah alam sadarnya Rosemary merasakan kalau Tiara sudah meninggalkan dunia ini? Tidak ada semangat untuk terus bekerja hingga Rosemary lebih memilih menelepon Ezme dan mengatakan yang dia rasakan pada temannya tersebut. “Halo Ezme, kau ada dimana?” sapa Rosemary setelah berhasil di hubungi. “Aku ada di kantor Emanuel. Kau tahu, hari ini aku bertemu dengan Sofia Durstand dan dia adalah wanita yang sangat menarik.” “Aku senang mendengarnya.” “Ada apa Rose? Aku tahu kau tidak akan meneleponku pada jam seperti ini kecuali ada alasan yang mendesak,” Mendengar pertanyaan Ezme membuat Rosemary tersenyum. Dia tidak mengira Ezme begitu mengenal dirinya. “Kau tahu, tiba-tiba aku merasa sendirian. Semula aku berpikir ada yang mengambil Yuri tetapi aku melihat Yuri sedang bermain bersama Biana. Tapi entah mengapa rasa itu tidak mau hilang.” Sesaat tidak ada jawaban atau tanggapan dari Ezme sampai akhirnya Rosemary mendengar suara yang sangat pelan seolah Ezme memerlukan pemikiran yang sangat lama sebelum dia bersuara. “Di sini, apakah tidak ada orang terdekatmu? Maksudku, bagaimana dengan ibumu?” “Ibuku, kenapa dengan ibuku. Aku tidak terlalu dekat dengannya dan aku tahu keadaannya karena kami ….” Rosemary tidak melanjutkan kata-katanya pada saat dia teringat dengan penyakit Tiara. “Ezme, terima kasih, Aku akan tutup telepon sekarang.” Ezme belum sempat menjawab karena Rosemary langsung menutup teleponnya. “Mama, bagaimana keadaannya sekarang.” pikir Rosemary pada saat dia mencoba menelepon Tiara. Rosemary tidak bisa terhubung karena pada saat yang bersamaan polisi sedang menghubungi nomor telepon atan nama Marry yang ada di daftar kontak ponsel Tiara. “Ternyata mama sedang menelepon. Mudah-mudahan keadaannya baik-baik saja,” gumam Rosemary. Namun, baru saja Rosemary menutup teleponnya, telepon dari nomor telepon Tiara masuk membuatnya bergegas menjawabnya. “Mom, syukurlah mom telepon balik. Aku sangat khawatir,” ujar Rosemary. “Marry? Maaf, kami dari kantor polisi.” “Polisi?” Kenapa ponsel Tiara ada pada polisi, apakah Tiara terlibat masalah hukum yang membuat ponselnya dipegang polisi. “Benar. Kami mencoba menelepon berdasarkan nomor kontak yang ada di ponselnya. Apakah benar Anda putrinya?” “Benar. Ada apa dengan ibuku?” Dengan kalimat yang sepertinya sudah biasa digunakan pada saat petugas memberi kabar duka pada anggota keluarga, polisi menjelaskan tentang Tiara dan bagaimana Tiara bisa tewas. “Maksud Bapak, Tiara tewas karena bunuh diri?” Rosemary berusaha menekan getar pada suaranya. Dia tidak percaya Tiara bisa bertindak bodoh. Bukannya Tiara tidak rela meninggalkan Lev dari pada mengobati penyakitnya? “Benar. Anda bisa datang ke sini untuk memastikannya.” “Aku akan segera datang. Kalau boleh tahu, apakah Anda sudah menghubungi Lev?” “Lev? Tidak ada nama Lev di daftar kontaknya.” “Baiklah. Terima kasih sudah menghubungiku. Aku segera kesana.” Setelah mendapatkan informasi dimana Tiara disemayamkan, Rosemary menutup sambungan telepon. “Apakah Ezme bisa mendampingiku? Aku seperti tidak bisa datang sendirian ke sana,” guman Rosemary. Rosemary tidak langsung memutuskan karena dia kembali mendatangi Biana dan mengatakan kalau Tiara sudah meninggal. “Apa kau akan datang ke sana?” tanya Biana. “Benar. Aku sudah mengatakan pada polisi kalau aku akan datang,” jawab Rosemary. “Lalu apa yang mengganggumu?” “Aku tidak berani datang sendirian,” jawab Rosemary sembari menunduk. “Aku rasa Ezme pasti bersedia mendampingimu,” saran Biana. “Aku-pun sempat berpikir hal yang sama.” “Lalu kenapa tidak langsung bertanya padanya?” tegur Biana. “Baiklah, aku akan menghubungi Ezme dan berharap dia bisa menemaniku.” Dan Rosemary dengan cepat mulai menelepon Ezme kembali. “Ez, apakah kau bisa menemaniku?” Begitu cepat suara Rosemary menyapa Ezme bahkan sebelum temannya itu mengeluarkan nafasnya. “Kemana?” “Moskow.” Dengan cepat Rosemary mengatakan alasan dan tujuannya yang menyebabkan dia harus ke kota tersebut dan juga mengapa dia memerlukan teman yang bisa menemaninya. “Aku segera datang!” Dan Ezme pun menutup ponselnya lalu menyampaikan keinginan Rosemary pada Emanuel yang menatapnya ingin tahu. “Pergilah. Katakan pada Rosemary bahwa aku akan menjaga Yuri untuknya.” Tidak banyak yang dikatakan Rosemary pada saat mereka berada di perjalanan menuju rumah sakit begitu tiba di kota Moskow. Sebelumnya sambil menunggu kedatangan Ezme, Rosemary sudah menghubungi Sion tentang Tiara dan jawaban yang diberikan Sion membuatnya tidak mampu berpikir. Rosemary tidak tahu sejak kapan Tiara mengganti kewarganegaraannya dan juga tidak tahu bahwa Tiara sudah memutuskan persaudaraannya dengan keluarga yang ada di Indonesia hingga tidak ada seorangpun yang bersedia menerima dirinya. ‘Apakah Lev bisa menerima jasad Tiara dan bersedia memberikan tempat yang layak sebagai pembaringan terakhirnya?’ Berbagai pertanyaan hanya bisa dipikirkan Rosemary sendirian karena dia sendiri ragu untuk bertemu dengan Lev. Meminta bantuan Emanuel-pun hanya akan membuat dirinya menjadi wanita yang tidak tahu diri. Tidak ada seorangpun yang dikenal Rosemary pada saat dia tiba di rumah sakit dan bertemu dengan petugas yang sudah meneleponnya. “Anda Marry?” sapa petuhas berseragam. “Benar. Saya Marry sekaligus putrinya Tiara.” “Mari.” Petugas itu membawa Rosemary dan Ezme memasuki ruangan yang dingin dan melihat jasad Tiara dalam keadaan yang sudah dibersihkan. Tarikan nafas begitu berat keluar dari mulut Rosemary pada saat dia melihat kenyataan yang ada. Tiara sudah tidak ada di dunia dan wanita yang bersemangat menjalani hidupnya. “Maaf, siapa saja yang sudah Anda hubungi terkait kematian Tiara?” tanya Rosemary pada petugas yang tetap berdiri mengawasi Rosemary. “Ada 1 nama yang belum berhasil kami hubungi. Tuan Live,” beritahu petugas. “Boleh saya minta nomor kontaknya? Saya akan meneleponnya,” kata Ezme setelah melihat isyarat dari Rosemary. “Kalau saya boleh tahu, siapa Lieve bagi Tiara?’ “Dia adalah lelaki yang menjadi atasannya Mama,” jawab Rosemary. Mengangguk seolah mengerti dengan ucapan Rosemary, petugas itu memberikan ponsel Tiara pada Ezme. Dengan cepat, Ezme menyalin nomor telepon Lev dan mulai menghubunginya. Hanya perlu 3 kali berdering sampai akhirnya terdengar suara dari tempat lain yaitu dari tempatnya Lev. “Halo?” “Maaf, ada yang ingin berbicara dengan Anda,” beritahu Ezme sebelum menyerahkan ponselnya pada Rosemary. “Ada apa, apakah kau pinjam ponsel temanmu karena aku menolak teleponmu?” Suara dengan nada menuduh membuat Rosemary harus menahan sabar. “Aku tidak tahu apa yang terjadi pada kalian. Tetapi aku berada di rumah sakit untuk melihat jasad Tiara terakhir kalinya.” Ucapan Rosemary begitu dingin dan langsung hingga menarik perhatian petugas yang sejak tadi terus memperhatikannya. “Siapa ini?” Rosemary tidak mempunyai alasan untuk menyebutkan nama tetapi dia menyerahkan ponsel Ezme pada petugas yang akhirnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Rosemary sudah tidak peduli apakah dirinya dianggap orang aneh yang tidak bisa bicara atau ada sebutan lain yang pantas untuknya. Tetapi dia sudah tidak ada keinginan sama sekali untuk bicara dengan Lev. Rosemary tidak bisa menangkap dengan jelas percakapan mereka karena dia tidak terlalu mengerti dengan bahasa yang di gunakan. Selama ini dia hanya mengusai 2 bahasa asing sebagai bahasa percakapan sehari-hari yaitu bahasa Inggris dan Prancis. “Bagaimana pemakaman di sini?” tanya Rosemary pada petugas. “Kami serahkan pada keluarga,” jawab petugas tersebut. “Menurutmu apakah ada kemungkinan Tiara dikremasi?” tanya Ezme pelan. “Terus terang aku tidak tahu keyakinannya,” jawab Rosemary pelan. Saat seperti ini Rosemary merasakan bahwa dirinya menjadi anak perempuan yang tidak berguna. Bahkan untuk agama yang diyakini oleh ibunya saja dia tidak tahu. Hampir setengah jam berlalu dan Rosemary tidak perlu bertanya apa alasan yang menyebabkan Lev baru tiba di rumah sakit dan melihat jasad Tiara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN