7. Terungkap

967 Kata
Airin yang ditemukan di toilet dengan kondisi mengenaskan pun dibawa ke rumah sakit oleh Natasha, Keira, Keila, dan Black prince. Natasha sedari tadi sudah menangis dan ditenangkan oleh Leon. "Agrhh! Dek, bangun! maaf gue gak becus jadi kakak," ucap Petra sambil menggeram marah dengan dirinya sendiri yang tak bisa menjaga adeknya. "Hah? ADEK?" ucap Arsi kaget. Ia sedang mengemudikan mobil, dan hampir saja menyenggol penjual bakso. "Nanti gue jelasin, buruan nyetirnya," pinta Petra. Sesampainya di rumah sakit, Petra langsung keluar dari mobil dan berlari menggendong Airin yang memiliki banyak luka di tubuhnya sambil berteriak memanggil suster. "DOKTERRRR! SUSTERRR! TOLONG CEPETTTT!!" teriak Petra menggelegar di halaman rumah sakit. Suster dan dokter pun datang dengan tergesa-gesa sambil mendorong brankar. Petra pun menaruh tubuh Airin di brankar tersebut, dan ia dibawa ke ruang UGD. Di depan ruangan tersebut sudah ada Black prince, Natasha, Keila dan Keira yang menunggu dengan cemas ralat sangat cemas!! "Aghhhh! Maaf, Dek. Maaf gue gak becus jaga lo, Dek. maafin Abang," sesal Petra sambil menangis dan memukul-mukul tembok di hadapannya. "Ekhemm, jadi lo sama Airin saudaraan? Perasaan sodara lo cuma Airin yang cantik itu sama Kak Arina," ucap Leon sambil mendesak Petra untuk menjawab pertanyaannya. "Iya gue sodaraan sama Airin. Jadi Airin itu Ain yang nyamar jadi nerd buat nyelesaiin misi dari Daddy," ucap Petra yang sudah sedikit tenang karena dipeluk oleh Keira. Semua orang yang berada di sana memasang muka kaget dengan apa yang dikatakan oleh Petra tadi. Terlebih lagi Arsi yang notabenya calon tunangan dari Airin. Airin dan Arsi dijodohkan oleh orang tua mereka. Orang tua Arsi dan Airin berkata bahwa mereka berdua adalah pasangan yang cocok. Airin pun menerima saja perjodohan itu karena dia juga menyukai Arsi. "Lo nyembunyiin hal sepenting ini dari gue? Airin itu calon tunangan gue PETRA!" ucap Arsi sambil menekan ucapannya pada nama Petra dengan nada dingin dan menusuk. "Sorry, tapi Airin yang gak mau orang lain tau hal ini. Katanya supaya tujuannya sukses," ucap Petra menyesal. Belum sempat Arsi membalas ucapan Petra, Dokter yang menangani Airin sudah keluar dari ruangan UGD. Mereka semua pun berhamburan menuju Dokter tersebut untuk mengetahui keadaan Airin. "Nak Petra, boleh ikut saya dulu?" ucap dokter tersebut dan berjalan ke ruangannya diikuti oleh Petra dan Arsi yang statusnya 'tunangan' dari Airin. Rumah sakit tempat Airin dirawat saat ini adalah rumah sakit yang dibangun oleh Keluarga Airin, dan cukup besar dengan fasilitas yang sangat memadai. Jadi wajar saja jika para karyawan baik itu dokter, perawat maupun OB/OG mengenal Petra dan Airin saat datang ke rumah sakit ini. "Jadi bagaimana keadaan adik saya, Dok?" tanya Petra yang penasaran dengan kondisi adiknya. Di samping Petra juga duduk Arsi yang menampakkan wajah khawatir sekaligus penasaran terhadap kondisi Airin. "Airin sedang dalam masa masa kritis. Luka-luka di tangannya menyebabkan kekurangan darah, dan saat ini stok darah di rumah sakit sedang habis," ucap dokter tersebut yang berkartu nama Andre. "Memangnya golongan darah Airin apa, Dok?" tanya Arsi. "Golongan darah Nona Airin adalah AB," ucap Dokter Andre. “Dan seperti yang kira ketahui, golongan darah Airin tidak sama dengan golongan darah Petra.” "Ambil darah saya aja, Dok. Golongan darah saya AB," ucap Arsi dengan semangat. "Oke, kita akan lakukan pemeriksaan dulu terhadap, Nak Arsi. Mari ikut saya," ucap Dokter Andre sambil mengajak Arsi dan Petra menuju tempat pemeriksaan. Arsi dan Petra pun segera mengikuti Dokter Andre menuju ruang pemeriksaan, dan setelah diperiksa ternyata darah Arsi cocok dengan Airin dan bisa didonorkan kepada Airin. Seusai pengambilan darah, Arsi pun duduk menemani Petra di depan ruangan ICU. Teman-teman Airin dan Petra tadi sudah pulang karena sekarang juga sudah malam. Petra tak ingin merepotkan mereka lebih jauh. Orang tua Petra juga sedang berada di luar negeri dan ia tak ingin mengganggu kedua orang tuanya yang tengah sibuk di sana. Dokter pun keluar dari ruangan ICU dan menghampiri Petra dan Arsi yang sedang duduk santai di depan ruangan ICU. "Kondisi Nona Airin sudah membaik, sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat," ucap Dokter Andre. Hal itu pun membuat wajah tegang di muka Arsi dan Petra tergantikan dengan wajah lega. Airin pun dipindahkan ke ruang rawat VIP dengan fasilitas yang super lengkap. Semua itu Petra siapkan demi kenyamanan adik kesayangannya. Arsi yang berada di sisi kanan Airin, memegang tangan Airin dan sesekali menciumnya. Arsi berkata sambil menangis, "Airin, bangun. Kamu gak capek tidur mulu, hm? Aku rindu dengan senyummu." Kata-kata yang diucapkan oleh Arsi, tak pernah ada yang bisa menyangka bahwa Arsi, Pangeran terdingin di kampus bisa mengatakan hal seromantis itu. Tanpa Arsi sadari kelopak mata Airin terbuka dan menampilkan mata berwarna coklat yang jika ditatap akan meneduhkan. "H--hauss," ucap Airin yang baru saja tersadar. Arsi yang mendengar itu pun lantas dengan cepat memberikan gelas berisi air putih kepada Airin. "Syukurlah kamu sudah sadar," ucap Arsi sambil tersenyum manis kepada gadis di hadapannya itu. "Ternyata pangeran cool juga bisa khawatir ya," ledek Airin dengan suara yang masih lemah. "Aku juga manusia, dan aku hanya khawatir terhadap Princess yang memang wajib dikhawatirkan," gombal Arsi. "Makasih," ucap Airin dengan pipi bersemu merah, lalu tersenyum lemah kepada Arsi. "Kamu kok bisa sampai kayak gini sih, hm?" tanya Arsi sambil mengelus kepala Airin lembut. "Ada kakak tingkat yang bully aku," adu Airin. "Siapa? biar aku bunuh sekalian," ucap Arsi dengan emosi yang hampir meledak. "Sabar, aku bisa tanganin sendiri percaya sama aku," ucap Airin sambil mengelus tangan Arsi untuk menenangkan pria itu. "Tapi, kalau kamu di apa-apain lagi aku gak bakal tinggal diam," ucap Arsi. "Iya Arsi, sekarang kamu istirahat gih. Aku juga mau tidur," perintah Airin kepada Arsi yang terlihat sudah mengantuk. Arsi pun hanya menuruti ucapan Airin dan menuju bedsofa untuk tidur di sana. Airin yang melihat Petra tertidur pun ternyata tak ikut tidur. Airin malah mengambil handphone miliknya di atas nakas dan membuka aplikasi drakor. Lalu menonton drakor hingga pukul dua belas malam tanpa Arsi sadari. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN